10. Fragments of the Past

160 26 5
                                    

Ino berjalan menyusuri lorong gelap yang terasa semakin mencekam. Di kejauhan, ia mendengar suara tangisan seorang gadis, suara yang terdengar begitu penuh kesedihan dan keputusasaan. Langkahnya semakin cepat, hatinya penasaran dan cemas. Langkahnya entah sejak kapan mengantarkannya ke pinggir sungai dengan aliran tenang, dan di ujung sana ia menemukan seorang gadis dengan baju khas puteri klannya di pinggir sungai, tengah menangis sambil memegang sepucuk surat.

Dengan hati-hati, Ino mendekati gadis itu, ingin tahu apa yang membuatnya begitu terluka. Gadis itu memiliki rambut pirang panjang yang indah, terurai di bahunya. Tangisannya terdengar semakin memilukan.

Ino berhenti tepat di belakang gadis itu, merasa sangat penasaran. Gadis itu tampaknya menyadari kehadirannya, karena tangisannya tiba-tiba berhenti. Perlahan, gadis itu berbalik. Seketika Ino merasa darahnya membeku, wajah yang dilihatnya adalah wajah yang sangat dikenalnya-itu adalah wajahnya sendiri.
.
.
.
.
.

Ino terbangun dari mimpi buruknya dengan teriakan. Napasnya tersengal-sengal, dan tubuhnya berkeringat dingin. Dia duduk di tempat tidurnya, matanya terbelalak, dan tanpa sadar air mata mengalir di pipinya.

"Kenapa aku menangis?" bisiknya pada dirinya sendiri, bingung dan takut. "Kenapa hatiku terasa begitu sakit?"

Perasaannya kacau, seolah-olah ada sesuatu yang sangat menyakitkan yang tidak bisa dia jelaskan. Hatinya terasa seperti sedang dicabik-cabik, meninggalkan rasa sakit yang mendalam. Ino memegang dadanya, mencoba menenangkan dirinya. Namun, air matanya terus mengalir, menandakan luka batin yang tidak bisa ia pahami.

"Kenapa mimpi itu begitu nyata?" pikirnya, mencoba mengingat detail-detail mimpi yang baru saja dialaminya. Gadis yang menangis di pinggir sungai, surat yang digenggamnya erat, dan wajah yang dilihatnya saat gadis itu berbalik. Semua terasa sangat nyata dan menyakitkan.

Ino mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Dia tahu harus mencari jawaban, harus mencari tahu mengapa mimpi itu begitu mengguncangnya. "Aku harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi," gumamnya, tekad yang tumbuh dalam hatinya. "Aku harus tahu maksud dari semua ini."

Dengan hati yang masih diliputi kesedihan dan kebingungan, Ino memutuskan untuk mencari tahu apa yang ada di balik mimpi buruk itu, mencari jawaban yang bisa memberikan ketenangan pada hatinya yang entah kenapa merasa terluka.
.
.
.
.
.

Waktu yang dinanti akhirnya tiba, pesta ulang tahun perusahaan Yamanaka mempersembahkan gemerlap dan kemegahan yang memenuhi ruangan hotel mewah itu.

Aula utama hotel dipenuhi dengan tamu undangan dengan pakaian yang mewah, berbincang sambil menikmati wine mahal yang disajikan oleh para pelayan. Lampu kristal menggantung megah di langit-langit, memancarkan cahaya yang memantul dari dinding berlapis emas. Pemandangan malam itu dihiasi dengan dekorasi elegan dan suasana formal yang memukau. Meja-meja bundar dengan taplak berwarna emas dan piring-piring perak disusun rapi, menciptakan suasana pesta yang eksklusif.

Inoichi Yamanaka, dengan penuh wibawa sebagai tuan rumah, ditemani oleh sang istri berdiri di tengah ruangan, berbicara dengan tamu-tamu penting. Pelayan-pelayan berdiri di pintu masuk, mengarahkan tamu yang datang ke meja mereka. Suasana penuh keanggunan dan kehormatan, mencerminkan status tinggi keluarga Yamanaka.

Seorang asisten kepercayaan klan Yamanaka mendekati Inoichi dengan cepat, membisikkan sesuatu ke telinganya. "Tuan Madara dan Hashirama serta petinggi klannya telah tiba," lapornya.

Inoichi mengangguk, lalu melangkah dengan mantap menuju pintu masuk aula. Di sana, Madara Uchiha, Hashirama Senju, Fugaku, Izuna, Tobirama serta yang lainnya baru saja memasuki ruangan, disambut dengan penghormatan oleh para pelayan.

Secret of Destiny [MADARA X INO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang