Siang itu, Ino sedang berada di sebuah toko perhiasan di salah satu mall terkenal yang terletak di pusat kota. Toko tersebut dikenal dengan koleksi kalungnya yang mewah dan elegan. Di dalam toko, suara musik instrumental yang lembut mengalun, menambah kesan elegan dan mewah. Meskipun ada beberapa pelanggan lain, toko ini cukup luas sehingga setiap orang dapat menikmati privasi mereka sendiri saat memilih perhiasan.
Ino berdiri di depan sebuah kaca display besar, matanya tertuju pada dua kalung yang memikat hatinya. Ia memutar-mutar kalung tersebut di tangannya, berusaha membayangkan mana yang lebih cocok untuk dirinya. Namun, semakin lama ia memandanginya, semakin bingung pula ia dibuatnya.
“Aduh, yang ini bagus, tapi yang itu juga cantik...” gumam Ino pelan, berbicara pada dirinya sendiri.
Suasana di toko sangat tenang, hampir tidak ada suara kecuali alunan musik dan langkah-langkah pelan dari para pelanggan. Tiba-tiba, suara berat dan dingin terdengar dari belakangnya, “Kalung yang di sebelah kiri lebih cocok.”
Ino terdiam sejenak, merasa aneh mendengar saran dari orang asing. Namun, ia mengangguk tanpa menoleh, seolah-olah saran itu masuk akal. Dia mengambil kalung yang ditunjuk, lalu baru menyadari kehadiran seseorang di belakangnya. Ketika Ino berbalik, ia terkejut mendapati Madara yang berdiri sangat dekat dengannya.
“Oh, Madara...!” seru Ino refleks. Kaget oleh Madara yang berdiri sangat dekat dengannya, ia mundur selangkah namun kehilangan keseimbangan.
Madara, dengan gerakan cepat dan sigap, menangkap pinggang Ino sebelum dia jatuh. Sentuhan dingin tangannya terasa kontras dengan kehangatan yang tiba-tiba meliputi tubuh Ino, dan ia merasakan detak jantung Madara melalui kedua tangannya yang telah berada di dada bidang pria dari klan Uchiha itu. Ia terdiam sejenak, merasakan denyut jantungnya yang berdetak lebih cepat.
Madara menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan, mata kelamnya memancarkan misteri yang selalu membuat Ino penasaran. “Kau baik-baik saja?” tanyanya dengan suara datar, namun ada sedikit kekhawatiran yang tersirat.
Ino hanya bisa mengangguk, merasa pipinya memerah. “Hm, Iya. Aku tidak tahu kau ada di sini.”
Madara melepaskan pegangan di pinggang Ino secara perlahan, tetapi jarak di antara mereka masih sangat dekat. “Aku sering ke sini. Toko ini memiliki koleksi yang bagus.”
Ino mencoba menenangkan diri, meskipun perasaannya masih kacau akibat kejadian beberapa saat lalu. “Benarkah? Aku tidak pernah melihatmu di sini sebelumnya.”
Madara tersenyum tipis, senyuman yang langka. “Kau terlalu sibuk dengan pikiranmu sendiri, mungkin.”
Ino tertawa kecil, mencoba untuk terlihat lebih santai. “Mungkin. Tapi terima kasih atas sarannya. Kalung ini memang cantik.”
Madara mengangguk. “Kalung itu sederhana tapi elegan. Sesuatu yang aku pikir cocok jika dikenakan olehmu.”
Ino menatap kalung tersebut, kemudian kembali menatap Madara. “Kau benar. Terima kasih lagi, Madara.”
Madara hanya mengangguk singkat, matanya masih menatap Ino dengan intensitas yang sulit diabaikan. “Kau tahu, Ino,” katanya perlahan, “kadang-kadang, pilihan terbaik adalah yang pertama kali menarik perhatianmu.”
Ino tersenyum, sambil masih melihat kalung di tangannya. “Kau benar. Aku juga berpikir seperti itu, saranmu juga sangat bagus.”
Madara memberikan senyuman tipis lagi, kemudian melangkah mundur. “Senang bisa membantumu.”
Ino menggenggam kalung yang baru saja dia pilih dengan penuh pertimbangan. Madara, yang sebelumnya muncul begitu tiba-tiba dan penuh perhatian, sekarang berdiri di belakangnya dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret of Destiny [MADARA X INO]
RandomMadara menerjang kehidupan demi kehidupan hanya untuk mencarinya. Dia sudah kehilangan cinta di dua kehidupan sebelumnya dengan cara yang begitu menyakitkan. Dan kali ini dia berjanji bahwa itu tidak akan terjadi lagi. "Tuhan, jika memang kehidupan...