Ino melangkah perlahan di dalam rumah mewah dan besar milik Madara. Baru saja dia selesai sarapan bersama Madara, namun sekarang dia berjalan sendiri karena Obito, tangan kanan sekaligus keponakan Madara, datang membawa beberapa dokumen kantor yang harus segera ditandatangani oleh Madara. Awalnya dia ingin pulang, tapi di luar hujan lebat tampak betah untuk mengguyur bumi.
Rumah itu begitu luas dengan lorong-lorong panjang yang dihiasi oleh lukisan-lukisan kuno dan patung-patung indah. Langkah-langkahnya terhenti di depan sebuah pintu besar yang setengah terbuka. Dengan rasa ingin tahu, Ino mendorong pintu itu dan masuk ke dalam ruangan yang ternyata sebuah perpustakaan.
Matanya berbinar saat melihat rak-rak tinggi yang penuh dengan buku-buku dari berbagai zaman dan topik. Ino merasa kagum melihat koleksi yang begitu lengkap dan terawat. Di antara semua buku itu, satu buku menarik perhatiannya. Buku tebal dengan judul "Sejarah yang Hilang" terletak di rak yang lebih tinggi dari jangkauannya.
Ino mengulurkan tangan, berusaha meraih buku itu. Dengan sedikit kesulitan, dia akhirnya berhasil mengambil buku tebal itu dan membukanya. Halaman-halaman kuning yang usang mengungkapkan kisah legenda Shinobi dari 1000 tahun yang lalu. Ino mulai membaca, terpesona oleh cerita-cerita tentang kekuatan dan petualangan para Shinobi zaman dahulu.
Setiap halaman yang dibaca membuatnya semakin tenggelam dalam dunia masa lalu yang penuh dengan misteri dan keajaiban. Di tengah-tengah keheningan perpustakaan, Ino merasa seakan-akan dia sedang menyaksikan sejarah itu sendiri, merasakan kekuatan dan kebijaksanaan yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Seketika, sekelebat ingatan melintas di benak Ino. Dia berdiri di tengah perang besar dunia Shinobi keempat. Asap dan debu perang mengaburkan pandangannya, tetapi dia bisa melihat dengan jelas banyaknya shinobi yang tergeletak tak bernyawa di tanah. Langit di atasnya dipenuhi kilatan-kilatan ninjutsu yang saling bersilangan, menciptakan kekacauan yang mengerikan.
Jauh di depannya, monster besar tampak mengerikan, terus saja menciptakan bola hitam besar dari mulutnya yang seolah bisa menghancurkan segalanya. Suara gemuruh pertempuran dan raungan monster itu menggema di telinganya.
Ino merasakan pusing yang hebat, seolah tubuhnya disetrum sesuatu yang sangat kuat. Tanpa sadar, buku tebal yang dipegangnya jatuh dari tangannya dan mendarat dengan suara gedebuk yang keras di lantai. Ino terhuyung, berusaha mengendalikan dirinya. Ingatan itu begitu nyata, begitu kuat, seolah-olah dia benar-benar kembali ke medan perang yang penuh dengan kematian dan kehancuran. Dia memejamkan mata, mencoba menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Namun, bayangan perang dan kehilangan terus menghantuinya, membuat hatinya berdegup kencang dan tangannya gemetar.
Ino terhuyung, hampir jatuh, dan merasakan kepalanya pusing. Segalanya mulai berputar di sekitarnya. Namun, sebelum tubuhnya menyentuh lantai, sebuah tangan kuat menangkapnya dengan sigap.
Madara entah muncul dari mana, tetapi dia ada di sana, memegang Ino dengan tegas namun lembut. "Kau baik-baik saja?" tanyanya dengan suara dalam yang penuh perhatian. Matanya menatap Ino dengan intens, seolah berusaha membaca apa yang terjadi padanya.
Ino mencoba mengangguk, tetapi pusing di kepalanya membuat gerakannya lemah. "Aku... aku baik-baik saja," jawabnya pelan, meski suaranya tidak terdengar meyakinkan.
Madara membantu Ino duduk di salah satu kursi yang nyaman di perpustakaan. "Ambil napas dalam-dalam," katanya, "dan biarkan dirimu tenang dulu."
Ino mengikuti saran Madara, menarik napas dalam-dalam dan perlahan menghembuskannya. Perlahan, rasa pusingnya mulai mereda. "Terima kasih," ucapnya sambil menatap Madara dengan rasa syukur.
Madara mengangguk. "Apa yang terjadi? Kau terlihat sangat terguncang."
Ino menatap buku yang tergeletak di lantai. "Aku... aku teringat sesuatu. Sesuatu dari masa lalu yang sangat menyakitkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret of Destiny [MADARA X INO]
RandomMadara menerjang kehidupan demi kehidupan hanya untuk mencarinya. Dia sudah kehilangan cinta di dua kehidupan sebelumnya dengan cara yang begitu menyakitkan. Dan kali ini dia berjanji bahwa itu tidak akan terjadi lagi. "Tuhan, jika memang kehidupan...