Sudah hampir satu jam dia menunggu di depan sebuah ruangan yang tertutup sembari memainkan ponselnya sampai orang yang ditunggunya keluar. Dihari rabu siang ini, saat jam istirahat dia tiba-tiba diminta oleh rekan kerjanya untuk ditemani ke rumah sakit.
Perutnya sudah meronta meminta untuk diisi padahal dia baru bisa makan nanti, setelah Siska keluar dari ruangan itu. Pagi tadi Fea tidak sempat membuat bekal makan siangnya karena tidak ada bahan makanan dan dia baru menyadari itu saat hendak bersiap memasak bekalnya.
Maka dengan itu dia dengan senang hati menerima permintaan Siska agar dia bisa sekalian makan siang di luar.
Fea mengangkat pandangannya saat akhirnya Siska sudah keluar dari ruangan sambil tersenyum.
"Sorry lama Bu, tadi ngobrol sama dokternya dulu," ucapnya.
"Nggak kok. Kamu konsultasi kehamilan?" Tanyanya penasaran. Yang Fea tau dia hanya menemani Siska ke dokter kandungan.
Keduanya berjalan menjauh dari sana, keluar dari gedung rumah sakit. "Bukan. Aku pasang KB,"
"Oh iya? Nggak mau nambah anak lagi?"
"Mau sih tapi kayak nanti aja. Takutnya keteteran. Anak aku juga masih kecil, sayang kalau nggak dapat kasih sayang full dulu," Siska menjelaskan setelah menyelesaikan urusan administrasinya.
"Emang Vivi sekarang umur berapa?" Tanya Fea sambil mengingat anak kecil yang sesekali ikut bersama Siska ke sekolah.
"Jalan tiga tahun,"
"Udah gede ternyata yah tapi masih gemesin banget."
"Kamu suka banget anak kecil?"
Fea menggeleng pelan. "Biasa aja. Kalau anaknya gemesin kayak Gina aku suka. Tapi kalau yang nangis-nangis terus aduuuh pusing, Bu,"
Siska tertawa, dia setuju dengan apa yang disampaikan Fea. "Jangan kan Ibu. Mak bapaknya juga pasti pusing punya anak begitu,"
Fea terkekeh menanggapi.
"Mau makan siang apa, Bu? Aku yang traktir karena udah ditemenin. Suami aku lagi sibuk banget soalnya, nggak sempet mulu,"
"Bu Siska mau makan apa? Aku ngikut aja nanti liat menu di sana,"
Siska tampak berpikir sebentar setelah mereka sudah berada di dalam mobil. "Yaudah aku punya tempat makan enak. Semoga Bu Ilmi suka."
Fea mengangguk sembari tersenyum. "Di sana aja kalau gitu."
--odd love 2--
Selepas makan siang bersama, keduanya segera kembali ke sekolah, bersiap untuk kembali bekerja seperti biasa. Fea duduk di kursi memandangi layar laptopnya yang memutarkan sebuah vidio kenangan saat masa perkuliahannya berapa tahun lalu.
Di vidio itu, dia melihat senyumnya yang bahkan sudah lama tidak dia lihat lagi. Fea menekan satu tombol hingga membuat vidio itu berhenti. Dia beralih melihat pantulan dirinya di sebuah cermin yang memang ada di mejanya, memandangi dirinya di sana, mencoba mengenali sosok yang telah lama berpura-pura itu.
Dua tahun ini dia berusaha terlalu keras sampai dia pun sudah tidak mengenali dirinya sendiri. Dia sudah terlalu jauh.
Fea menggeleng. Merutuki dirinya sendiri mengapa dia bisa tiba-tiba memikirkan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ODD LOVE II
RomanceKesalahan yang dilakukannya berapa tahun lalu membuat Fea banyak berubah. Keceriaan dan penuh kebahagiaan kini tidak lagi terlihat pada dirinya. Hidupnya kini hanya berfokus untuk mengobati kekecewaan yang dulu dia torehkan pada Papanya. Tetapi, bah...
