1: Tahun-tahun Setelahnya (21+)

2.9K 38 0
                                    

Langkahnya tergesa, begitu bertekad untuk segera sampai di sudut koridor, dimana sebuah ruangan dosennya berada. Perempuan yang hari ini mengikat rambutnya dengan rapi itu sudah membuat janji temu dengan dosen pembimbingnya untuk menunjukkan hasil revisian skripsinya yang sedikit lagi selesai.

                Sebelum membuka pintu, perempuan itu mencoba mengatur nafasnya lebih dulu, menormalkan debaran jantungnya yang memompa dengan sangat tidak normal. Terakhir, dia menelan ludahnya sendiri sebelum benar-benar membuka pintu kaca di depannya.

                "Saya tungguin kamu dari tadi, Nafea." Pria berusia lebih dari setengah abad itu langsung bersuara ketika akhirnya melihat sosok yang sudah ditunggunya sedari tadi.

                "Saya minta maaf sekali lagi, Pak. Sama seperti yang tadi saya kabarkan kepada Bapak, print di rumah rusak dan abang fotocopy-an yang sudah saya kirmkan file-nya ternyata belum nyetakin saya, pas saya mau nga--" kalimatnya yang belum selesai itu diputus begitu saja.

                "Iya, sini naskah kamu."

                Dan Fea mengerti, dosennya yang terhormat ini tentu tidak perlu mendengar penjelasannya yang tidak penting. Yang ingin ditau oleh Pak Adiguna ini hanyalah Fea harus berada di sana secepat mungkin sehingga dia tidak perlu menunggu lebih lama.

                Fea buru-buru meletakkan tumpukan kertas putih itu di atas meja dengan hati-hati. Jantungnya kembali berdebar begitu kencang saat tangan pria itu membuka lembaran pertama naskah rivisiannya. Berharap semoga tidak banyak atau bahkan tidak ada lagi yang harus diubahnya di sana.

                Ruangan itu menjadi mencekam. Fea tidak melakukan apa pun selain hanya melihat seluruh gerak-gerik berikut dengan mimik wajah pria tua di depannya ini, bagaimana pria itu beberapa kali mengubah ekspresi wajahnya ketika membaca kata per kata yang dipilihnya.

                Waktu yang sebenarnya hanya berlalu sepersekian menit itu nyatanya terasa berjalan begitu lama bagi Fea sampai akhirnya dosennya itu menutup naskahnya, matanya kini terangkat melihat Fea yang sudah siap menerima apa pun yang akan dikatakan oleh dosen tua itu.

                "Saya rasa sudah cukup bagus. Paling tadi saya nemuin ada beberapa kata yang sebaiknya kamu ganti, langsung lanjut konsultasi sama pembimbing dua kamu. Saya tunggu kamu di sidang." Ujarnya cepat, yang bahkan Fea belum sempat mengatakan apa pun, tubuhnya masih terdiam mematung bahkan saat pria itu sudah melangkah keluar dari ruangan dengan menenteng tas tangannya.

                Kemudian yang Fea lakukan selanjutnya adalah tersenyum dengan begitu lebar karena akhirnya, setelah sekian lama dan melewati banyaknya kepusingan yang dia alami, Fea bisa mendapat restu dari dosen pembimbing satunya. Perempuan itu merasa sangat senang.

                Ponselnya berdering, setelah melihat siapa yang menelfon, Fea segera mengangkatnya sembari memasukkan naskah skripsinya kembali ke dalam map plastik yang memang sudah dia siapkan.

                "Gue beneran jadi ikut sidang gelombang ini, Nan!" Ucapnya senang.

                "Demi apa sih? Pak Adiguna udah acc?"

                "Iyaaaa, padahal tadi gue dateng telat, ga tau dah kayaknya gue lagi beruntung banget!"

                Kinan tertawa di sana. "Kayaknya dosen itu udah cape juga sih liat lu makanya dilulusin aja,"

                "Anjing lu! Kerja gue emang udah beres tau!"

                Mereka sudah berada di perkuliahan semester akhir. Waktu senggang seperti awal perkuliahan dulu adalah hal berharga sekarang. Yang dulunya mereka sering berkumpul walau tanpa kegiatan, sekarang sudah sangat jarang terjadi. Mereka disibukkan dengan urusan masing-masing. Terlebih Fea, dia begitu memburu untuk bisa lulus secepat mungkin.

ODD LOVE IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang