12: Tentang Gina dan Impiannya

552 20 2
                                    

Matanya menatap teduh seoarang anak perempuan yang tengah menangis di depannya sembari menceritakan sebuah kisah yang sungguh ingin membuat Fea ikut menangis andai saja dia tidak berusaha menyadarkan dirinya sendiri bahwa dia tidak boleh ikut bersedih saat ini karena dialah yang semestinya memberi kekuatan pada anak perempuan dengan mata cokelat itu.

Fea meraih tangannya, menggenggamnya dengan erat, menyalurkan kekuatan untuknya. Memberitahunya bahwa apa yang terjadi di hidupnya itu merupakan sebuah kehendak dari Tuhan. Yang berarti dia begitu kuat sehingga Tuhan memberikan cobaan itu untuknya.

"Nanti Ibu yang bicara sama Mama kamu yah," kata Fea setelah mendengarkan seluruh cerita anak yang kini masih menangis sesegukan.

Fea mungkin tidak tau rasanya, dia tidak pernah berada di situasi yang benar-benar serupa dengan itu. Namun dia pernah berada disatu masa sulit hidupnya. Tetapi dia mungkin lebih beruntung lagi, bahkan amat sangat beruntung karena Tuhan justru menakdirkannya bertemu dengan Ezra yang menjaga dan menyayanginya sebesar itu.

Anak itu mengangguk, dia merasa nyaman berada di dalam pelukan Fea. Gurunya yang ntah bagaimana bisa dia percaya sehingga dia bisa dengan lugas menceritakan apa yang terjadi padanya berbulan-bulan lalu.

"Bu Ilmira, apa aku memang nggak pantas sekolah lagi kayak temen-temen aku?" Tanyanya setelah tangisnya mulai mereda.

Fea buru-buru menggeleng. Itu tentu tidak benar. "Tidak dong sayang. Kamu juga berhak untuk sekolah, berhak untuk meraih cita-cita yang kamu inginkan. Kalau kamu nggak sekolah, nggak belajar, nggak bisa jadi pintar, gimana kamu mau jadi dokter?"

"Tapi jadi dokter harus punya banyak uang Bu, sedangkan Gina nggak punya uang, buat makan aja sekarang susah. Aku nggak tega liat Mama," ucapnya lagi dengan kesedihan.

"Masih banyak jalan lain untuk kamu bisa meraih cita-cita kamu tanpa perlu banyak uang. Kamu kan masih dua belas tahun, memang masih jauh untuk bisa meraihnya tapi kalau kamu malah patah semangat sekarang, gimana bisa lewatin jalan yang panjang itu?" Fea mengurai pelukannya, menatap anak itu dalam-dalam, menyiratkan sebuah keseriusan dalam kalimatnya.

"Gimana caranya, Bu?" kata Gina masih dalam kesedihannya.

Sejak sebulan yang lalu, berbagai keluhan dari guru mengenai ketidak hadirannya di sekolah dan sikapnya yang kerap tidur saat jam pelajaran berlangsung membuat banyak guru menyampaikan hal ini kepada Fea selak guru BK di sekolah. Mereka meminta Fea agar bisa mencari tahu alasan mengapa Gina seperti itu.

Padahal sebelum-sebelumnya, Gina dikenal sebagai anak yang aktif di kelas dan selalu berlaku baik dan sopan kepada teman-temannya. Pasti ada yang salah dengan anak itu, ntah apa yang sebenarnya terjadi. Beberapa guru sudah mencoba untuk mengobrol dengan Gina, namun anak perempuan itu tetap kekeuh tidak ingin memberitahu.

Untungnya hari ini tiba-tiba saja Gina menemui Fea di ruangannya setelah jam makan siang. Anak perempuan itu mendekatinya dengan berkata, "Ibu Ilmira sibuk tidak?" tanyanya dengan suara pelan hampir tidak terdengar.

Fea segera mendekatinya, tersenyum menyambut anak itu. Dan untuk beberapa menit anak itu terdiam sampai akhirnya dia menceritakannya pada Fea. Dan apa yang disampaikan Gina tadi langsung membuat Fea mengerti.

"Gina mau pulang sekarang temenin Ibu ketemu Mama kamu, nggak?" tanya Fea.

Gina mengangkat pandangannya lagi setelah tadi menunduk sedih. "Ibu mau ketemu Mama?"

Fea mengangguk.

"Tapi rumah Gina berantakan sekali Bu. Nggak apa-apa?"

ODD LOVE IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang