17: Membangun Sebuah Kehidupan Normal?

380 17 4
                                    

                Fea terlonjak kaget saat tiba-tiba saja seseorang memegangi bahunya dari belakang. "Astaga ngagetin aja!" ujarnya penuh kekesalan.

Dia sedang duduk sendirian di sebuah café menunggui Deva yang katanya sudah di jalan. Sebenarnya dia tidak ada niatan sama sekali untuk keluar bersama Deva. Fea justru baru saja berpisah dengan Caca dan Kinan setelah makan malam bersama. Kedua sahabatnya yang masih saling berkabar dan bertemu dibeberapa kesempatan.

Dan begitu mengabari Deva dia sedang di Mall sendirian hendak memesan taxi online untuk pulang, pria itu langsung melarangnya dengan keras, memaksa Fea untuk menunggu karena dia akan menjemputnya di sana.

"Kok aku nggak dipesenin?" ucap Deva dengan tawanya sembari duduk di kursi depan Fea.

"Aku nggak tau kamu mau minum apa,"

"Samain aja. Apa yang kamu suka bakal aku sukain juga."

Fea tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ini buaya satu kenapa bisa lepas penangkaran sih?"

"Idiiih parah ngatain buaya,"

"Lah, bukannya emang?"

"Kurang ajar."

Keduanya tertawa.

"Ya udah buaya ini pesen dulu, kamu mau makan?" tanya Deva.

Fea buru-buru menggeleng. "Lah, aku kan baru makan sama temen, gimana sih?"

"Siapa tau mau makan lagi."

"Nggak."

Deva tertawa lalu segera berlalu meninggalkan perempuan itu. Dia kembali dengan nampan di tangannya, ada beberapa makanan di sana. Fea sampai menggeleng-geleng melihatnya. "Kamu mau mukbang apa gimana sih?" ujar Fea tidak habis pikir.

"Kan buaya emang makannya banyak."

Fea tidak menanggapi, dia diam memperhatikan pria itu yang sudah mulai menyantap makanan yang dibawanya. Sejak pertama kali menerima ajakan Deva sebagai teman malam minggunya, yang sudah berjalan empat kali yang berarti sudah satu bulan, sampai sekarang pun Fea masih menikmatinya.

Sejauh ini, Deva tetap menjadi sosok yang menyenangkan. Pria itu selalu mendahulukan apa keinginannya. Dan selalu meminta pendapatnya Tidak ada alasan untuk dia menolak ajakan pria itu. Lagi pula, Papanya juga tidak masalah, pria itu masih terus memberikan izin untuknya jalan bersama Deva.

"Besok pulang ke rumah?" Tanya Deva kembali memulai pembicaraan.

Fea mengangguk "Iya, disuruh pulang sama Papa."

"Pasti kangen lah mereka. Apalagi Om kayaknya sayang banget sama kamu."

Fakta yang diungkap Deva membuatnya mengangguk. Dia tentu setuju dengan itu. Dia tau bahwa Ezra sangat menyayanginya lebih dari apa pun. "Keliatan banget yah Papa?"

Deva mengangguk. "Iya. Aku kalau punya anak cewek kayaknya bakal begitu juga deh,"

"Jangan anak cewek aja dong yang disayang. Cowok pun harus disayangin."

"Iyalaaah. Maksudnya kalau cewek tuh harus double gitu loh penjagaannya. Apalagi pergaulan sekarang kan ngeri-ngeri tuh. Kamu beruntung dijagain segitunya sama Om dan Bang Arsal."

Fea terdiam mendengarnya. Mungkin yang orang lain lihat, memang sangat bagus. Tetapi cerita dibaliknya sungguh tidaklah layak untuk orang lain ketahui. Terlalu memalukan. Sampai dia pun akhirnya tersadar. Bahwa apa yang Ezra rasakan, kekecewaan pria itu sangatlah wajar. Apa yang dia dan Arsal lakukan di belakang adalah kesalahan besar.

ODD LOVE IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang