33: Tidak Menyesali Apa Pun (18+)

542 15 3
                                    

Malam ini setelah menyelesaikan seluruh pekerjaannnya yang-setidaknya-masih bisa dia selesaikan besok, maka Arsal buru-buru pulang, meninggalkan kantornya yang seperti sudah menjadi rumah keduanya, dia bahkan sangsi bahwa dia menghabiskan lebih banyak waktu di kantor dibandingkan rumahnya sendiri.

                Tangannya terjulur memeluk perempuan yang sedang duduk di pangkuannya dengan pandangan lurus pada laptop di meja. Fea sedang mengerjakan sebuah bahan untuk sosialisasinya besok di sekolah, beberapa materi tentang pengendalian emosi pada yang harus dia jelaskan dibeberapa kelas atas permintaan Kepala Sekolah kemarin.

                Arsal menumpuhkan dagunya pada bahu Fea, sesekali dia melihat susunan kata yang dirangkai perempuan itu pada beberapa slide powerpoint. Mereka telah makan malam, Fea menyajikan cumi hitam yang sangat disukainya yang harus dia habiskan sendiri karena Fea tentu tidak ikut memakannya.

                "Masih lama?" Tanya Arsal kebosanan. Sekarang dia paham bagaimana perasaan Fea ketika dia sibuk sendiri dengan kerjaannya.

                Fea seketika menghentikan gerakannya, dia tersenyum pada pria itu seraya menyentuh pipinya. "Bentar lagi," jawabnya kemudian kembali berbalik.

                Kedua kakinya duduk bersila di atas paha Arsal, seolah dia memang sedang duduk di kursi saja. Tak memperdulikan kemungkinan pria itu keberatan meniban karena Arsal sendiri yang menyuruhnya untuk duduk di sana.

                Arsal menutup matanya menikmati kedekatan tubuh mereka. Rasanya, cukup dia bisa seperti ini, hanya saling berdiam-diaman dengan Fea nyatanya mampu membuat dia merasa begitu bahagia. Dia tidak memerlukan banyak hal ternyata.

                "Kak..." panggil Fea, dia menyentuh tangan Arsal di perutnya.

                "Hmm?" jawabnya berdehem.

                "Oh nggak, aku kirain Kakak tidur," ucapnya lalu kembali memfokuskan dirinya.

                Arsal menggeleng sebelum kembali seperti semula.

                Fea merasa lelah dan apa yang dia kerjakan juga telah selesai. Dia berbalik pada Arsal dan tersenyum kala melihat pria itu yang juga sedang menatapnya. Tangannya dia kalungkan pada leher pria itu.

                "Udah selesai?"

                Fea mengangguk.

                "Kerjain apa sih, kok lama banget?" tanya Arsal dengan nada sebal luar biasa.

                "Bentar doang ah," kilahnya tidak terima. Dia bahkan belum merasa begitu puas dengan hasilnya tapi memilih untuk menyudahi karena tau Arsal menunggunya.

                "Mana ada sebentar, kaki aku udah kesemutan."

                Fea langsung sebal mendengarnya seraya menurunkan dirinya dari sana, tetapi Arsal lebih dulu menahan tubuhnya. "Apaa sih, orang kok baperan banget?" ucap Arsal tertawa.

                "Lagian! Kalau emang kesemutan yah salah sendiri sebenarnya, siapa yang ngajuin diri? Sini, kamu ngerjainnya sama aku." Kata Fea sebal, dia menirukan bagaimana perkataan Arsal tadi.

                "Nggak sayang, kamu seringan kapas mana bisa bikin kesemutan sih?"

                Fea memutar bola matanya mendengar kalimat omong kosong Arsal tadi. "Besok pulang jam berapa?" tanya Arsal.

                "Yaaa seperti biasa, jam empat."

                "Lama juga. Aku jemput, mau?" kata Arsal menawarkan.

ODD LOVE IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang