14: Tetap Berdiri di antara Dinding Pemisah

492 18 0
                                    

                Fea memasang sepatunya dengan cepat karena panggilan atas namanya sudah berkali-kali dilontarkan oleh pria itu. Dia memang sudah terlambat namun sepertinya tidak perlu memanggil dengan otot seperti itu. Toh, dia tidak dengan sengaja melakukannya. Karena mengerjakan tugas sampai dini hari membuatnya baru bisa terbangun disaat matahari sudah bersinar dengan terang di langit.

"Tungguuuuu...." Ucapnya panjang dengan tergesa bahkan belum mengikat tali sepatunya. Dia segera mendekat dan masuk ke mobil pria menyebalkan itu.

"Lama banget kamu, semalem tidurnya jam berapa?" Tanya Arsal begitu dia sudah menjalankan mobilnya.

"Jam tiga!"

"Ngerjain apa?"

"Aku ngerjain ppt buat di kampus Kak, aduuuuh,"

"Kenapa nggak ngerjain dari beberapa jam sebelumnya sih?"

Fea menghela nafasnya. Rasanya dia tidak perlu menghabiskan banyak tenaganya untuk menjelaskan Arsal tentang hal ini. Karena apa pun yang dia katakan tidak akan mengubah apa pun.

"Lagian Kakak kenapa sih buru-buru amat ke kantornya?" katanya terheran sendiri.

Arsal menolehkan kepalanya, menatap perempuan itu sebentar sebelum tangannya menyentuh puncak kepala Fea lalu menepuk-nepuknya. "Kamu yang telat sayang. Ini udah hampir jam delapan dan aku ada meeting pagi ini,"

Tampak tidak percaya, Fea mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya, mengecek jam apakah benar sesuai dengan apa yang tadi Arsal sebutkan. Dan begitu mengetahui bahwa memang betul dia yang terlambat membuatnya tidak bisa membantah.

"Kamu nanti pulang aku jemput yah." Kata Arsal memberikan informasi.

Fea menoleh. "Kenapa? Aku sama Caca aja soalnya kelas aku sampai siang doang."

"Ya udah aku istirahat jemput kamu sekalian kita makan siang."

Fea masih bingung, Arsal memang kerap menjemputnya namun saat jam pulang mereka berdekatan, saat dia sedang ada kelas sore. "Tumben banget?"

"Banyak nanya banget kamu. Tunggu yah awas kalau kamu pulang sama Caca."

"Iyaaa." Jawabnya tanpa bantahan lagi.

Kejadian itu saat awal perkuliahannya dulu, sebelum Fea mendapat kendaraan sendiri dari Ezra dan membuatnya bisa berangkat dan pulang kuliah dengan mandiri, tanpa bergantung dengan siapa pun lagi. Walau dibeberapa kesempatan, Ezra atau pun Arsal tetap menyempatkan diri kalau ada kesempatan.

--odd love 2--

Di dunia ini, Fea menyakini bahwa tidak ada yang kebetulan. Semuanya sudah diatur oleh semesta. Ntah bagaimana jalannya, namun dia percaya bahwa apa yang terjadi tiap detiknya sudah menjadi sebuah skenario yang ditulis oleh Tuhan.

Maka ketika hari ini dia berada di satu toko di salah satu mall daerah Barat Jakarta sedang menunggu pesanan kuenya dibungkuskan. Seorang yang dikenalinya masuk ke radar penglihatannya. Dia ingin berkilah, seolah tak pernah melihatnya, namun pria itu lebih dulu menyadarinya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

Pria itu bersama dengan empat orang lainnya, terlihat baru saja keluar dari sebuah restoran, sepertinya mereka baru selesai makan siang. Pria itu berdiri di sana tampak gagah dengan kameja putih yang terlapisi dengan rompi abu tua, dasinya yang terpasang sudah tak begitu rapih. Ntah kemana perginya jas pria itu.

ODD LOVE IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang