24: Seseorang Dari Masa Lalu

311 18 6
                                    

Seharusnya, jika dia memang tidak punya perasaan   apa pun pada Deva, maka menemui keluarga pria itu bukanlah hal yang membuatnya deg-degan. Namun mengapa saat ini Fea justru sangat khawatir di tempatnya, duduk di kursi mobil yang sudah berhenti di depan rumah Deva.

                "Kamu kenapa sih kayaknya deg-degan banget? Orang di rumah aku pada baik semua kok, ya setidaknya nggak ada yang makan orang sih," ujar Deva bercanda yang segera mendapat tatapan penuh permusuhan dari Fea.

                "Udah ah ayo, udah ditungguin tuh."

                Deva turun lebih dulu, kemudian dia membukakan pintu mobil untuk Fea turun dari sana. Keduanya berjalan bersama masuk ke rumah yang tampak sederhana, tidak lebih besar dari rumah Fea sendiri. Tapi walau begitu, rasanya cukup nyaman berada di sana.

                Saat masuk, Fea segera memasang senyumnya pada anggota keluarga Deva yang ada di sana. Kemudian dia dipersilahkan duduk di sebuah kursi yang kosong di area meja makan. Dengan kikuk, Fea duduk di sana, tepat di samping Deva.

                "Cantik sekali kamu, beneran mau sama anak Tante?" canda seorang wanita yang mungkin sudah berumur enam puluh tahun.

                Fea hanya tersenyum menanggapi.

                "Mama kok gitu sih?" ungkap Deva sebal.

                "Makan Nak, jangan malu-malu." Kata seoarang pria yang bisa Fea simpulkan sebagai Ayah Deva, wajah mereka menunjukkan kemiripian yang tidak bisa dielak. Seperti sebuah gambaran Deva dihari tua.

                Mereka mulai makan, bersama dengan dua adik Deva yang lainnya. Melihat ketiganya berinteraksi membuat Fea mengingat bagaimana ia dan Arsal bertahun-tahun lalu. Sangat terlihat Deva menyayangi adiknya. Adik kandungnya.

                Makanan yang tersaji saat ini berupa makanan rumahan dengan rasa yang identik dengan masakan 'Ibu', tidak ada yang spesial sebenarnya, tapi ntah bagaimana justru makanan seperti ini yang selalu membuat rindu.

                "Enak, nggak?" tanya wanita berambut bob itu.

                Fea mengangguk cepat. "Enak banget Tante. Makasih udah diajakin makan malem."

                "Sering-sering main ke sini, yah,"

                "Iya Tante."

                Deva tersenyum melihat interaksi itu. Dia merasa senang jika ternyata keluarganya juga menyukai Fea sebagaimana dia menyukai perempuan itu. Dia selalu ragu memperkenalkan perempuan yang dekat dengannya karena kenyataan bahwa keluarganya cukup pemilih membuat Deva malas sendiri jika ternyata orangtuanya tidak menyukainya.

                Fea meneguk air di gelas ketika telah selesai menghabiskan nasi dan lauk di piringnya. Dia masih duduk di sana masih dengan sikapnya yang kaku. Mungkin karena ini adalah pengalaman pertamanya.

                "Abang, katanya  Kak Nana mau ke sini," ujar perempuan yang duduk di seberang mereka.

                "Oh yah? Mau ngapain lagi dia?" Tanya Deva.

                "Nggak tau, katanya gabut di rumah,"

                "Ya udah suruh ke sini,"

                "Dia emang sering ke sini, kasihan si Nana kalau mesti balik ke rumahnya kan jauh, mending ke sini," Mama Deva ikut berkomentar.

                Sementara Fea yang tetap diam di sana, dia ingin bertanya siapa si Nana itu tapi raasanya lebih baik dia tetap diam saja. Dia akan menanyakan itu pada Deva setelah nanti mereka hanya berdua saja.

ODD LOVE IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang