16: Pertemuan Pertama Kali

341 18 5
                                    

Senyum langsung terukir di bibirnya ketika melihat siapa yang mendorong pintu ruangannya. Pria itu tampak begitu bersemangat mengangkat kedua tangannya yang sedang memegang dua gelas ice latte. Sebelum jam istirahat, Deva sudah mengirimkan pesan pada perempuan itu bahwa dia sedang ada di café di samping sekolah, yang kebetulan Fea memang sering membeli minuman di sana.

                Sehingga ketika mendapat pesan dari Deva, dia tentu tidak menolak saat ditanyai ingin menitip minuman apa untuk menemani makan siang ditengah teriknya matahari siang ini.

                "Thank you. Pesen ice latte juga?" tanya Fea saat menerima gelas itu.

                Deva menarik satu kursi untuk mendekat pada meja Fea. Dia duduk sebelum menjawab. "Untuk hari ini iya. Saya juga pengen coba yang kamu minum,"

                "Kalau biasanya, pesen apa?" Fea menyedot minumannya dari sedotan plastik.

                "Ice americano, klasik yah?"

                Fea tertawa, dia setuju. "Sangat bapak-bapak sekali, minumnya kopi hitam."

                Deva ikut tertawa mendengar dirinya dikatai seperti itu. "Eitss jangan salah. Americano lagi nge-trend dikalangan gen-z loh,"

                "Yah walaupun mereka nggak tau kalau ternyata americano itu mentok-mentok kopi hitam," lanjut Deva

                Keduanya tertawa.

                "Pak Deva udah makan?" Tanya Fea ketika dia mulai mengeluarkan kotak bekalnya dari sebuah tas kecil yang memang khusus perbekalannya.

                Deva menggeleng. "Belum, saya lagi nungguin delivery."

                "Oh yah? Pesen apa?"

                "Ayam goreng doang sih,"

                "Kalau saya bawa makannya lebihan udah saya bagi, tapi ini dikit banget,." Kata Fea memperlihatkan isi dari tiga kotak persegi panjang itu.

                Deva mengubah ekspresi wajahnya menjadi penuh ketidak percayaan bahwa perempuan di depannya ini benar-benar akan memakan isi dari kotak itu. "Itu beneran kamu makan? Yang masuk akal cuman telor rebusnya doang," ucapnya mengungkapkan ketidak percayaannya.

                Fea tertawa melihat reaksi Deva. "Enak loh. Badan jadi lebih seger kalau makan makanan yang nggak melalui banyak proses pengolahan begini,"

                Deva menggeleng, dia tidak setuju. "Saya masih setia jadi manusia daripada berubah jadi kambing, Fe."

                "Kurang ajar." Candanya, dia tertawa.

                Tidak lama, ditengah pembicaraan mereka, Deva permisi sebentar untuk turun mengambil pesanannya setelah driver menghubungi bahwa dia sudah ada di titik lokasi. Tak cukup lima menit, Deva sudah kembali dengan senyuman lebar di wajahnya. Fea bingung dengan Deva, ntah bagaimana pria itu selalu tersenyum lebar, seolah dia tidak mempunyai beban apa pun.

                Deva membuka kantong plastik yang tadi dibawanya, mengeluarkan sterofoam putih. Semerbak wangi dari ayam goreng langsung memenuhi indera penciuman mereka. "Mau?" Deva menawarkan dengan senyum jahil di wajahnya.

                "Nope. Kambing nggak makan ayam."

                Deva tertawa dengan celetukan Fea. "Yaudah mbek makan aja sayuran ijonya,"

ODD LOVE IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang