25: Natal

244 18 7
                                    

Fea memandangi halaman rumahnya yang terlihat dari jendela kamarnya. Sekarang sedang hujan, lumayan deras sampai langit berubah menjadi gelap diwaktu yang lebih cepat dari seharusnya. Dia membuka sedikit celah di jendela, menikmati dinginnya udara di luar sana.

                Fea meminum sedikit tehnya yang masih hangat, memang sudah tidak sepanas tadi sampai asap menggepul di atas cangkirnya. Namun, minuman kecokelatan itu setidaknya mampu menemaninya sore ini.

                Hari ini dia sudah libur karena besok adalah Natal. Lucunya, dengan keadaan dirinya yang masih semrawut seperti ini. Dia harus dihadapkan dengan suka cita Natal yang selalu dia nantikan-seharusnya-, karena sekarang, dia justru menghindari hari ini.

                Natal berarti dia harus berkumpul dengan keluarganya, dengan Papa, Mama dan tentunya Arsal. Bukannya dia tidak mau. Fea hanya tidak punya energi untuk berpura-pura bahagia saat ini. Tapi apa boleh buat? Dia tidak punya kekuatan untuk menolak hari itu.

                Maka sejak kemarin, dia sudah diteror oleh Ezra untuk pulang ke rumah. Menghias pohon natal dan memasak bersama. Sama seperti yang tiap tahun mereka lakukan.

                Sejak dia ke rumah Deva seminggu yang lalu. Tidak ada perubahan dari pria itu yang membuat Fea dapat menyimpulkan bahwa Reyna belum memberitahu Deva, atau mungkin sudah namun pria itu dapat menerimanya.

                Tapi sepertinya kemungkinan yang kedua terlalu sulit tuk benar-benar terjadi. Yang sangat mungkin adalah Reyna memang belum sempat memberitahu Deva tentang apa yang pernah terjadi antara Fea dan Arsal, serta Reyna.

                Dan selama seminggu ini juga dia belum pernah bertemu dengan Deva lagi karena kesibukan pria itu yang harus ke luar kota, ada pertemuan dengan sesama dosen. Fea tidak banyak bertanya ketika Deva memberitahunya tentang itu. Dia tidak begitu peduli sebenarnya.

                Lalu besok Deva sudah berjanji padanya untuk datang ke rumah dan merayakan Natal bersama-sama. Yang sebenarnya Fea tidak juga memaksa pria itu untuk datang. Namun sebagai manusia yang masih punya pikiran, tentu dia mengajak Deva untuk datang ke rumahnya, makan malam bersama keluarganya dihari Natal besok.

                "Feaa, ayo sayang turun makan." Panggil Livia setelah mengetuk pintu kamar putrinya.

                "Yaa Mama tunggu sebentar," jawabnya dengan sedikit berteriak

                Dia tidak lapar dan  tidak ada keinginan untuk makan sebenarnya. Tapi tentu dia tidak bisa berlaku sesukanya saat di rumah. Dia tetap harus turun untuk makan bersama keluarganya agar tidak memicuh banyak pertanyaan dari Ezra.

--odd love 2--

                Sebuah dress putih dan heels tiga senti melekat di tubuhnya malam ini. Dia mematut dirinya di depan sebuah cermin, memastikan tampilannya sudah cukup dari layak tuk dilihat orang lain. Semalam setelah menghadiri Paskah dia tidak bisa tidur sama sekali, walau dia sudah berusaha dengan berdoa kepada Tuhan serta mendengar Pendeta berkhotbah, namun kantuk juga tak kunjung menghampirinya.

                Tapi dengan senyum yang kini terpasang di wajahnya, dia terlihat baik saja.

                Ketika dia membuka pintu kamarnya, penghuni kamar di depannya juga melakukan hal yang sama. Untuk beberapa saat keduanya saling melampar pandangan. Tidak ada yang berbicara sampai akhirnya Fea yang memutus tautan mata mereka.

                Arsal terlihat sangat tampan di sana. Dengan kameja putih dan celana jeans hitam yang membungkus tubuhnya yang tinggi dan tegap membuat Fea bersumpah masih ingin menatap pria itu andai saja dia tidak sadar bahwa dia tidak boleh melakukan itu.

ODD LOVE IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang