37: Penyelesaian Yang Lain

291 18 0
                                    

                Kakinya bergerak gelisah, dia sudah bersandar di sebuah tembok besar menunggu kehadiran seseorang yang keluar dari pintu. Sudah berulang kali dia melihat jamnya, memastikan bahwa dia masih punya cukup waktu untuk menemui perempuan itu sebelum harus kembali ke kantor.

Arsal baru bisa bernafas lega ketika akhirnya melihat perempuan yang berjalan seorang diri ke arahnya yang sayangnya begitu mata mereka bertemu perempuan itu langsung membalik tubuhnya, hendak melarikan diri dari Arsal.

"Sasa..." panggilnya lalu mempercepat langkahnya untuk menyusul perempuan itu.

"Ya, kenapa sayang?" tanyanya seolah dia tidak berusaha melarikan diri saat Arsal sudah menahan lengannya.

"Aku mau kita bicara sebentar, bisa?"

"Aduuh nggak bisa, aku harus cek pasien. Nanti aja, yah?" kilahnya.

Arsal berdecak, dia tahu bahwa Sasa berbohong. "Kalau begitu ngomong di sini aja, gimana?"

Sasa menutup matanya sebentar, dia sudah tahu mengapa Arsal sampai menemuinya di sini. Setelah seluruh pesan dan telfon Arsal yang dia abaikan, bukan tidak mungkin jika akhirnya Arsal menyusulnya seperti ini.

"Jangan aneh-aneh yah, Sal." Ucapnya cepat. Dia melihat sekeliling, ada begitu banyak orang yang berlalu lalang di sana. "Ikut aku."

Arsal setuju, dia melangkah di belakang Sasa, sampai mereka tiba di satu ruangan yang sepi. Arsal menatap perempuan itu langsung. "Kamu tau kan apa yang mau aku omongin. Aku cuman minta kamu buat nemenin aku jelasin ke orang tua kamu."

"Maksud kamu apa sih Sal? Bukannya udah jelas kalau aku nggak mau kita batalin?"

"Tapi aku nggak bisa lanjutin ini Sasa. Nggak akan baik untuk kamu."

"Apanya yang nggak baik untuk aku? INI NGGAK BAIK HANYA BUAT KAMU. KAMU EGOIS SAL!!!" teriaknya histeris, berulang kali dia mencoba untuk menahan dirinya, nyatanya dia tidaklah mampu.

Arsal menghela nafasnya. "Demi Tuhan Sasa, ini tidak akan baik untuk kamu. Kamu hanya akan tersiksa bersama orang yang tidak menginginkan kamu. Sampai kapan kamu mau tersiksa dengan berada di sana?"

Sasa menggeleng. "Kamu menginginkan aku Sal. Dua tahun ini apa kalau kamu memang tidak menginginkan aku, HAH?!"

"Aku tidak pernah menginginkan kamu. Aku hanya menjalaninya karena Mama. Maafkan aku Sa."

Sasa menatapnya penuh kebingungan, dia seolah kehilangan seluruh kalimat yang tadi ada di dalam kepalanya. "Terus bagaimana, keluarga kamu setuju dengan ini?"

"Iya, aku sudah bicara dengan mereka. Sisa keluarga kamu. Kalau kamu memang nggak mau, biar aku sendiri yang bicara ke mereka."

Arsal memegangi pipinya yang terasa panas ketika Sasa berhasil mendaratkan tamparan di sana. "Jangan berani melakukan apa pun Sal. Aku nggak akan pernah maafin kamu kalau kamu berani datang ke keluarga ku."

"Terus kamu mau apa?"

"Aku nggak akan batalin apa pun Sal. Kita akan tetap menikah dua hari lagi."

Arsal menghembuskan nafasnya dengan kasar. "SASA!" bentaknya, dia kehabisan kesabaran dirinya.

"Apa?! Kamu kenapa bentak aku?" tangisnya sudah pecah, dia sampai terkejut saat mendengar suara Arsal setinggi itu.

ODD LOVE IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang