13: Untuk Tidak Lagi (21+)

912 19 0
                                    

                Sentuhan di dadanya membuat Fea menggeliat kecil dalam tidurnya, tanpa perlu membuka mata pun dia sudah tahu siapa yang melakukannya. Fea membalik tubuhnya menjadi terlentang, matanya yang perlahan terbuka mendapati pria yang sedang tersenyum padanya, Fea membalas senyum itu.

Tidak ada yang bersuara, mereka menikmati waktu dengan keheningan yang tercipta antara mereka. Tubuhnya baru berekasi lebih kala merasakan ngilu karena sentuhan gigi Arsal yang menyentuh syarafnya. "Kak..." ujarnya merintih pelan.

Sejak kemarin tubuhnya-khususnya payudaranya- menjadi lebih sensitive karena sepertinya dia akan mendapat tamu bulanannya sebentar lagi.

"Ngilu banget?" tanya Arsal, dia tidak tega melihat perempuan itu yang seperti begitu tersiksa. Sebenarnya dia menikmati, namun tentu dia tidak tega jika ternyata apa yang dia lakukan justru menyakiti perempuan itu.

Fea mengangguk.

"Nggak mau?" Tanya Arsal lagi, dia tidak tega. Kalau ternyata Fea menyuruhnya untuk berhenti maka dengan senang hati dia akan berhenti.

Fea membuka matanya, mempertemukan mata mereka lalu dia menggeleng. Bukan itu maksudnya. "Pelan aja Kak,"

Arsal menuruti, dia beralih pada bagian tubuh perempuan itu yang lain. Arsal menyentuh pipi Fea, "Jam berapa ke acaranya Kinan?" tanya Arsal mengingat tentang acara yang akan didatangi perempuan itu.

"Jam delapan Kak, jadi nemenin, kan?"

"Iyalah. Nggak ada kamu pergi sendiri ke sana," Arsal menjawab sedikit tidak santai.

Fea terkekeh kecil melihat betapa cepatnya Arsal menjawab dengan nada yang tidak biasa. "Kenapa sih Kak, biasanya juga santai aja kalau aku pergi sama mereka,"

"Sebenarnya nggak pernah santai kalau kamu pergi ke acara begitu. Tapi yah gimana aku juga nggak bisa temenin karena ada kerjaan."

"Tapi aku nggak pernah macem-macem, kan? Selalu ngabarin dan aktifin hape,"

"Memang. Kamu emangnya nggak suka kalau aku ikut?"

Fea mengkerutnya dahinya, bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan Arsal padanya. Tentu itu tidaklah benar. "Ya nggak lah Kak. Aku suka kalau Kakak bisa nemenin aku."

"Ya udah clear kalau gitu." Kata Arsal menyudahi obrolan mereka. Pria itu memajukan sedikit tubuhnya, mencium bibir yang kini tersenyum padanya. Fea mengangkat tangannya, menyentuh rahang keras Arsal, dia menikmati ciuman itu, Fea menjulurkan lidahnya ketika Arsal mulai menggodanya untuk bermain.

Dia sudah semakin mahir mengimbangi pria itu. Setidaknya sudah tidak sekaku sebelumnya.

Arsal berpindah, tubuhnya kini berada di atas perempuan itu dengan satu tangannya menyanggah tubuhnya sendiri agar tidak membebani perempuan di bawahnya. "Aku mau kamu dulu sebelum siap-siap ke acaranya Kinan, yah?" bisik Arsal tepat pada telinga perempuan itu.

Fea mengangguk setuju.

Tubuhnya menunggu sampai Arsal kembali bermain pada tubuhnya, menyentuh dan melakukan apa pun yang Arsal inginkan di sana. Fea mengadahkan kepalanya ke atas kala Arsal menciumi lehernya dengan tidak sabar, menuntut seakan tidak ada lagi hari esok dia bisa menyentuh perempuan itu.

"Kak jangan ninggalin kissmark pleaseeee," ucapnya penuh permohonan, dia tidak bisa repot-repot memakai banyak concealer pada bagian tubuhnya yang memerah tiap kali Arsal menghisapnya terlalu kuat. Setidaknya tidak untuk hari ini karena gaun yang akan dia pakai malam ini berjenis spaghetti strap berwarna hitam yang dibelikan Livia berapa bulan lalu.

ODD LOVE IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang