38: Kebahagiaan Terakhir

859 30 16
                                    

                Pemberkatan yang berlangsung pagi ini terasa sangat sederhana, tidak banyak orang di sana, hanya segelintir orang yang memang keluarga terdekat serta kerabat kedua mempelai. Jika apa yang telah terjadi selama bertahun-tahun ini akhirnya berakhir seperti ini, sepertinya Tuhan memang benar ada. Apa yang mereka doakan setiap harinya terwujud juga walau harus melalui begitu banyak kesedihan, membuang terlalu banyak waktu dan menyia-nyiakan seluruh kesempatan yang pernah hadir.

Hujan yang turun di luar sana dapat terdengar di dalam sebuah Gereja, hawa dingin yang menusuk kulit pun terasa seperti menyelimuti seluruh ruangan. Namun apa pun yang terjadi, kedua orang di sana seperti tidak merasakan apa pun selain kebahagiaan yang memuncak di dalam dadanya.

Ezra membimbing putrinya melangkah ke altar penikahan, di ujung sana ada Arsal yang sudah berdiri dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya. Ezra menghembuskan nafasnya, dia tidak lagi mengerti dengan apa yang terjadi ini, hanya saja, asal kedua anaknya bisa berbahagia maka dia akan dengan senang hati menurutinya. Mengesampingkan serta mematikan seluruh perasaan di dalam hatinya.

Ketika langkahnya sudah sampai di ujung, Ezra menghentikan langkahnya, melepaskan tangan putrinya dengan perlahan. Dia menyambut senyum Fea yang kini tampak berbinar. Dia tahu bahwa sekarang, putrinya sudah berbahagia, binar itu sudah kembali lagi.

Ezra masih berdiri di tempatnya, memandangi kedua anaknya di sana, dia menghapus air mata yang berhasil lolos dari pelupuk matanya. "Jaga putri Papa dengan baik, Sal. Papa mempercayakan dia untuk kau jaga dan sayangi seperti Papa melakukannya. Papa tidak segan untuk membunuh kamu jika putri Papa sampai menangis..." ucapnya pelan namun dari tatapannya dia seperti memberi sebuah permohonan kepada Arsal.

Arsal mendekat kepada Ezra, dia menatap Papanya dengan satu tetes air mata yang lolos dari matanya. "Pap... Jalan ku dan Fea sudah terlalu sulit untuk bisa sampai di sini, tidak mungkin untuk aku menyakiti apa yang sudah aku perjuangkan sampai seperti ini. Aku akan menyayangi dan menjaga dia bahkan lebih baik dari Papa."

Ezra mengangguk, menerima pelukan putranya, dia menepuk pundak Arsal berkali-kali. "Papa serahkan dia kepada kamu. Sayangi dia, Nak." Ucap Ezra lagi, dia tidak kuasa menahan air matanya terus menetes dari matanya.

"Iya Pa."

"Tuhan selalu memberkati kalian."

Lalu kali ini Fea yang memandangi Ezra dengan mata yang sudah berlinang air mata. Dia segera memeluk pria itu dengan erat. Sebuah gaun putih sederhana yang dia kenakan itu tampak indah membungkus tubuhnya, sebuah gaun yang dia rancang sendiri terlihat sangat pas untuknya. Dan untuk Ezra, hari ini putrinya tampak luar biasa cantik.

"Papaa...."

"Sudah jangan menangis, nanti riasan kamu jadi luntur. Yang harus selalu kamu ingat adalah Papa akan selalu menyayangi kamu dengan sangat. Kalau ada orang yang menyakiti kamu, kamu tau harus ke mana kan, Nak?"

Fea mengangguk berkali-kali. "Terimakasih banyak Papa..."

"Sama-sama, Nak. Hidup lah dengan bahagia maka dengan begitu Papa juga akan selalu berbahagia."

Satu bulan setelah semuanya benar-benar selesai, ketika Sasa akhirnya menerima bahwa hubungannya dengan Arsal telah berakhir, semuanya berjalan dengan normal kembali walau tentu ada banyak hal yang terasa aneh, mereka tidak berbiasa namun mereka tetap harus menjalaninya.

Livia terkejut saat pertama kali tahu fakta bahwa kedua anaknya kembali berhubungan. Namun wanita itu tidak banyak berkomentar, dia tahu bahwa semuanya memang tidak bisa dipaksakan, apa yang terlihat baik untuknya tetaplah tidak mutlak. Yang menjalani kehidupan itu bukanlah dia, apa yang menjadi keinginannya tidak serta merta harus terjadi.

ODD LOVE IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang