11: Rasa Yang Tak Semestinya (21+)

921 17 0
                                    

"Itu bagus semua sayang," kata Arsal berusaha untuk memberikan masukan kepada perempuan yang tampak cemberut di depannya.

Fea sedang mencoba beberapa pakaian yang baru dibelinya bersama teman-temannya tadi. Tapi mengapa begitu tiba di rumah, dia mendadak tidak menyukainya, berbeda saat di toko tadi. Fea menghela nafasnya, bibirnya mayun sedikit.

Arsal sedang duduk di pinggir ranjang perempuan itu, masih lengkap dengan kameja dan celana dasar berwarna abu tuanya. Dia baru saja pulang kantor hampir pukul sembilan malam karena ada meeting yang harus dia lakukan dulu dan baru saja selesai, kemudian saat tiba di rumah, Fea segera menariknya untuk masuk ke kamar untuk dimintai pendapat tentang beberapa potong pakaian yang dibelinya.

"Kenapa sih? Bagus semua kok," ungkap Arsal jujur. Karena menurutnya, setelah menyaksikan Fea mencoba-coba pakaiannya, Arsal menyukainya, sangat pas berada di tubuh kurus perempuan itu.

Fea menggeleng malas. Bahkan kalimat-kalimat Arsal pun tidak mampu membuatnya yakin bahwa dia tidak menyesal membelinya.

"Kamu nggak nyobain dulu di sana sebelum beli?" Tanya Arsal.

"Cobain. Makanya bingung, kok pas di rumah jadi biasa aja yah?" Fea menjawab malas.

Arsal berdiri dari duduknya, dia menarik segaris senyum di bibirya, dia mendekat pada perempuan itu, memeluk tubuhnya dari belakang. Arsal dapat melihat pantulan mereka di cermin besar di depannya.

"Tadi pulangnya jam berapa?" Tanya Arsal berbisik di telinga perempuan itu.

Fea memiringkan sedikit kepalanya ketika Arsal mulai menciumi lehernya, "mungkin cuman beda lima belas menitan sama Kakak," jawabnya.

"Hmmm, kamu nggak makan di rumah juga?" Tanya Arsal lagi disela ciumannya.

                Fea mengangguk. Dia memang makan bersama teman-temannya sebelum pulang dan sudah memberitahu Papanya tentang itu.

"Terus tadi makan apa?" Tanya Arsal lagi tanpa menghentikan kegiatannya menciumi leher harum perempuan itu, Fea baru saja selesai mandi sehingga sisa wangi dari sabun dan sampo yang dia gunakan bisa tercium dengan jelas.

Fea melenguh kali ini, berusaha menghindari Arsal, merasa geli dengan sentuhan pria itu. "Makan udon sama Kinan," jawabnya susah payah.

Arsal menghentikan ciumannya, mengurai pelukannya lalu membalik perempuan itu agar menghadapnya sebelum kembali mengunci ruang gerak Fea dengan satu tangannya melingkar di pinggang.

"Kakak udah makan?"

Arsal menggeleng, dia memang belum makan sejak tadi siang. Hanya dua gelas kopi hitam yang mengisi perutnya sekaligus menghilagkan rasa kantuk yang terus menyiksanya saat di kantor.

"Kenapa nggak makan?" Fea mengangkat kedua tangannya dengan dahi mengkerut, dia menuntut jawaban dari pria di depannya ini.

"Tadi nggak laper aja, tapi sekarang udah laper," Arsal tersenyum tipis.

"Ya udah ayo aku temenin makan di bawah,"

Arsal terkekeh pelan, dia memajuka kepalanya sedikit membisikkan sesuatu di telinga perempuan itu. "Aku mau makan kamu."

Fea buru-buru mengubah mimik wajahnya, menatap Arsal penuh permusuhan, dia sedang serius. "Kakak! Ih ayo sini makan dulu di bawah, Mama tadi masak aku liat,"

ODD LOVE IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang