17. KEMATIAN

337 33 14
                                    

Bagian cerita diawal akan sama dengan bagian akhir chapter sebelumnya, tapi dengan tambahan detail yang lebih jelas.


Arwana keluar dari gerbang Ananta dengan marah lalu menuju sungai. Hatinya hancur, sakit hati karena hubungan dan Ukino dalam keadaan goyah. Tapi dia sadar, dia dan Ukino tidak bisa berbuat apa-apa selain merayakan kesedihan mereka.

"DIA MENYERAH DENGAN CINTA KAMI!!!" Arwana memukul batuan sungai sampai retak, dia luapkan amarahnya dengan penuh kekesalan.

Uap air keluar dari tubuhnya tanpa pangeran air itu dalam emosi yang kuat. Dia berusaha bertapa untuk menenangkan diri tapi kenangan tentang kedekatannya dan Ukino yang sudah bertahun-tahun membuat air matanya jatuh. Arwana mengepal tangan, berusaha lupa, berusaha kuat. Tapi dia benar-benar marah pada keadaan.

 Tapi dia benar-benar marah pada keadaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"UKINO!!!!" Arwana mengeluarkan pukulan yang menyebabkan ledakan air, memukul pohon besar di samping sungai, sampai pohon itu tumbang dan ular-ular jatuh dari rantingnya.

"Hmmm. lihatlah pangeran sungai selatan ini" Bisha muncul dan tersenyum ke Arwana.

Dirinya menampakkan diri dan kelihatan tidak takut sedikitpun walau tubuh Arwana memancarkan energi kemarahan.

"KAU!!" Arwana mengeluarkan pedangnya dari air dengan teknik kesatria air.

Arwana memasang kuda-kuda dan menyelimuti pedangnya dengan aliran sungai agar menjadi lebih padat dan tajam.

"Aku tidak ingin berkelahi lagi anak air. Lagipula kita tahu aku tidak akan kalah" Bisha tersenyum lebar dan mengeluarkan lidah ular-nya sesekali. Ular ular dari tanah masuk ke sungai, tubuh Bisha juga mengeluarkan ular yang mulai dia sebar ke sekeliling Arwana.

 Ular ular dari tanah masuk ke sungai, tubuh Bisha juga mengeluarkan ular yang mulai dia sebar ke sekeliling Arwana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaimana kau bisa disini! Kau mengincar putra mahkota kan?" Tanya Arwana dengan marah.

"Ya, akan kubunuh Ukino itu, lalu kubunuh kembaranku yang brengsek itu, kubunuh Semino, lalu kau, mungkin bisa ku biarkan hidup."

Arwana menebas pedangnya dengan sangat cepat, Bisha menghilang lalu muncul di balik batuan sungai. Langit semakin gelap dan Arwana harus berhadapan dengan ular-ular beracun Bisha yang menggigitnya.

DANAU PELANGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang