30 | Insiden di Dalam Lift

90 13 2
                                    

Sinar matahari masuk ke dalam celah gorden kamar Alana, tetapi hal itu tidak membuat Alana bangun. Ketika terdengar suara ketukan dari arah pintu, Alana baru menyeritkan keningnya. Gadis itu perlahan membuka matanya saat mendengar suara ibunya.

"Alana, apa kau tidak akan pergi bekerja?"

Kening Alana menyerit lagi. Gadis itu segera bangkit dari tidurnya. Ia masih mengenakan gaun yang kemarin. Alana lupa untuk berganti pakaian. Sisa lipstick masih menempel di bibirnya. Rambutnya yang berantakan Alana sisir menggunakan tangannya ke belakang.

Ia segera bangun dan berjalan ke arah pintu. Alana membuka sedikit pintu itu—mengintip untuk memastikan apa ibunya masih ada di depan kamarnya atau tidak. Dugaannya itu benar saat ia melihat ibunya tengah berdiri di depan kamarnya.

"Aku masih marah kepada ibu." Ucap Alana dengan suara paraunya.

Sunhee hanya menghela napas. Ia mendorong pintu tersebut hingga terbuka. "Cepatlah mandi. Bukankah kau harus pergi bekerja?"

Kedua alis Alana terangkat. "Bekerja?!" Seru Alana. "Jadi ibu tidak akan membawaku pulang?" Tanya Alana dengan semangat. "Apa itu tandanya aku masih bisa tetap tinggal di sini?!"

Sunhee yang melihat itu tersenyum. "Iya, kau masih bisa tinggal di sini." Jawab Sunhee.

Alana segera menerjang tubuh ibunya dengan pelukan. Gadis itu berulang kali mengecup pipi ibunya. "Terima kasih ibu! Aku senang sekali!"

Sunhee terkekeh pelan. "Cepatlah mandi. Ibu bisa mencium bau yang keluar dari mulutmu." Kata Sunhee.

Alana sekali lagi mengecup pipi ibunya dengan keras. "Aku akan bersiap-siap untuk bekerja!" Ucapnya seraya melenggang ke kamar mandi.

Sunhee menyilangkan tangannya sebelum menggelengkan pelan kepalanya. Wanita paruh baya itu merasakan ada tangan yang hinggap dibahunya yang disusul dengan aroma musk dan juga woods yang menyapa hidungnya.

"Sepertinya aku didahului oleh putriku." Ucap Aleno sebelum mengecup pelan bibir Sunhee.

"Bagaimana bisa aku berkata tidak jika Alana memasang wajah seperti itu?" Gumam Sunhee.

Find Me in Your Memory

"Apa ayah dan ibu tidak akan menginap lebih lama lagi?" Tanya Alana. Keluarga kecil itu sedang sarapan di meja makan. Alana sudah mendengar dari ibunya bahwa kedua orang tuanya itu akan kembali ke Italia hari ini.

"Bukankah kau ingin ayah dan ibu segera pergi?" Sindir Sunhee yang membuat Alana mengerucutkan bibirnya.

"Bukan seperti itu!" Rengek Alana. Lihatlah, sifat manja dari putri semata wayang mereka muncul. "Aku memang tidak ingin pulang dulu, tapi tidak bisakah ayah dan ibu lebih lama di sini?" Ucap Alana dengan pelan. Gadis itu memasang wajah sedihnya.

"Ayahmu bukan orang yang bisa berleha-leha, Alana." Ucap Sunhee.

"Maafkan ayah, sayang." Sesal Aleno. "Ada banyak pekerjaan yang sudah menunggu ayah pulang." Lanjut pria itu.

"Kami akan segera menjemputmu jika kau sudah siap untuk pulang." Kata Aleno seraya mengelus pelan kepala putrinya.

Alana menghela napas panjang. Yah, mau bagaimana lagi.

Find Me in Your Memory

Alana berangkat bekerja dengan hati yang tenang. Ia sudah tidak perlu mengkhawatirkan jika nanti ia dipaksa pulang. Kaki gadis itu tidak bisa diam saat menunggu pintu lift terbuka. Alana membetulkan rambutnya. Saat pintu lift terbuka, ia segera berjalan ke luar.

Find Me in Your MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang