CHAPTER 30

13.6K 1.7K 2.2K
                                    

"Madam, tolong pikirkan lagi."

Sirea mengikuti ke mana pun Reba melangkah. Kepanikan terpancar dari wajah Sirea.

"Aku tak pernah bertindak tanpa berpikir," sahut Reba tegas. Buru-buru menguncir rambutnya dengan tinggi hingga sorot matanya kian menajam. Terpampang jelas rahang tajam wanita tersebut.

"Tapi tidak dengan kali ini, Madam. Kau terlalu buru-buru, kau terlalu mengedepankan egomu." Sekali lagi Sirea memprotes.

Di pukul dua malam, di tengah langit gelap berlapis awan mendung ini, sebuah keputusan besar telah Reba pilih untuk perjalanan hidupnya; ia menerima ajakan Joe Harem untuk bertemu, pertemuan yang bahkan, Reba sendiri tak menjamin segala sesuatunya akan berjalan baik.

Maut tengah menantinya.

Bersamaan dengan itu, Reba pun telah memutuskan untuk meninggalkan kediaman kesultanan Liben. Meninggalkan Rankit Packer yang dikasihinya, prianya yang dicintai, masa depannya.

"Bukan ego, Sirea. Tetapi keberanian demi kehidupanku. Aku bukan istri Rankit Packer, aku tak bisa bergantung penuh padanya dan sejatinya, aku pun bukan wanita yang suka bergantung kepada sesama manusia lainnya. Sifat bergantung dapat membunuh serta melemahkanmu, asal kau tahu itu," balas Reba cepat.

Cepat pula gerakan tangannya menyisip masuk dua belati juga dua pistol ke holster paha di balik gaun seksi yang dikenakannya. Dilengkapi heels runcing, sarung tangan kulit berwarna hitam, Reba pun telah selesai.

"Madam—"

"Temui aku besok pagi di hotel dekat bandara," sela Reba. Ia lalu menghadap Sirea. "Tapi aku takkan memaksamu untuk ikut denganku. Jika kau ingin tinggal dan hidup nyaman di sini, menetaplah. Sebab bersamaku berarti kau siap untuk menjadi buronan." Mimik Reba tenang, datar seperti apa adanya ia selama ini.

Sirea maju selangkah. "Aku akan selalu ikut denganmu sekalipun kau ke neraka," ucapnya lugas. Penuh keyakinan.

"Tapi tidak untuk malam ini. Tidurlah dan biarkan aku pergi seorang diri. Apabila tak ada lagi kabar dariku sampai pagi nanti, maka aku telah mati dalam pertemuan malam ini." Reba menarik kecil ujung bibirnya.

Sebelum Sirea sempat menjawab, sudah lebih dulu Reba melenggang seksi meninggalkan kamar tersebut. Kamar tempatnya tidur selama berada di kediaman Rankit Packer untuk dua hari belakangan.

Bahu Sirea melemas memandang kepergian Reba, ia berkacak pinggang sambil satu tangannya memegang kening, bermondar-mandir gelisah. Reba Volpone tak pernah bisa dicegah. Apabila ia beserta logikanya yang mengambil keputusan, berarti itu mutlak.

"Bukakan aku gerbangnya." Dengan nada datar Reba meminta. Menghadap para penjaga keamanan yang bertugas menjaga gerbang utama dari kediaman mewah kesultanan Liben.

Tiga penjaga saling melempar pandang lantas mereka menatap Reba. "Jika ada yang bisa kami bantu, biarkan kami melakukannya. Sultan tidak akan suka Anda meninggalkan kediaman di jam-jam seperti ini," kata salah satu dari tiga orang penjaga.

"Tidak perlu. Bukakan saja aku gerbangnya," balas Reba masih sedatar awal.

Ketiga penjaga itu kembali saling melempar pandang. Setelahnya mereka mengangguk kecil kepada satu sama lain.

"Silakan." Gerbang raksasa itu dibuka setengah.

"Thank you," timpal Reba tanpa melihat ke belakang.

Ia terus melangkah membawa tekad bulat dalam dirinya, tekad untuk bertemu si pengkhianat Joe Harem—yang mungkin sedang menantinya bersama-sama dengan Osman. Tekad untuk meninggalkan Rankit, selamanya setelah malam ini mereka bertemu di gudang selama beberapa saat yang menyedihkan.

IMMORALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang