CHAPTER 28

13.8K 1.6K 1.4K
                                    

Siapa yang rindu Double R?
Tolong diramaikan yaa.
2500 kata 🌹

Mention jika menemukan typo 💋

****

Sama sekali tak terlintas dalam benak Reba apabila ia ingin diperlakukan baik, sopan dan penuh kenyamanan di mansion mewah kepunyaan Rankit Packer.

Ia dan Sirea di sana hanya untuk sekadar menumpang sampai waktu yang ditentukan. Namun, tentu pasti Rankit tak ingin wanita yang dicintainya diperlakukan dengan buruk.

Secara tidak langsung, Rankit telah menunjukkan kepada seluruh penghuni bangunan itu jika ia telah memilih wanitanya, seseorang yang akan menjadi pasangannya di hari esok serta ibu bagi Shada.

Rankit tak main-main atas niat tulus hatinya, semua itu bahkan terlihat jelas dari sikapnya dalam memperlakukan Reba. Ia memang pria yang tak banyak bicara, tetapi aksinya dalam mencintai terlalu nyata, terlalu peduli amat memperhatikan apa pun yang bersangkutan dengan wanitanya.

"Sultan datang."

Mendengar pelayan saling berbisik satu sama lain, Reba lekas menoleh dan langsung ia dapati Rankit mendekat dari kejauhan. Setelan formal membungkus postur jangkung Rankit, seksi dengan kaki panjangnya yang ramping berbalut pantofel mengilap, melangkah lebar gontai sembari menjepit cerutu mahalnya di jari.

Dari posisinya duduk, Reba menatap lurus kepada mata Rankit yang kian dekat. Keduanya menahan senyum, memendam itu hingga melalui sorot matalah mereka kini seakan tersenyum.

"Selamat siang." Rankit menimpali.

"Selamat siang, Sultanku." Bukan Reba, melainkan Sirea-lah yang menyahut kemudian mengulum bibir. Menunduk namun ia melirik kepada madamnya di sebelah, kepada Reba di mana wanita itu masih tak berpindah dari wajah Rankit.

Sekuat apa pun Reba mengelak, Sirea cukup diam dan mengamati. Sudah ia lihat secara langsung kedua orang itu berada di satu selimut yang sama, tanpa busana dan saling mendekap mesra. Itu fakta yang takkan bisa lagi Reba hindari.

Tiga pelayan berseragam yang dari tadi menonton Reba dan Sirea bermain catur, kompak ketiga-tiganya lantas melangkah mundur, kemudian secara sopan mereka pamit kepada sang sultan beserta Reba dan Sirea.

"Makan siang?" Rankit lebih dekat ke kursi Reba.

"Kau sudah lapar?" Alih-alih menjawab pertanyaan Rankit, Reba justru bertanya kepada Sirea—yang sebenarnya hanya ingin melihat kecanggungan lucu antara sultan Liben bersama madamnya.

Sebagai orang yang menangkap basah Rankit dan Reba semalam, sulit bagi Sirea untuk menahan bibirnya yang terus-terusan saja ingin tersenyum bahkan menyengir lebar.

"Sedikit," jawab Sirea. Perempuan muda itu hampir menjerit melihat atensi dominan Rankit nan terpaku ke wajah Reba, memandang sisi wajah Reba sampai-sampai Reba sendiri pun terdiam sedikit canggung.

"Kita makan bersama," putus Rankit akhirnya. Ia bahkan rela menolak jamuan makan siang dari pejabat tinggi Morocco demi langsung pulang agar dapat makan siang bersama-sama dengan wanitanya.

"Kalian duluan. Aku tertarik berlatih menembak dengan para ajudan di halaman belakang." Reba menolak.

"Kutunggu di meja makan." Sirea berdiri dari kursinya, berlalu pergi dari sana untuk memberi kesempatan kepada Rankit yang terlihat ingin hanya berduaan dengan Reba.

IMMORALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang