Retaknya Hubungan Aluna Dan Zicon

33 3 0
                                    

Mohon sebelum baca ada baiknya untuk memberi vote, like, komen, dan follow author nya agar lebih bersemangat lagi untuk menulisnya❤️❤️
Kritik, saran, apa pun itu, author terima kok dengan senang hati, karena keinginan readers, keinginan author juga❤️❤️

"Berisik! Lo berisik, b@ngsat!" teriak Alana meraung marah. Sengaja menutupi rasa gengsi akan empati dia terhadap kakak kembarnya itu. Aluna yang mendengar makian dari Aluna pun, terdiam. Menyeka sisa buliran air matanya, lantas menatap penuh pengharapan kepada adik kembarnya itu.

"Kalau kamu memang tidak ingin memaafkan aku, dan tetap ingin berdiri dengan pendirianmu itu, aku sudah tak bisa memaksa. Tapi kamu harus tau, kalau aku sungguh mencintai dan menyayangimu adikku." Aluna tersenyum tulus, menatap Alana dengan wajah sembabnya. Alana diam, lantas kembali berjalan meninggalkan Aluna yang sudah berdiri dari duduknya itu. Meninggalkannya tanpa sepatah kata balasan.

Drrt! Drrt! Drrt!

Aluna yang hendak membuka pintu kamarnya, seketika terhenti lagi saat mendengar getaran ponsel miliknya. Aluna tanpa ba bi bu, segera membuka ponselnya, dan melihat panggilan masuk yang tertera nama pacarnya di sana.

"Halo?" sapa Aluna, mengangkat panggilan. Orang yang mulai meneleponnya hanya diam, tanpa membalas sapaan Aluna.

"Halo. Zicon?" panggil Aluna lagi, bingung karena pacarnya itu sejak tadi hanya diam saja. Dan hanya suara hembusan nafas pacarnya saja yang dia dengar sejak tadi.

("Kenapa?") tanya Zicon tiba-tiba, setelah ia selesai dari diamnya. Aluna mengangkat sebelah alis matanya, "ya? Maksudnya, Zicon?" Aluna yang bingung kenapa pacarnya tiba-tiba bertanya dengan intonasi dingin padanya itu, balik bertanya polos.

("Kenapa lo ga ngabarin gue kalo lo bakal pergi bareng Rafgan, hah?! Kenapa malah dia yang ngabarin kalo lo bareng dia pakai hp lo, heh?!") tanya Zicon lebih jelas, meninggikan sedikit suaranya. Marah besar. Aluna yang sudah menduga dan takut kalau pacarnya itu akan marah besar seperti sekarang ini, gemetar ketakutan tanpa bisa menjawab pertanyaan pacarnya itu.

"Ma, maafkan aku, Zicon. Aku salah, aku tahu seharusnya aku tak berbuat seperti itu, hanya saja aku cuma membantu Rafgan yang perlu kutolong." Jawab Aluna gagap, takut dengan kemarahan Zicon yang menurutnya sangat menakutkan.

("Tapi lo kan bisa kabarin gue kalo lo bakal pulang bareng dia! Hah! Dasar sialan! Lo tuh harusnya sadar kalo lo tuh punya pacar, b4ngsat!") maki Zicon murka, berteriak di dalam panggilan yang tengah berlangsung itu. Aluna hanya bisa diam, menunduk takut dan merasa bersalah, karena dia merasa kalau dia sudah mengkhianati kekasihnya itu.

"Ta, tapi kamu tadi aku chat kamu, kamunya udah pulang dan kelihatan sibuk. Jadi aku tak berani untuk menganggu waktu berhargamu, sayang. Maaf, aku minta maaf padamu." Ucap Aluna mencoba untuk membela dirinya, dan meminta maaf. Aluna menelan ludah, saat ia mendengar pacarnya itu mendengus kencang. Terdengar jengkel.

("Ah, sudahlah! Gua malas berdebat dengan lo sekarang, Aluna. Besok saat jam istirahat, temui gua di taman belakang sekolah. Kita bicarakan masalah ini besok, dan sorry karena gua tadi membentak lo sambil menggunakan kata lo gue ke elo dengan nada kasar. Tadi gua sedang di suasana hati yang gak baik, dan tiba-tiba aja gua mendapat pesan dari seorang pria lain lewat ponsel pacar gua sendiri. Padahal gua lagi dalam suasana hati yang buruk, dan itu buat emosi gua makin meledak sampai ke elo. Jadi gua mohon, lo tolong ngerti kenapa gua marah ke elo. Dan untuk saat ini kita lebih baik saling jaga jarak dulu, untuk mendinginkan pikiran kita masing-masing dulu.") Balas Zicon menghela nafas, meminta maaf. Aluna hanya diam, menunduk mendengar ucapan pacarnya yang berada di dalam panggilan suaranya itu.

("Kalau begitu gua tutup dulu teleponnya, Aluna. Sampai jumpa besok di sekolah, Aluna.") Ujar Zicon mengakhiri percakapannya dengan Aluna, lantas ia langsung menutup panggilannya tanpa sempat memberikan waktu Aluna buat membalas ucapannya itu.

"Huft!" Aluna menghembuskan nafasnya dengan kasar, lantas ia menghempaskan tubuhnya ke kasur empuk miliknya. Duduk sambil menunduk dengan kepala di topang kedua tangannya itu, merasa sangat lelah dan frustasi.

Cobaan apalagi yang kau berikan kepadaku, Tuhan! Aku lelah, Tuhan! Sangat lelah... Batin Aluna mengeluh, merasa sangat lelah dan frustasi menghadapi nasibnya yang menurutnya sangat sial.

***


Takdir Si Gadis FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang