Rafgan Nangis??

15 4 0
                                    

Mohon sebelum baca ada baiknya untuk memberi vote, like, komen, dan follow author nya agar lebih bersemangat lagi untuk menulisnya❤️❤️
Kritik, saran, apa pun itu, author terima kok dengan senang hati, karena keinginan readers, keinginan author juga❤️❤️

"Lu dari mana aja, Raf? Eh, btw gua denger rumor dari anak kelas, kalo lu berantem dengan si Ketua OSIS gara-gara teman cewek lu itu?" tanya seorang teman yang merangkul Rafgan tiba-tiba dari belakang. Rafgan yang terhuyung ke depan karena terkejut sementara itu, seketika dengan sinis menoleh ke arah temannya itu.

"Berhenti buat datang tiba-tiba, Arnold." Rafgan melepaskan rangkulan kawannya itu, lantas mengomeli Arnold. Arnold cengengesan, lalu dengan santainya ia mengangkat bahu nyengir tanpa rasa bersalah.

"Lu belom jawab pertanyaan teman lu yang baik hati nan tampan ini loh, Raf." Rafgan memutar bola matanya saat mendengar ucapan teman satu tim basket dan satu bangku dengannya itu, malas menanggapi. Rafgan merasa kalau Arnold temannya itu hanya mengganggu dan membuatnya semakin badmood apalagi saat di mana Aluna gadis yang disukainya selama sepuluh tahun itu dan teman yang paling dia ingin lindungi itu tengah marah basar padanya akibat dia bertengkar dengan Zicon.

"Nanti sore kita ngumpul. Suruh anak tim buat ngumpul dan ketemu di tempat latihan, kita bakal latihan nanti." Arnold seketika melongo, "hah?? Kok tiba-tiba??" kaget Arnold, bertanya protes.

"Kenapa? Lo gak mau? Kalau gak mau juga gua gak bakal maksa. Kalau gitu gua duluan," Rafgan mempercepat langkahnya, meninggalkan Arnold yang masih separuh tak terima, separuh bingung dengan kawannya itu. Lantas saat Rafgan sudah cukup jauh meninggalkannya itu, ia berseru memanggil Rafgan sembari berlari mengejar pemuda yang tengah galau itu.

***

"Jujur gua gak tau alasan lo kayak gini, dan soal rumor lo yang udah nyebar ke satu sekolah itu bener apa kagak. Tapi lu yang kayak gini, kita yang cuma kroco lu jadi menderita, njirr." Omel Arnold masih protes kepada ketua timnya itu saat mereka sudah pulang sekolah dan tiba di tempat yang mereka tuju itu. Ya mau bagaimana lagi? Yang galau Rafgan, yang kena imbasnya dia dan teman satu timnya yang lain yang tak tahu apa masalahnya.

"Gua kan udah bilang ke lu, kalo lu gak mau, ya it's okay. Gua gak masalah latihan sendiri," Rafgan menatap datar temannya itu. Sedikit merasa malas menanggapi ocehan yang menurutnya hanya membuat dia semakin sakit kepala itu.

"Mana bisa gitu, Rafgan! Lu ketua kita, ya kali gua biarin aja lu latihan sendiri." seru Arnold merasa tak terima, sedikit sakit hati. Rafgan yang mendengar itu, tersenyum tipis. "Hmm, kalau gitu, di mana anak-anak yang lain?" tanya Rafgan heran, celingukan mencari keberadaan anggota timnya yang lain. Arnold mengangkat bahu, "mungkin sebentar lagi mereka tiba. Kan kita datang ke sininya kecepatan, jadi mungkin aja mereka lagi di jalan." Jawab Arnold sekadarnya, lantas ia dengan santainya rebahan di lantai lapangan tempat mereka hendak latihan itu.

Wajar saja seorang Arnold yang otaknya memang agak miring itu bersikap seenaknya. Dan mumpung selagi tempat mereka latihan adalah ruangan indoor ruangan yang menggunakan lantai semen bukan lantai tanah itu, jadi dengan senang hati dia akan merebahkan dirinya begitu saja tanpa rasa malu dan was-was.

"Dasar cowok sinting lu, Nold! Bisa-bisanya lu tiduran di lantai kayak gitu? Kagak malu kah lu tiduran kayak anak gelandangan gitu, dan dilihat pengurus ruang latihan, heh?" omel Rafgan mendelik jijik, takut kalau saja dia terkena virus gilanya Arnold. Arnold hanya nyengir lebar, lalu ia dengan santai menarik-narik baju seragam basket milik Rafgan yang memang sudah diganti saat dia dan Arnold tiba di lapangan itu, hendak mengajak Rafgan untuk ikut tiduran sepertinya.

"Ogah gua ikutan sinting kayak lu, Arnold." Rafgan berucap dingin, lalu ia berjalan melewati Arnold yang tengah berbaring itu. Hendak pemanasan terlebih dahulu sembari menunggu teman-temannya yang lain. Arnold hanya diam, menatap punggung lebar temannya itu, terkekeh pelan. Karena dia tahu kalau Rafgan dalam mood jelek.

Takdir Si Gadis FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang