Mohon sebelum baca ada baiknya untuk memberi vote, like, komen, dan follow author nya agar lebih bersemangat lagi untuk menulisnya❤️❤️
Kritik, saran, apa pun itu, author terima kok dengan senang hati, karena keinginan readers, keinginan author juga❤️❤️"Cukup, Alana. Itu sudah cukup untuk menggunting rambutnya seperti itu." Cegah Leni tak tega dengan Aluna yang sudah sejak tadi menangis, hingga suara gadis itu terdengar serak parau. Alana yang masih belum puas untuk menyiksa Aluna itu, berdecih pelan. Menghentikan aksinya yang menggunting hampir sebagian rambut Aluna dengan asal.
"Kenapa lo nahan Alana buat mainin tuh cewek suram?" tanya Kisha ikut nimbrung, merasa aneh pada Leni. Leni hanya diam, lalu ia melirik Aluna yang sudah seperti orang yang tak ingin hidup itu.
"Seharusnya lo tuh lakuin kayak gini!" Kisha menampar Aluna dengan keras, mengajari Leni. Aluna hanya diam, menatap tajam Kisha dengan wajah yang penuh dendam.
"Kenapa lo lihat gua kayak gitu, heh?" tanya Kisha merasa kesal dengan tatapan Aluna itu, semakin semangat menampar Aluna.
"Dasar kalian pengecut,"
"Apa lo bilang?"
"Kalian semua pengecut!" bentak Aluna tajam, melotot ke Kisha dan Alana. Alana dan Kisha yang tak terima dikatakan pengecut itu, semakin menggila untuk menyiksa Aluna. Aluna diam menggertakkan giginya, menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya, walaupun matanya tak dapat berbohong.
"Tenang aja aluna, gua gak bakal bikin lo mokad, karena itu sangat merepotkan. Dan gua bakal mainin lo sampai di sini, selebihnya gua serahkan ke dua teman lo dan gua ada ngundang tamu buat lo." Alana menepuk-nepuk pipi Aluna yang sudah bonyok itu, mengode salah satu bawahannya untuk menghubungi seseorang. Dan sembari menunggu tamu yang dikatakan oleh Alana itu, Alana kembali menyerahkan pisau lipat kecil yang sengaja ia tidak pergunakan. Karena dia memang mengkhususkan pisau itu untuk Lira dan Leni yang tengah berdiri mematung menatap Aluna yang terlihat mengenaskan itu.
"Nah, gua tawarkan lo berdua sekali lagi. Lo ambil pisau ini, apa nggak?" tanya Alana lagi, kembali menawarkan pisau lipat kecil itu pada Lira dan Leni. Lira dan Leni saling pandang, lalu ia melirik Aluna yang menatap mereka dengan nanar dan cukup mengenaskan itu. Lira dan Leni saling mengangguk, lalu dengan serempak mereka menggeleng menolak tawaran dari Alana. Tak ingin terlibat lebih jauh.
"Kenapa? Bukannya ini yang lo berdua inginkan, heh? Bukannya lo berdua yang membawa benalu itu ke sini? Kenapa sekarang kalian malah menolak tawaran gue, heh?" Lira dan Leni yang mendengar pertanyaan dari Alana itu, diam seribu bahasa. Memang benar kalau mereka yang menginginkan kasus penculikan Aluna ini, dan memang benar mereka yang menculik dan membawa Aluna ke gudang terpencil tempat mereka berada saat ini. Namun, saat mereka hendak melukai Aluna lebih jauh lagi, selalu saja kenangan akan Aluna yang tulus berteman pada mereka selalu saja membayangi mereka, dan membuat mereka tak dapat melakukan kejahatan lebih jauh lagi.
"Hahahah! Yeah, sudahlah. Gak ada gunanya gua memaksa orang yang gak mau, bukan?" Alana tertawa kencang, mengusap rambutnya ke belakang. Lalu ia tersenyum creepy ke arah Lira, Leni. Dan setelah itu dia mengalihkan pandangannya ke Aluna, dan tak lupa pisau lipat yang ada di tangannya ia lemparkan ke hadapan Aluna.
"Karena gua udah puas main-main sama lo, jadi suasana hati gua lagi bagus. Dan oh ya, tamu yang gua undang ke sini udah ada di depan pintu tuh." Alana mengibaskan rambut panjang bergelombangnya, lalu menyuruh tamu yang dia maksudkan untuk masuk ke dalam. Aluna yang tengah menahan amarahnya itu, seketika terhenyak saat tau siapa tamu yang dimaksudkan Alana.
"Zicon?" Aluna bergumam tak percaya. Matanya membulat sempurna saat tahu mantan pacarnya lah yang mendatanginya. Betapa terkejutnya ia saat tahu Zicon adalah tamu yang dimaksud Alana, dan yang tak dapat dia sangka adalah, Zicon yang ikut bekerja sama dengan Alana dalam kasus penculikan dan penyiksaan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Si Gadis Figuran
Acak⚠️REVISI ULANG⚠️ ⚠️Sebelum baca tolong follow, vote, komen nya⚠️ Aluna si gadis figuran di dunia sosialnya sejak lama hanya karena harus mengalah untuk menjadi bayangan sang adik kembarnya yang lebih menonjol dan memikat itu, terpaksa menerima hinaa...