Curhatan Rafgan

8 2 0
                                    

Mohon sebelum baca ada baiknya untuk memberi vote, like, komen, dan follow author nya agar lebih bersemangat lagi untuk menulisnya❤️❤️
Kritik, saran, apa pun itu, author terima kok dengan senang hati, karena keinginan readers, keinginan author juga❤️❤️

"Lo nangis, kan??" Arnold bertanya lagi, lantas ia segera menutup mulutnya. Merasa tak menyangka. Rafgan yang merasa malu dan bingung, segera menyentuh pipinya yang sudah basah. Entah apa yang membuat dia menangis, air mata itu terus saja turun tanpa izinnya.

"Se, sejak kapan gua nangis?" gumam Rafgan terbata, merasa sangat bingung. Arnold yang mendengar gumaman dari Rafgan itu, tertawa mengejek. "Haha, ternyata seorang Rafgan bisa nangis juga ya." Ledek Arnold tertawa pecah. Rafgan mendelik kesal, tak membalas. Lagian apa yang ingin dibalas atau dielaknya, emang kenyataannya dia menangis. Untungnya tak ada yang melihat dia menangis selain Arnold, dan anak anggota timnya yang lain pun juga sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

"Lo jujur sama gua, Raf. Lo tuh sebenarnya kenapa? Lo beneran mukul ketua OSIS kita apa nggak? Pasti alasan lo nangis ada hubungannya dengan teman cewek lo yang namanya Aluna itu, kan? Secara lo gak mungkin bakal mukul ketua OSIS gitu aja tanpa sebab, kalau bukan karena teman cewek lo yang notabe nya cewek si Zicon." Arnold kembali memaksa Rafgan untuk membuka suara dan menceritakan masalah lelaki itu padanya. Menebak bagai cenayang.

"Lo gak bakal ngerti, Nold. Susah gua mau cerita ke elo," Rafgan akhirnya angkat bicara. Arnold yang gemas dengan sikap temannya itu, kembali membujuk. "Gak ada yang susah kalo lo mau cerita, Rafgan." Arnold tetap kekeuh memaksa, samakin tinggi rasa penasarannya yang lepas. Rafgan bergidik ngeri melihat wajah rasa ingin tahunya Arnold yang sudah seperti lelaki mesum itu, mendorong wajah Arnold agar menjauh dari pandangannya.

"Baiklah, nanti gue cerita sama lo, Arnold. Sekarang kita fokus latihan dulu," pasrah Rafgan menghela nafas lelah, menyerah. Arnold yang semulanya manyun dan berekspresi menggelikan itu, akhirnya tersenyum sumringah. Merasa sangat senang karena sudah berhasil membujuk Rafgan.

"Baiklah, tapi lo harus janji bakal cerita ke gua!" Arnold mengulurkan jari kelingkingnya, meminta Rafgan untuk berjanji kelingking padanya. Rafgan berdecih pelan, lantas mengangguk, menautkan jari kelingkingnya pada Arnold. Mengiyakan permintaan kekanakan temannya itu, berjanji--walau merasa sedikit malas.

"Lo udah janji ya, Raf. Awas aja lo bohong, gua bakal ngambek tujuh hari tujuh malam sama lo!" Rafgan yang mendengar perkataan teman gila dan jamednya itu, merinding jijik.

"Jujur, lo cowok, tapi lebih kekanakan dari cewek, njirr." Rafgan mengibaskan tangannya layaknya orang yang kejijikan itu, langsung melangkah mundur menjauh dari Arnold. Arnold hanya tertawa puas, lantas melambaikan tangannya. Berjalan menghampiri Rafgan, dan mengatakan kalau dia hanya ingin menggoda Rafgan saja.

Tak terasa mereka terus bermain empat lawan satu itu sampai hari mulai senja. Matahari yang semula Masi berada di tempat tertingginya, mulai perlahan turun dari ufuknya. Semburat cahaya kuning kemerahan menyelimuti hamparan langit yang terbentang indah itu.

"Kita pulang dulu, ya!" pamit para anggota tim basket kepada Rafgan dan Arnold. Arnold dan Rafgan hanya mengangguk, melambaikan tangan mereka kepada teman-teman mereka itu.

"Sudah, lu harus jelasin ke gua apa masalah lu." Tagih Arnold menatap Rafgan serius, kembali memulai percakapan yang sempat tertunda tadi saat setelah teman mereka sudah pulang. Rafgan melirik Arnold sekilas, lantas ia menghembuskan nafas pelan. Ternyata Arnold tetap tak menyerah untuk mengetahui masalah dia sampai dia yang mengatakannya sendiri.

"Ya, benar gua berantem dengan Zicon karena Luna. Tapi gua ada alasannya buat mukul Zicon," jelas Rafgan memulai bercerita. Arnold diam, menatap lekat wajah tampan blasteran temannya itu.

"Kalo gua boleh tau, alasan lo sampai kayak gitu apaan?" tanya Arnold serius. Rafgan menunduk, "Zicon mutusin Aluna. Dan saat pulang sekolah, gua lihat Zicon bareng Alana di belakang sekolah. Dan awalnya gua ngira mereka lagi bahas apa, sampai gua dengar bunyi pukulan yang keras dan teriakan Alana yang menyebut kalau Zicon cuma manfaatin Aluna sebagai pacarnya." Jawab Rafgan lemah, terus bercerita. Arnold hanya diam, menatap kasihan teman yang sudah dia anggap sahabat baiknya sejak awal masuk SMA itu.

"Hey, gak lucu lah kalo lihat lo kayak gini." Arnold merangkul pundak lebar milik Rafgan, menghibur dengan candaan garing. Rafgan hanya terkekeh pelan, duduk berselonjoran di teras depan gedung tempat mereka latihan itu. Meratapi nasibnya.

"Jujur, gua bukannya gak mau ngasih tau Aluna yang sebenarnya. Cuma gua takut kalau gua jujur dengan dia, dia bakal makin sedih dan kecewa saat dia dengar pacar yang dia sayangi dan banggakan ternyata cowok bejad yang suka manfaatin dia." Rafgan menggeram, masih merasa emosi saat mengingat kejadian sore kemarin.

"Terus, kenapa lu tiba-tiba mukul tuh anak? Lu tau kan, kalo dia itu ketua OSIS?"

"Tapi gua gak bisa tutup mata dan telinga aja saat cewek yang gua sukai dimanfaatin, Nold. Lo tau, pas awal gua dengar pukulan keras dan teriakan Alana itu, gua masih gak percaya. Dan gua cuma ngelerai mereka aja, sampai emosi gua tersulut gara ucapan Alana." Jelas Rafgan membela diri. Arnold manggut-manggut saja, lantas meminta Rafgan untuk menceritakannya lebih detail.

"Setelah gua ngedatangin mereka itu..." Rafgan mulai bercerita sambil mendongak, mengingat kembali kejadian sore kemarin. Arnold diam, menatap serius temannya yang hendak bercerita padanya itu. Mulai mendengarkan seksama.

Takdir Si Gadis FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang