Potongan Puzzle Yang Mulai Tersusun

14 2 0
                                    

Mohon sebelum baca ada baiknya untuk memberi vote, like, komen, dan follow author nya agar lebih bersemangat lagi untuk menulisnya❤️❤️
Kritik, saran, apa pun itu, author terima kok dengan senang hati, karena keinginan readers, keinginan author juga❤️❤️

"Oh ya, kata kamu, kamu selalu memperhatikan aku, bukan?" Agnes mengangguk, mengiyakan tanpa menjawab secara langsung, karena mulutnya penuh makanan.

"Kalau begitu, kenapa kamu tidak membantuku saat aku dirundung oleh geng nya Alana?" Agnes yang sibuk mengunyah makanannya itu, seketika terhenti. Ia dengan cepat menelan makanannya, dan menjawab. "Itu karena gua mau lihat batas kemampuan lo itu sampai mana," jawab Agnes singkat. Kembali memakan makanannya.

"Oh, begitu." Aluna mengangguk-anggukan saja kepalanya, mengerti. Lalu ia kembali memakan makanannya.

"Ah, satu lagi!"

"Ya?"

"Bagaimana kamu bisa mendapatkan hasil rekaman suara itu?" Aluna bertanya lagi, sambil menyeruput lemonade ice miliknya, penasaran. Agnes yang juga hendak menyeruput lemonade ice nya itu, menunda untuk meminumnya. Menjelaskan kepada Aluna.

"Itu karena gua gak sengaja jumpa mereka di belakang sekolah, dan pas banget mereka lagi ribut soal lo." Jawab Agnes kembali menjelaskan, sambil mengaduk lemonade miliknya itu. Aluna menganggukkan kepalanya sekali lagi, kembali mengerti.

Akhirnya dia mengerti teka-teki dan susunan potongan puzzle yang teracak.

Tak butuh lama untuk mereka menyelesaikan makan mereka, akhirnya mereka pun selesai dan kekenyangan.

"Apa lo mau pulang langsung atau tunggu sebentar ngadem di sini?" tanya Agnes meminta pendapat Aluna. Aluna yang sekarang tengah kekenyangan itu, menatap Agnes. "Tunggu sebentar lagi, ya? Aku tidak sanggup untuk bangun sekarang," Aluna memelas. Agnes hanya mengangguk setuju, juga sama halnya dengan Aluna yang kekenyangan.

"Makasih ya, udah antar aku pulang." Ucap Aluna berterima kasih saat mereka sudah tiba di depan gerbang rumah Aluna. Agnes melambaikan tangannya, tak masalah.

"Hati-hati ya di jalannya!" Aluna berseru, melambaikan tangannya ke arah mobil abu-abu yang sudah mulai berjalan itu. Agnes hanya mengeluarkan jempolnya sebagai balasannya, menghilang dari pandangan Aluna yang masih setia berdiri di sana.

"Siapa itu, nak?" ayah menepuk bahu Aluna, mengagetkannya. Aluna yang kaget sontak menoleh ke arah ayahnya itu.

"Ayah! Jangan gitu, ih! Luna kan kaget jadinya," Aluna mengomel, cemberut kesal. Ayah hanya tertawa, mengacak rambut anaknya gemas.

"Jadi, tadi itu siapa, nak?" ayah kembali bertanya lagi. Aluna yang masih kesal itu, menjawab dengan ketus. "Itu tadi teman baru Luna," ketus Aluna. Ayah hanya tertawa kecil, lucu melihat wajah merajuknya Aluna.

"Oh ya, Ayah. Di mana Alana? Kok Aluna tidak melihat kehadiran Alana?" tanya Aluna setelah rasa kesalnya hilang. Ayah tersenyum, "Alana ada di dalam bersama Bunda." Jawab ayah, merapikan kembali rambut putrinya yang habis ia berantakin itu.

"Gimana kabar luka kamu waktu itu, Alana?" tanya ayah mengelus wajah putri bungsunya itu, cemas saat ia dan Aluna sudah berada di dalam rumah. Alana hanya diam menunduk, melirik Aluna yang berada tak jauh darinya itu dengan tatapan aneh. Aluna yang sadar dilirik aneh oleh Alana itu, balas menatap bingung ke arahnya.

"Kenapa kamu bisa sampai terluka seperti ini, nak?" tanya ayah lagi, masih merasa cemas akan putri bungsunya itu. Alana seketika menunjuk Aluna, "ini semua gara Kak Aluna, Ayah! Kalau bukan gara dia, aku gak mungkin sampai babak belur gini." Jawab Alana emosi, menyalahkan Aluna dengan wajah penuh dendam.

Takdir Si Gadis FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang