Mimpi Masa Lalu (Part 02)

21 2 0
                                    

Mohon sebelum baca ada baiknya untuk memberi vote, like, komen, dan follow author nya agar lebih bersemangat lagi untuk menulisnya❤️❤️
Kritik, saran, apa pun itu, author terima kok dengan senang hati, karena keinginan readers, keinginan author juga❤️❤️

"Kita di mana ini, Rafgan?" tanya Aluna kebingungan, melepaskan mantel yang ia pakai. Menatap rumah minimalis namun elegan itu, menggigil. Ia menggigil bukan karena takut, tapi memang karena dingin saja.

"Lo ada di rumah gua, Lun." Jawab Rafgan tersenyum, merapikan helaian rambut Aluna yang sedikit berantakan itu. Aluna dengan tubuh yang tanpa ia sadari gemetaran karena rasa dingin itu, menarik pelan ujung baju Rafgan.

"A-, apa aku boleh masuk?" Rafgan yang melihat wajah pucat Aluna dan tubuhnya yang gemetar itu, mengangguk. Menarik pelan tangan dingin Aluna, menggandengnya masuk ke rumah.

"Ya ampun, anak Ibun! Kamu kenapa basah-basahan gini, nak?" ibun berseru kaget, berjalan cepat menghampiri Rafgan. Rafgan tersenyum, "sebelum Ibun mengomeli Agan, lebih baik Ibun bantu Agan buat hangatin Aluna." Ucap Rafgan menunjuk Aluna yang berada di balik tubuhnya itu. Sedangkan Aluna yang asli hanya terkekeh kecil, merasa bersyukur bertemu dengan Rafgan.

"Astaga! Anak cantik siapa ini yang kamu culik, Agan?" ibun menutup mulutnya, lalu menjewer telinga putranya itu. Mengomel.

"Ah, Agan gak menculiknya, Ibun. Ini Aluna yang pernah Agan ceritakan pada Ibun itu, dan Agan jumpa dia di dekat jalan arah ke sekolah lagi berdiri di tengah lebat hujan." Ibun melepaskan jewerannya dari telinga Rafgan setalah mendengar penjelasan panjang putranya itu. Lalu ia menatap dalam mata hitam bening Aluna. Lantas tersenyum lembut.

"Kamu cantik sekali, sayang. Ibun sampai tak dapat berpaling dari wajah cantikmu itu, nak. Dan Rafgan udah banyak cerita tentang kamu pada Ibun dan papanya." Ibun mengelus lembut pipi basah Aluna yang terkena air hujan itu. Mata Aluna berkaca-kaca, termasuk Aluna yang asli. Setiap ia mengingat kenangan pertama ia bertemu keluarga Rafgan, membuat hatinya remuk, serasa ingin menangis di hadapan mereka saat itu juga. Sungguh banyak kebaikan yang Rafgan dan keluarganya berikan pada dia, hingga ia tak dapat melunasi hutang budi itu.

"Oh ya, ayo ganti baju kamu dulu, cantik. Nanti kamu masuk angin dan sakit kalau basah kuyup gini," ajak ibun untuk pergi bersamanya. Aluna mengangguk, tertawa dengan air mata yang luruh dari pelupuk matanya itu. Bahagia. 

"Eh? Gua ditinggal nih? Serius?" Rafgan menggaruk kepalanya yang tak gatal, bingung. Lalu berlari menyusul Aluna dan ibun yang lebih dulu berlalu darinya. Sedangkan Aluna yang asli hanya menangis sambil tertawa, merasa ingin cepat-cepat bangun dan memeluk Rafgan untuk sekali lagi. Dan mengatakan kalau dia juga menyukai pemuda blasteran itu, juga memeluk ibun yang selalu ada untuknya saat dia kesulitan. Juga berterima kasih pada papa yang menerimanya apa adanya, dan mengatakan kata-kata indah untuk menjadi penyemangat hidupnya.

"Ya ampun, nak. Badanmu kenapa penuh luka begini?" tanya ibun cemas bercampur kaget saat melihat lengan Aluna, menyentuh pelan lengan kecil gadis itu. Aluna menggeleng pelan, "bukan apa-apa, Tante." Jawab Aluna takut-takut, mencoba untuk menutupi lengannya yang penuh luka.

"Ey, jangan panggil Ibun dengan Tante, nak. Panggil Ibun dengan sebutan Ibun, seperti halnya Rafgan memanggil Ibun." Ibun mengusap kepala Aluna yang sudah rapi itu, tersenyum lembut dan penuh kasih sayang ala keibuan yang belum pernah ia rasakan sejak semuanya berubah setelah perginya ayah.

"Kalau Aluna tidak ingin bercerita apa masalah kamu, Ibun tak akan memaksa kamu. Karena kamu tidak ingin. Namun, Ibun harap kamu ingin berbagi cerita agar Ibun bisa membantu kamu untuk mengurangi beban rasa sakit kamu." Ucap ibun lembut, membuka botol salep yang baru saja ia ambil di kotak obat. Duduk kembali di sebelah Aluna seraya menyentuh lembut punggung tangan Aluna. Aluna menoleh, menatap mata hitam milik ibun yang indah dan teduh itu, kembali mengucurkan air matanya dengan deras. Sedangkan Aluna yang asli sejak tadi sudah menangis, terduduk bersimpuh. Berharap mimpi ini segera selesai.

Takdir Si Gadis FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang