Pengkhianat?

16 2 0
                                    

Mohon sebelum baca ada baiknya untuk memberi vote, like, komen, dan follow author nya agar lebih bersemangat lagi untuk menulisnya❤️❤️
Kritik, saran, apa pun itu, author terima kok dengan senang hati, karena keinginan readers, keinginan author juga❤️❤️

"Ah, apa Rafgan tak masuk lagi?"
gumam Aluna pelan, menatap lemah layar ponselnya dengan cemas. Sekarang gadis itu tengah duduk di bangku panjang taman sekolahnya, duduk menikmati semilir angin sejuk dan menikmati roti susu yang ia beli di kantin tadi. Menikmati waktu istirahatnya dengan wajah yang penuh rasa penasaran akan sahabat baiknya yang tak masuk sekolah itu sambil mengunyah roti susu miliknya.

Ya, ini sudah lebih dua hari Rafgan izin sakit. Dan sialnya, dia tak tahu akan itu. Sejak pertengkaran dia dengan Rafgan, dia tak pernah lagi menghubungi pemuda itu sedikit pun. Entah kenapa dia merasa sangat kekanakan waktu itu, sampai harus mengatakan kata-kata jahat kepada teman yang sudah tulus padanya itu.

Dan entah bagaimana caranya, sejak hari itu Alana dan gengnya sudah tak mengganggunya lagj. Dan dia juga tak mendengar kabar mantannya juga sahabat baiknya itu. Ia saja baru tahu kalau Rafgan tidak masuk karena sakit gara-gara teman satu kelasnya sibuk bergosip tentang Rafgan. Sedangkan dua teman baiknya itu, entah kenapa malah menjauh pergi darinya, seolah mereka sudah tak ingin berteman dengannya. Tapi Aluna tetap berpikir positif, kalau saja dua temannya itu merasa kecewa padanya karena rumor waktu itu.

"Apa yang harus aku katakan pada Rafgan, ya? Apa aku minta maaf dulu padanya, baru bertanya bagaimana kabarnya? Atau sebaliknya, ya?" gumam Aluna berpikir keras, bingung hendak memulai percakapan.

Wajar saja ia bingung ingin memulai percakapan bagaimana, karena biasanya yang lebih dulu memulai percakapan di antara dia dan Rafgan adalah Rafgan. Namun sekarang, jangankan memulai percakapan, aktif atau tidaknya Rafgan saja dia tak tahu.

"Hei," Aluna yang masih bimbang itu, terperanjat kaget saat ada yang menyapanya dari belakang. Aluna sontak menoleh dengan cepat, untungnya kepalanya tak putus karena tiba-tiba diputar begitu saja.

"Ah, kamu Agnes bukan?" Aluna bertanya bingung, setelah rasa kagetnya sirna. Gadis yang berpenampilan tengil itu mengangguk, "ya, gua Agnes. Cewek yang bantu lo pas lo bertengkar dengan geng Alana." Jawab Agnes santai, bergaya cool.

"Ada apa kamu menemuiku, Agnes?" tanya Aluna lagi, menatap bingung ke arah Agnes. Wajar saja dia merasa bingung karena biasanya gadis tomboy berpenampilan tengil itu tak pernah peduli dengan huru hara orang-orang yang ada di sekolahnya itu. Tapi entah kenapa gadis itu mencarinya yang sangat tak teranggap dan sangat tak menonjol seperti adik kembarnya itu.

"Ada yang mau gua omongin dengan lo, apa lo ada waktu nanti sepulang sekolah?" Agnes menjawab, lalu ia balas balik bertanya kepada Aluna. Aluna diam sejenak, lantas mengangguk. "Ya, aku ada waktu nanti sepulang sekolah. Memangnya ada apa?" Aluna kembali bertanya menatap bingung. Agnes melambaikan tangan, "nanti gua jelasin. Dan sekarang ayo kita masuk kelas dulu," Agnes tak menjawab, lantas menarik tangan Aluna untuk pergi bersamanya. Aluna mengangguk, mengikuti saja langkah Agnes dengan menyamai langkah kaki gadis tengil itu.

"Baiklah, anak-anak. Kita sudahi saja pelajaran kita saat ini, karena bel pulang sudah berbunyi. Untuk pr yang akan Ibu berikan pada kalian ini, ada di materi 10 halaman 102. Jelas?" bu guru berseru, mencoba mengalahkan bisingnya suara bel yang berbunyi. Para murid hanya mengangguk saja sebagai jawaban, lantas mereka dengan semangat membereskan peralatan mereka masing-masing.

Setelah perginya bu guru terakhir dan usainya pembelajaran terakhir itu, Aluna menoleh ke belakang, hendak mencari keberadaan dua temannya itu. Namun, mau bagaimanapun ia mencarinya, tetap saja hasilnya nihil. Seolah mereka sengaja menghindar darinya.

Takdir Si Gadis FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang