Rencana Penculikan Aluna

15 2 0
                                    

Mohon sebelum baca ada baiknya untuk memberi vote, like, komen, dan follow author nya agar lebih bersemangat lagi untuk menulisnya❤️❤️
Kritik, saran, apa pun itu, author terima kok dengan senang hati, karena keinginan readers, keinginan author juga❤️❤️

"Ah, Lo udah datang?" gadis cantik bak malaikat namun akhlak minus itu, tengah duduk bersedekap bersama gengnya di bangku taman sekolah. Menatap angkuh ke arah sang ketua OSIS yang berjalan menghampirinya.

Ya, siapa lagi kalau bukan Alana dan Zicon yang berada di tempat itu. Alana dan Zicon sudah berjanji untuk bertemu semalam saat gadis bermata hazel itu tengah mogok makan. Alana sengaja datang lebih dulu dijemput salah satu anak gengnya daripada berangkat bersama Aluna dan ayah, karena ada yang ingin dia rencanakan dengan Zicon.

"Jadi, apa yang lo mau?" tanya Zicon sinis, memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. Alana yang tengah duduk di kursi taman itu, menyeringai.

"Gua gak bakal mempermasalahkan soal muka gua yang lo tonjok habis-habisan tempo lalu. Dan katanya, lo gamon dengan si Aluna? Bukannya lo yang minta putus dengan dia, jadi kenapa lo malah gamon?" Alana sengaja memancing rasa ribut Zicon, agar dia bisa menjalankan rencananya dengan sempurna.

"Gua mutusin Aluna karena lo yang nyuruh, dan sebagai imbalannya Aluna bisa bebas dari rundungan lo dan geng lo! Dan juga, lo yang bilang kalau Aluna selingkuh dengan bocah basket itu karena kata lo, lo lihat sendiri Aluna selingkuh! Makanya gua mutusin Aluna, karena gua dengan bodohnya malah percaya sama omongan cewek ular kayak lo!" seru Zicon tak terima, menggeram kesal. Alana tersenyum, ya memang emosi ini yang ingin dia lihat dari seorang Zicon. Karena dengan emosi ini, dia bisa dimanfaatkan lagi seperti waktu itu.

Memang benar adanya kalau mereka membuat kesepakatan antara Zicon yang harus memutusin Aluna, dan Alana juga gengnya untuk tidak mengganggu Aluna seperti beberapa waktu saat ini. Alasan Alana dipukuli habis-habisan oleh Zicon
adalah, karena Zicon mengetahui bahwa Alana sengaja memanfaatkannya untuk menghancurkan Aluna. Dan itu membuatnya sangat murka, hingga hilang kendali penuh atas dirinya.

"Gua punya cara agar lo bisa kembali lagi dengan Aluna," Zicon yang sudah tak percaya dengan ucapan Alana itu, diam sambil menatap sinis ke arah Alana. Namun telinganya ia lebarkan untuk mendengar caranya lebih lanjut.

"Apa lo gak penasaran dengan cara yang gua sarankan ke lo, hm?" tanya Alana, sengaja membuat rasa penasaran Zicon bangun. Zicon menatap sinis Alana, "gua gak bisa percaya dengan orang yang beraninya memanfaatkan gua." Sinis Zicon tajam.

Alana tertawa sarkas, melambaikan tangannya. "Lo kira gua bakalan berbuat jahat ke elo, heh?" tanya Alana merasa tersinggung. Zicon menatap sarkas Alana, "heh, gak perlu gua kasih tau pun, lo harusnya sadar." Ketus Zicon sinis.

"Soal waktu itu, gua minta maaf karena mengungkapkan soal lo ke Rafgan. Tapi gua terpaksa ngelakuin itu, karena waktu itu emosi gua gak bagus. Jadi, gua harap lo lupakan masalah yang udah lalu." Ucap Alana lagi, meminta maaf soal waktu itu, meminta Zicon untuk melupakan kejadian yang sudah berlalu. Zicon memutar bola matanya jijik, namun untuk sekarang dia akan mendengarkan maksud Alana itu.

"Jadi, apa maksud rencana lo itu? Kalau sampai merugikan gua sekali lagi, gua pastikan lo bakal gua seret ke neraka bersama." Ancam Zicon menatap tajam wajah angkuh Alana, tak main-main dengan omongannya.

"Gua gak menawarkan lo dengan cuma-cuma. Gua bantu lo agar bisa ketemu dan miliki Aluna sepenuhnya, tapi sebagai gantinya, lo harus buat Aluna gak terlihat di mata gua lagi." Tawar Alana tersenyum jahat, merasa percaya diri bahwa Zicon akan menerima tawarannya. Zicon diam sejenak, menimbang-nimbang untung ruginya.

"Apa yang harus gua lakuin, Alana?" tanya Zicon akhirnya, mulai tertarik. Alana menyeringai, "lo cuma perlu datang ke lokasi yang gua bilang saat gua suruh lo datang, dan selebihnya biar gua yang urus." Jawab Alana bersedekap, menjelaskan.

"Maksud lo, lo mau nyulik Aluna, kan?" Zicon yang sadar niat asli Alana itu, bertanya lagi. Alana tertawa sinis, "ya. Gua bakal nyulik Aluna nanti saat jam pulang sekolah. Dan setelah gua puas main dengannya, lo boleh memilikinya sepuas lo. Tapi setelah itu, lo harus bawa pergi dia jauh dari pandangan gua." Jawab Alana lagi, tersenyum jahat. Seolah nyawa kakak kembarnya itu tak berharga di mata dia, Alana dengan teganya melakukan rencana jahat pada Aluna.

"Hmm...." Zicon terlihat berpikir. Di satu sisi dia tak ingin terlibat lagi dengan Alana, dan dendamnya pada Alana pun belum tertuntaskan. Namun di sisi lain, hanya Alana yang bisa membantunya untuk bisa mendapatkan Aluna seutuhnya, dan membuat Rafgan yang sudah lama menjadi rival cintanya itu menderita.

"Baiklah, gua akan ikut rencana lo. Tapi lo harus ingat, gua gak main-main dengan ancaman gua tadi. Jadi awas aja lo main-main dengan gua," putus Zicon, kembali memperingatkan Alana untuk tak macam-macam dengannya. Alana menelan ludahnya, lalu melambaikan tangannya. Menyuruh Zicon untuk tak perlu cemas akan hal itu.

Sejujurnya dia merasa sangat takut dengan Zicon yang terlihat bibit-bibit obsesi dan red flag nya. Tapi, demi kebenciannya terhadap Aluna, dia terpaksa berpura-pura tidak takut di depan pemuda yang jelas sekali memiliki jiwa red flag dan jiwa obsesi yang tinggi itu.

"Kalau begitu, selamat bekerja sama." Alana mengulurkan tangannya kepada Zicon. Zicon yang awalnya diam sejenak, lalu mengangguk. Menerima uluran tangan Alana sebagai tanda dia mau bekerja sama dengan gadis cantik namun jahat itu.

"Kalau begitu, hubungi gua nanti." Ucap Zicon melambaikan tangannya, hendak meninggalkan Alana dan gengnya. Alana mengangguk, balas melambaikan tangannya sebelum Zicon benar-benar menghilang dari pandangannya.

Bersiaplah untuk menemui neraka lo, Aluna. Alana tersenyum picik, lantas ia menyuruh anggota gengnya untuk pergi dari taman sekolah itu. Dan pas sekali bunyi bel masuk pun berdering, menandakan waktu belajar dimulai.

***

Aluna berjalan menuju kelas dengan perasaan yang berat, karena ia sedang tak ingin melihat wajah dua teman pengkhianatnya itu.

"Apa aku harus masuk ke dalam?" gumam Aluna bertanya pada dirinya sendiri. Jujur saja, dia enggan melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam. Kalau bisa, dia ingin sekali bolos masuk sekolah. Tapi di satu sisi yang lain, dia tak ingin nilai belajarnya menurun hanya karena perasaannya lagi tidak baik-baik saja.

"Aluna?" Aluna yang masih tengah bimbang untuk melanjutkan langkahnya itu, seketika menoleh ke belakang saat mendengar namanya terpanggil.

"Ah, Agnes. Mengangetkan saja kamu," Aluna mengelus dadanya yang berdegup kencang akibat terlalu kaget. Agnes menatap heran Aluna, "lagian lo ngapain tegak di situ? Bukannya masuk, lo malah bengong di situ." Tanya Agnes heran, bingung dengan temannya satu itu.

"A, aku takut masuk ke dalam, Agnes." Jawab Aluna gagap, memainkan tangannya.

"Gara-gara dua teman lo itu?" Aluna mengangguk pelan, menunduk. Agnes menghembuskan nafasnya kasar, lalu merangkul lengan Aluna untuk berjalan masuk bersamanya.

"Aluna...." Lira dan Leni yang melihat Aluna masuk ke dalam kelas itu, memanggil nama Aluna dengan amat teramat pelan. Merasa bersalah. Sedangkan Aluna menutupi wajahnya di balik tubuh Agnes yang lebih tinggi darinya, tak ingin melihat orang-orang yang ada di kelas. Agnes yang peka akan rasa enggannya Aluna itu, memeluk kepala Aluna dari samping, semakin menenggelamkan kepala Aluna di lengannya.

"Tenanglah, ada gua di samping lo." Bisik Agnes menepuk-nepuk pelan kepala Aluna, mencoba untuk menenangkan. Aluna mengangguk lemah, membiarkan kepalanya tenggelam dalam pelukan Agnes. Sengaja tak mempedulikan orang-orang yang ada di sekitarnya.

Takdir Si Gadis FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang