5. Tatapan Penuh Luka

34 9 0
                                    

Tidur Zion terganggu ketika pintu kamar terbuka dan cahaya dari luar menyorot matanya. Dia mengerjap beberapa kali, lalu menyadari ada sesosok perempuan yang berdiri di samping pintu kamar. Napasnya tercekat ketika melihat sosok yang mematung mengamatinya sejak tadi. Meski dalam kondisi penerangan yang samar sekalipun, Zion akan selalu mengenalinya.

"Aly, sedang apa di situ?" Zion bingung melihat Alysia hanya diam saja menatapnya.

Perempuan itu bergeming.

"Aly? Kenapa diam saja di sana?" tanya Zion penuh rindu. "Ayo, sini!"

Meski Zion sudah memanggilnya, Alysia tetap diam di tempat dan tidak berniat beranjak sedikit pun. Melihat Alysia tetap mematung, Zion turun tergesa dari tempat tidur untuk menghampiri gadis itu.

"Aly, ke mana saja kamu selama ini?" Dipeluknya Alysia sedemikian erat. Zion begitu takut kehilangan gadis itu. Dia takut Alysia akan pergi lagi. 

Tidak ada reaksi, tubuh Alysia kaku dalam pelukan Zion.

Zion melepas pelukannya, kemudian merangkum wajah Alysia seraya menatap tanpa berkedip. 

"Apa kamu tahu aku hampir gila mencari kamu?" ujar Zion lirih.

"Aku rindu," bisik Alysia lirih.

Tidak terbayangkan kelegaan yang Zion rasakan ketika melihat Alysia akhirnya bereaksi. Belum lagi mendengar suara yang telah sekian lama begitu dirindukan.

Zion menggeleng sambil tersenyum bahagia, kemudian menyatukan kening mereka. "Aku hampir tidak bisa bernapas karena merindukan kamu."

"Tapi sepertinya kamu melupakan aku," ujar Alysia sedih.

"Aku? Melupakan kamu?" tanya Zion terkejut. "Mana mungkin!"

Alysia menatap dalam mata Zion dengan sorot teramat sedih. "Kamu tidak mengenali aku."

"Maksud kamu apa?" tanya Zion bingung.

Tangan Alysia naik membelai wajah Zion, kemudian perlahan tubuh gadis itu mulai memudar. 

"Cari aku, lihat aku baik-baik, kenali aku," bisik Alysia ketika tubuhnya makin memudar.

"Alysia, jangan pergi!" cegah Zion. Dia berusaha memeluk Alysia tanpa hasil. Tangan Zion hanya mampu menggapai udara di depannya.

"Alysia, tunggu aku!" seru Zion putus asa. Tidak lagi! Selalu seperti ini. Alysia selalu menghilang dalam pandangannya dan Zion benci itu.

"ALYSIA!" teriak Zion penuh kemarahan.

Detik itu juga Zion terbangun dari mimpi. Tubuhnya basah oleh keringat, napasnya memburu, dan dadanya sakit. Sesak.

"Mimpi apa ini?" Zion beringsut duduk, berusaha bernapas dengan teratur untuk meredakan sesak yang dirasakan. Tangannya terangkat memijat pelipis yang terasa menegang akibat mimpi tadi.

"Kenapa berbeda dari biasanya?" Sepanjang tiga tahun masa kelamnya kehilangan Alysia, belum pernah Zion memimpikan kejadian seperti malam ini. Mimpi yang biasa dia lihat adalah momen-momen manis mereka saat masih bersama. Baru pernah dia mendapat mimpi seperti yang baru saja dialami, meski akhirnya selalu sama, yaitu Alysia menghilang dari pandangan Zion.

Namun, yang lebih aneh lagi, kehadiran Alysia terasa begitu nyata. Seolah gadis itu benar-benar ada di kamarnya tadi. Zion tidak bisa melupakan tatapan Alysia saat memintanya mencari dan menemukan gadis itu.

Tiba-tiba Zion tercekat. "Tatapan matanya tadi, sama persis dengan tatapan perempuan itu."

Tatapan Alysia dalam mimpinya membuat Zion teringat akan sorot mata Nicole.

Hymn of Beautiful ScrarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang