Alysia terbangun ketika mendengar suara pintu kamarnya tiba-tiba terbuka. Rasa kantuknya seketika menghilang berganti kewaspadaan. Alysia ingat betul kalau tadi dia sudah mengunci pintu sebelum tidur. Lantas bagaimana bisa sekarang pintunya terbuka dengan mudah?
Begitu pintu terbuka, Alysia bisa menangkap sosok pria bertubuh tegap melangkah masuk. Hanya butuh waktu beberapa detik hingga Alysia bisa mengenali sosok itu. Peter, pengawalnya. Masuk akal jika Peter bisa masuk ke kamarnya tanpa menimbulkan keributan, itu adalah hal yang wajar.
Namun, jika Peter sampai mengganggu tidur Alysia seperti ini, pastil ada hal yang mendesak. Bahkan mungkin sesuatu yang gawat. Seketika perasaan Alysia berubah tidak karuan.
“Peter, ada apa?” tanya Alysia berbisik.
Peter mendekat ke arah tempat tidur. Di tangannya terlihat sebuah saputangan yang Peter genggam erat. “Nona, maafkan saya.”
"Peter?" Alysia menatap bingung. Perasaannya makin tidak enak. Kebingungan Alysia segera berganti kepanikan ketika melihat Peter mendekatkan tangan ke wajahnya. Entah firasat dari mana, tetapi dia yakin jika ada sesuatu pada saputangan yang Peter pegang. Refleks Alysia langsung berguling ke samping menghindari tangan Peter.
“Apa yang kamu lakukan?” seru Alysia panik.
“Maaf, Nona. Saya tidak akan menyakiti Anda.” Peter naik ke atas tempat tidur, lalu menjangkau pinggang Alysia.
“Peter, lepas!” Alysia meronta sekuat tenaga.
“Nona, tolong jangan melawan,” pinta Peter. "Saya hanya ingin membawa Anda pergi dari sini."
“Aku tidak mau ikut denganmu!" jerit Alysia sambil menendang kuat-kuat. Ketika pegangan Peter di pinggangnya mengendur gadis itu segera berlari ke arah pintu. Cepat-cepat Peter mengejar Alysia dan kembali menahan pinggang gadis itu.
"Lepaskan!” teriak Alysia marah. Dia mulai menendang dan memukul dengan histeris.
“Maaf, untuk kali ini saya tidak bisa menuruti kata-kata Anda." Peter langsung membekap Alysia dengan saputangan yang sejak tadi dipegangnya.
Hanya butuh waktu singkat untuk membuat kesadaran Alysia menurun. Tubuhnya lemas seketika, pandangannya gelap, dan dia tidak ingat apa-apa lagi.
***
Zion terjaga ketika alarm tanda bahaya di ponselnya berbunyi. Dia langsung melonjak berdiri dan berlari meraih ponselnya. Mata Zion nanar ketika melihat dari mana suara alarm itu berasal. Butik Alysia.
Secara diam-diam, Zion telah memasang kamera keamanan di butik Alysia, yang terhubung ke ponselnya agar bisa dia pantau langsung kapan saja. Zion juga menambahkan alarm di lantai atas. Alarm yang akan berbunyi saat mendeteksi pergerakan orang lain di lantai atas selain Alysia, agar Zion bisa langsung tahu jika gadis itu dalam bahaya.
Awalnya Zion hanya melakukannya untuk berjaga-jaga, dia tidak menyangka jika Alysia benar-benar akan mengalami situasi berbahaya.
Kejadian di kamar Alysia yang terpantau kamera keamanan berlangsung sangat cepat. Zion tahu Alysia memang tidak akan bisa melawan pengawalnya itu. Ketika tubuh Alysia jatuh lemas Peter langsung menggendongnya.
“Sial!” Zion mengumpat marah.
Peter segera membawa Alysia menuruni tangga, lalu memasukkannya ke mobil. Hanya sampai di sana pergerakan Alysia dapat terpantau. Begitu mobil Peter menjauh, Zion tidak bisa memantau lagi. Namun, beruntung Zion masih bisa mengikuti pergerakan Alysia melalui alat pelacak yang dia pasang di kalung gadis itu. Katakanlah Zion berlebihan, tetapi dia melakukannya karena tidak ingin kehilangan Alysia lagi dan ternyata sekarang terbukti bahwa tindakannya tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hymn of Beautiful Scrars
RomanceLuka paling menyakitkan adalah kehilangan seseorang saat rasa cinta tengah demikian menggebu dan itulah yang dialami oleh Zion De Luca. Alysia Linder pergi meninggalkannya tepat di hari pernikahan mereka. Zion tidak mampu bangkit dari keterpurukan m...