20. Waktu Bersama

15 5 0
                                    

Zion memasuki ND Bridal setelah memarkirkan mobil di seberang jalan. Sesuai janjinya kemarin, dia berencana menemani Alysia di butik selama gadis itu sibuk menyelesaikan tumpukan pekerjaan.

"Selamat datang! Ada yang bisa kami bantu?" sambut Elie spontan penuh keramahan. Namun, begitu melihat sosok yang datang, wajahnya seketika berubah masam.

Zion mengangguk sopan, kemudian bertanya, "Nicole ada di dalam?" 

"Ada urusan apa?" balas Elie dingin.

"Saya hanya ingin bertemu." 

Elie berlagak melihat jadwal di layar komputer. "Maaf, apa Anda sudah membuat janji temu?" 

Zion mengangkat alisnya. "Janji?"

Elie mengangguk angkuh. "Berhubung sekarang masih jam kerja, Anda harus membuat janji terlebih dahulu jika ingin bertemu Nona Nicole."

"Saya datang bukan sebagai klien," jawab Zion tenang.

"Lalu sebagai apa?" tantang Elie berani.

"Sebelum saya jawab, saya ingin bertanya juga. Sebagai apa kamu menghalangi saya bertemu Nicole? Apakah sebagai asistennya atau sahabat?"

Ditanya seperti itu, Elie mati kutu. 

"Saya bisa menemui Nicole sekarang?" tanya Zion penuh senyum.

Elie menatap jengkel, lalu mendengkus sebal. "Masuklah!" 

Zion berjalan tenang menuju ruang kerja Alysia, lalu melongok ke dalam. “Sibuk?” 

"Kamu benar-benar datang," ujar Alysia terkejut. 

"Boleh aku masuk?"

Alysia kembali mengangguk. "Masuklah!"

"Jadi, kamu sedang sibuk?" 

Konsentrasi Alysia mulai terpecah. "Pekerjaanku cukup banyak hari ini. Apa kamu berniat mengajakku pergi?" 

"Mungkin setelah pekerjaanmu selesai," ujar Zion santai. "Itu juga kalau kamu tidak lelah."

"Kenapa tidak datang setelah butikku tutup saja?" tanya Alysia heran.

"Aku ingin punya banyak waktu bersamamu," jawab Zion gamblang.

Wajah Alysia merona mendengar kata-kata Zion. "Tapi aku akan sibuk. Banyak yang perlu kukerjakan."

"Aku tidak akan mengganggu." 

Alysia langsung menggeleng. "Aku bukan takut diganggu."

"Lalu apa masalahnya?"

"Aku takut kamu akan bosan atau kesal." 

"Jangan khawatirkan aku. Bisa melihatmu saja sudah cukup untukku," jawab Zion yakin.

Baru beberapa menit saja di sini Zion, tetapi sudah berhasil mengaduk-aduk hati Alysia. Dia terkekeh geli melihat ekspresi Alysia yang salah tingkah. 

Zion tahu kehadirannya membuat Alysia gugup, tetapi dia tidak bisa menahan diri untuk tidak menemui gadis itu. Bertemu Alysia bukanlah sekadar keinginan belaka, melainkan sebuah kebutuhan. 

Zion terus duduk tenang di sofa seraya memandangi gadis itu menekuni pekerjaannya. Tidak ada niatan dalam hatinya untuk mengganggu Alysia. Menit demi menit berlalu, tetapi Zion tetap menikmati waktunya. Menemani Alysia seperti ini bukan pertama kalinya bagi Zion. Bertahun-tahun lalu, dia juga sering melakukannya. Bermalam di apartemen Alysia saat gadis itu dikejar tenggat waktu.

Pikiran Zion melayang ke masa itu.

“Zion,” panggil Alysia dari atas tempat tidur, sementara mata gadis itu menatap lurus ke layar laptop.

Hymn of Beautiful ScrarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang