18. Penuh Teka-Teki

22 8 0
                                    

Alysia yang sempat kecewa karena rasa penasarannya tidak terpuaskan, mendadak tersipu mendengar alasan Zion.

"Ayo, kita berjalan-jalan!" ajak Zion yang langsung berdiri, lalu mengulurkan tangan kepada Alysia.

Alysia mengikuti saja tanpa protes. Entah duduk di kedai kopi, atau berjalan-jalan, yang terpenting dia masih bisa menghabiskan waktu bersama Zion. 

Alysia suka berada di dekat Zion, mengamati profilnya dari samping, mendengarkannya bercerita, dan diam-diam menikmati aroma khas tubuh pria itu yang memberi rasa nyaman. Namun, hal yang paling Alysia suka dari semua itu adalah melihat sorot mata Zion yang penuh cinta ketika bercerita tentang masa lalu mereka. 

"Ceritakan tentang dirimu," ujar Zion ketika mereka sudah berjalan kaki meninggalkan kedai kopi.

"Aku?" Alysia meringis kecil, lalu menggeleng. "Tidak ada yang menarik dari kehidupanku. Lagi pula, bukankah kamu sudah tahu semua tentang diriku?"

“Jika kamu sebagai Alysia Lindner, aku sudah sangat mengenalmu. Sayangnya, kamu sebagai Nicole Davis masih sangat misterius bagiku.”

“Aku bahkan jadi meragukan kisahku sendiri,” guma Alysia sedih.

“Mengapa ragu?”

“Jika aku memang Alysia, berarti kisahku sebagai Nicole semunya palsu.”

"Tidak masalah, aku ingin mendengarnya!" pinta Zion. Dia ingin tahu apa yang Alysia alami selama tiga tahun mereka berpisah. Apa saja yang terjadi? Seperti apa gadis ini menjalani hari-harinya? Zion sangat ingin tahu.

"Hidupku terlalu datar dan biasa saja. Tidak ada yang istimewa." 

"Tidak adakah yang berkesan dari kisah tentang masa kecilmu?" tanya Zion penasaran. Dia ingin coba membandingkan masa kecil gadis ini sebagai Alysia dan Nicole. Berdasarkan informasi yang berhasil Arlo kumpulkan, cukup banyak kemiripan antara kehidupan Alysia dan Nicole, meski ada juga yang bertentangan.

Bagaimana bisa orang kehilangan ingatan tentang masa lalu yang sebenarnya, tetapi memiliki kenangan lain yang berbeda, kemudian menjalani hidup seolah dia memang terlahir sebagai orang lain?

"Satu-satunya yang kuingat dari masa kecilku adalah rasa sepi. Kesepian yang berkepanjangan. Hanya itu."

Mendengar jawaban Alysia, Zion merasa sedih. Baik sebagai Alysia Lindner atau sebagai Nicole Davis, gadis ini mengalami masa kecil yang sepi. "Kenapa kesepian?"

"Aku tumbuh besar tanpa seorang ibu. Ayahku orang yang sangat sibuk. Kami jarang bertemu. Dia lebih banyak berada di tempat penelitiannya dibandingkan dengan rumah."

Bagian ini terdengar cukup mirip dengan masa kecil Alysia Lindner, hanya saja berbeda di bagian ibu. Alysia memiliki ibu, sementara Nicole sudah piatu sejak lahir. Namun, keduanya sama-sama memiliki ayah yang sibuk.

"Jadi, siapa yang mengurusmu?"

"Pelayan," ujar Alysia sedih. "Tapi saat usiaku tujuh tahun, aku dikirim ke San Diego untuk tinggal bersama nenekku."

Satu lagi kemiripannya, hanya saja dulu Alysia hanya tinggal di San Diego untuk waktu-waktu tertentu, sementara Nicole menetap. 

"Sebelumnya di mana kamu tinggal?"

"Aku pernah tinggal di Rusia, Jerman, Skotlandia, dan yang terlama di Milan."

Zion kembali membandingkannya. Nicole rupanya tidak terlalu sering berpindah-pindah, berbeda dengan Alysia yang selalu diajak berkeliling dunia mengikuti tugas ibunya.

"Kalau hidupmu berpindah-pindah begitu, pantas saja kamu merasa kesepian."

"Begitulah. Aku bahkan tidak punya teman." Alysia mengatakannya dengan tenang, meski dia tidak bisa menyembunyikan kesedihan.

Hymn of Beautiful ScrarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang