28. Sulit Diprediksi

16 5 0
                                    

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Zion dan Alysia sudah bersiap dibantu oleh Chase. Sementara River dan Arlo juga sudah bersiap di kediaman mereka masing-masing.

“Jaga diri kalian baik-baik,” ujar Chase sebelum mereka naik ke mobil masing-masing. Hatinya terasa sangat berat melepas kepergian Zion seperti ini.

Zion menepuk pundak Chase untuk menyemangati pria itu. “Kami akan baik-baik saja. Pergilah!”

Zion dan Chase berpisah di depan kediaman pria itu. Tidak berapa lama, mobil Arlo mulai mengekor di belakang mobil Zion dalam jarak yang tidak mencurigakan.

Sekitar satu jam kemudian, Zion dan Alysia tiba di tempat yang telah dijanjikan oleh Peter sebagai lokasi pertemuan mereka. Sebuah vila di atas bukit yang cukup terpencil dan jarang didatangi orang. Sebelum turun, Zion memeriksa lokasi mobil Arlo melalui ponselnya. Rupanya mobil Arlo berhenti cukup jauh dari lokasi ini. Zion yakin jika Arlo  melakukannya untuk menghindari kecurigaan dari pihak Arnold. 

“Ayo, turun!” ajak Zion ketika melihat tiga buah mobil yang dia kenali sebagai milik anak buah Arnold. “Mereka sudah menunggu.”

Begitu keduanya turun dari mobil, mereka langsung disambut oleh empat orang laki-laki berpakaian rapi. “Di mana barang bawaan Anda, Nona?”

Zion menunjuk ke bagasi mobil dan membiarkan mereka yang mengeluarkannya sendiri. Zion yakin orang-orang Arnold akan melakukan pemeriksaan terhadap barang bawaan mereka terlebih dahulu. Tiga dari empat pria tadi langsung menuju bagasi mobil, sementara satu pria lagi mendekati Zion lalu menggeledah tubuhnya.

Zion diam saja, tidak berniat melawan meski dia bisa saja melakukannya. Zion ingat dengan baik pesan Chase untuk tidak mudah terpancing emosi.

"Nona, Anda sudah siap?" sapa Peter yang baru muncul entah dari mana.

Alysia mengangguk kaku. Ini pertemuan pertamanya lagi dengan Peter sejak pria itu mencoba menculiknya dari butik. Dan jujur saja, sekarang Alysia jadi merasa takut berdekatan dengan Peter.

"Maaf, saya harus memeriksa Anda juga, Nona," ujar Peter. Pria itu mengeluarkan alat pemindai dari sakunya, lalu mengarahkannya ke tubuh Alysia setelah itu Zion. Ketika alat pemindai tidak menunjukkan sesuatu yang mencurigakan, Peter menyimpannya kembali.

Peter meninggalkan Zion dan Alysia, lalu menuju anak buahnya yang masih memeriksa barang bawaan mereka. “Sudah?”  

Setelah ikut memeriksanya sendiri dan tidak menemukan benda mencurigakan dalam koper mereka, Peter langsung mempersilakan Alysia menuju mobil. “Anda sudah bisa masuk ke mobil, Nona." 

Zion menggenggam erat tangan Alysia saat mereka berjalan menuju mobil. Dia bisa merasakan tangan Alysia yang berkeringat dingin. Diremasnya tangan Alysia sambil tersenyum menenangkan. "Tenanglah ..., aku akan terus bersamamu." bisik Zion.

Peter membukakan pintu untuk mereka dan mempersilakan keduanya masuk. Zion membantu Alysia masuk, lalu menyusul duduk di sebelahnya. Begitu Zion dan Alysia sudah duduk di mobil, seorang pria ikut masuk dan duduk di sebelah Zion, bersiap menyuntikkan obat bius ke tubuh mereka.

“Tunggu!” cegah Zion cepat. 

“Ada apa?” sahut pria itu datar.

Zion tidak menjawab, hanya mengutak-atik gelang di tangannya yang kemudian membuka menjadi dua.

“Apa itu?” tanya pria di sebelah Zion dengan nada tajam. Sikapnya langsung waspada seketika.

“Hanya untuk memastikan kami tidak akan terpisah,” balas Zion tenang. Tanpa menunggu persetujuan pria itu, Zion memakaikan gelang pemberian River di pergelangan tangan Alysia. Kini, tangan mereka terkunci dalam dua gelang yang menyatu.

Hymn of Beautiful ScrarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang