16. Memulai Kembali

30 11 0
                                    

"Meski terkejut dengan reaksi Zion yang tidak terduga, tetapi Alysia sama sekali tidak marah. Dia bahkan merasakan kenyamaan saat berada dalam pelukan Zion.

Bisikan Zion, dekapan hangat pria itu, juga kecupan lembutnya membuat dada Alysia berdesir. Jantungnya berdegup kencang dengan sensasi yang menyenangkan dan rasanya Alysia tidak ingin kedekatan ini berakhir.

Saat merasakan Alysia diam saja dalam pelukannya, Zion seketika salah tingkah. Dia baru sadar bahwa sikapnya mungkin membuat Alysia tidak nyaman. 

"Maaf," ujar Zion menyesal, lalu cepat-cepat mengurai pelukan mereka. 

Alysia tetap diam, tetapi matanya menyiratkan kehilangan. Dia masih ingin berada dalam pelukan Zion lebih lama lagi.

"Kamu pasti terkejut dan tidak nyaman dengan sikapku," ujar Zion lagi.

"Aku tidak apa-apa," jawab Alysia.

"Aku akan menjalankan mobil lagi. Kamu pasti ingin cepat sampai dan beristirahat."

Alysia mengangguk kecil.

Sisa perjalanan menuju butik dilalui dalam kesenyapan. Zion baru kembali berbicara setelah memarkirkan mobil di seberang butik Alysia. "Kita sudah sampai.”

"Terima kasih sudah mengantarku pulang," ujar Alysia disertai senyum canggung. "Aku turun dulu."

Cepat-cepat Zion menyambar lengan Alysia sebelum gadis itu turun dari mobil. "Biar kutemani."

"Aku bisa sen-"

"Aku temani," potong Zion cepat. Sebelum membuka pintu, Zion sempat melirik ke kursi belakang, tempat dia meletakkan album foto Alysia. 

Awalnya Zion ingin menunjukkan foto-foto itu malam ini juga, tetapi dia mengurungkan niatnya. Zion tidak ingin membuat Alysia tertekan dan bertambah stres. Apalah artinya identitas gadis ini, baik sebagai Alysia Lindner atau Nicole Davis, Zion tetap mencintainya. 

Perkara membuat gadis ini menemukan lagi ingatannya yang hilang, bisa dilakukan secara perlahan. Tidak perlu tergesa dan memaksa.

Alysia tidak membantah lagi, dia membiarkan saja Zion menemaninya.

"Naiklah dulu, aku akan menyusul," ujar Zion saat mereka sudah masuk ke butik. 

"Kamu …?" gumam Alysia bingung.

"Jangan coba mengusirku," ujar Zion sambil mengunci pintu, kemudian berpindah ke jendela untuk memastikan tirai-tirai sudah tertutup. "Aku akan menemanimu malam ini."

"Tapi-"

"Naiklah!" potong Zion gemas sambil mengikuti di belakang gadis itu.

"Istirahatlah di kamarmu!" ujar Zion saat mereka sudah tiba di lantai atas. 

Alysia mengangguk patuh. Setelah berganti pakaian, dia duduk di tempat tidur sambil memasang telinga untuk mendengarkan suara di luar. Entah mengapa membayangkan ada Zion menemaninya membuat Alysia merasa gugup sekaligus lega.

Alysia mengernyit heran ketika mendengar suara-suara dari luar kamar. Rasa penasaran membuatnya melangkah untuk melihat hal yang sedang Zion lakukan.

"Kamu mencari sesuatu?" tanya Alysia heran ketika melihat Zion tengah berkutat di pantry.

Zion menjawab tanpa menoleh ke arah Alysia, "Bahan makanan."

"Kamu lapar?"

"Bukan untukku." Zion tersenyum lebar ketika akhirnya menemukan bahan yang dicari. "Kamu perlu mengisi perut."

Alysia mendekat, berdiri tidak jauh dari Zion, lalu memandangi pria itu dengan pandangan takjub juga penasaran. "Kamu bisa masak?"

Zion terkekeh melihat reaksi Alysia. Hal ini mengingatkannya pada momen serupa yang terjadi sekitar lima tahun yang lalu. "Tidak ada yang aku tidak bisa."

Hymn of Beautiful ScrarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang