Setelah bersabar menunggu selama dua minggu dan belum juga mendapat kabar mengenai perkembangan terbaru dari markas Fire Crow, akhirnya Zion memutuskan untuk datang langsung demi melihat situasi di sana. Zion langsung menuju ruang penyelidikan dan menemukan River serta Arlo juga sedang berada di sana.
“Kenapa ke sini?” tegur River tidak suka. “Sudah kubilang tugasmu saat ini hanya fokus kepada gadis itu saja.”
“Aku tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan padanya,” balas Zion tanpa gairah.
“Ada apa?” tanya Arlo cemas.
Zion menggeleng putus asa. “Dia tidak bisa mengingat apa-apa. Apa pun yang kukatakan, dia tidak tahu, tidak ingat, dan tidak percaya. Semua percuma.”
“Jadi, kamu menyerah?” tanya Arlo lagi.
“Entahlah,” jawab Zion sambil mengangkat bahu.
“Seperti bukan dirimu saja,” sindir River.
Zion mendelik mendengar nada bicara River yang tidak enak didengar. “Aku hanya sedang lelah. Kalau untuk benar-benar menyerah, rasanya aku tidak rela juga.”
“Bagus!” River terkekeh pelan. Ditepuknya bahu Zion dengan cukup keras. “Berjuanglah terus. Jangan menyerah semudah ini.”
Zion tersenyum sumbang. Perlahan dia mendekat ke kaca pemisah antara ruang penyelidikan dengan ruang penyekapan dan melihat ke dalam. "Sudah berhasil membuat mereka bicara?"
"Belum,” sahut Arlo. “Kesetiaan mereka terhadap jaringannya patut diacungi jempol."
"Sama sekali tidak ada informasi yang bisa kita dapatkan dari mereka?" tanya Zion heran.
"Mereka hanya mau memberitahu kalau mereka berada di pihak yang berlawanan dengan jaringan Flint Davis, ayah Nicole. Bos mereka adalah musuh ayahnya Nicole. Hanya itu yang bersedia mereka ungkapkan," ujar Arlo.
Zion mencoba mengingat semua informasi yang pernah dia dengar tentang Nicole dan ayahnya. "Flint Davis, seorang arkeolog, memiliki musuh yang berbahaya. Kira-kira terlibat dalam jaringan seperti apakah seorang Flint Davis? Masalah apa yang membuat seorang arkeolog sampai harus menyembunyikan putrinya serapi mungkin? Dan mengapa musuh Flint Davis ingin menculik putrinya? Rasanya semua ini janggal."
"Apakah ini berhubungan dengan penemuan yang Flint miliki? Ataukah sosoknya sebagai seorang arkeolog hanya sebuah kedok?" lanjut River.
"Zion, kamu pernah bertemu ayah Alysia dulu?" tanya Arlo tiba-tiba.
Zion menggeleng cepat. "Aku tidak pernah bertemu secara langsung."
"Tapi kamu tahu seperti apa orangnya?" sambung River.
Zion mencoba menggali ingatannya tentang sosok Arnold Lindner berdasarkan cerita Alysia dahulu. "Aku hanya tahu Arnold Lindner adalah sosok yang dingin. Dia terlalu sibuk mendedikasikan dirinya untuk pekerjaan dan mengabaikan keluarga. Aly sangat jarang bertemu ayahnya."
"Kalau ibunya?" tanya Arlo.
"Aly cukup akrab dengan ibunya. Aku juga pernah bertemu dengannya beberapa kali."
"Apa kamu pernah bertemu dengannya lagi?" lanjut Arlo.
Zion menggeleng penuh sesal. "Dia menghilang bersamaan dengan menghilangnya Aly."
"Tidak pernah ada kabar tentang dia?" tanya Arlo lagi.
Di saat yang bersamaan River juga bertanya, "Apa kamu pernah melihat wajah Arnold Lindner, melalui foto mungkin?"
Zion hampir menjawab tidak, tetapi tiba-tiba dia teringat sesuatu. "Rasanya Alysia pernah menunjukkan foto keluarganya."
"Carilah!" sambut Arlo antusias. "Aku sedang mengumpulkan informasi tentang Flint Davis. Sedikit sulit karena tidak banyak informasi tentang dirinya, tapi aku yakin akan menemukan sesuatu yang berguna untuk pencarian kita, termasuk foto dirinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hymn of Beautiful Scrars
RomanceLuka paling menyakitkan adalah kehilangan seseorang saat rasa cinta tengah demikian menggebu dan itulah yang dialami oleh Zion De Luca. Alysia Linder pergi meninggalkannya tepat di hari pernikahan mereka. Zion tidak mampu bangkit dari keterpurukan m...