12. Kehilangan Arah

18 6 0
                                    

“Bagaimana bisa aku tidak ada dalam ingatanmu?” 

Itulah ungkapan penuh kekecewaan yang Zion ucapkan sebelum meninggalkan kamar dan anehnya kata-kata itu juga menyakiti Nicole. Belum lagi senyum penuh kegetiran di wajah pria itu yang terus terbayang di benak Nicole, membuatnya ingin menangis tanpa alasan.

Selepas kepergian Zion, Nicole termangu di tempat tidur dengan perasaan tidak karuan. Logikanya mengatakan jika Zion adalah pria kesepian yang berhalusinasi tentang istrinya, sementara hati Nicole berkata lain. 

Ada sebagian kecil diri Nicole yang ingin percaya bahwa dia memang pernah menjadi bagian hidup Zion dahulu. Namun, kapan itu terjadi? Mengapa dia tidak pernah tahu? Satu hal yang pasti, hatinya seolah tidak asing dengan Zion.

Tidak tahan dengan perasaan tertekan yang mendera, Nicole memutuskan untuk meninggalkan kediaman Zion. Dia berjalan meninggalkan kamar Zion, tetapi langsung disambut oleh pertanyaan bernada dingin dari pria itu.

“Kamu mau ke mana?” Suara Zion terdengar memecah keheningan di dalam gelap. 

Nicole memicingkan mata dan menemukan Zion tengah duduk di lantai, bersandar pada pegangan tangga. 

“Aku ingin pulang," jawab Nicole dari depan pintu. Dia tidak berani mendekati Zion. Nada dingin dalam suara pria itu membuat Nicole gentar.

“Kamu mau pulang dengan cara apa?”

“Jalan kaki …,” balas Nicole asal.

Zion mendengkus kasar mendengar jawaban gadis itu. “Memangnya kamu tahu di mana kediamanku? Sejauh apa tempat ini dengan butikmu? Apa kamu tahu itu?”

“Tidak.” 

“Sekarang tidurlah!" desis Zion ketus. Apa Nicole pikir dirinya gila hingga bisa-bisanya membiarkan gadis itu berjalan kaki saat hari masih gelap seperti ini? Sudah terang pun Zion tidak mungkin tega  membiarkan Nicole pulang sendiri. "Pagi nanti akan aku antar kamu pulang.”

“Zion,” panggil Nicole ragu.

Pria itu menatap tajam menunggu Nicole melanjutkan bicaranya.

Nicole menunduk kikuk sambil menggigit bibir.

Melihat sikap Nicole yang seperti itu, Zion jadi tidak tega. Dia berdiri cepat, lalu mendekati Nicole. “Ada apa lagi?” 

Nicole menatap takut-takut ke arah sosok menjulang yang berdiri persis di hadapannya “Di mana bajuku?”

“Untuk apa?”

Nicole menunjuk kemeja kebesaran milik Zion yang tengah dia kenakan, tanpa ada tambahan apa-apa lagi. “Aku ingin berganti pakaian.”

“Memangnya kenapa? Apa bajuku tidak nyaman?”

“Bukan begitu," jawab Nicole serba salah. Sikap dingin Zion dan nada bicaranya yang ketus benar-benar membuat Nicole ingin menghilang saja. "Hanya aneh saja.”

“Tidak perlu banyak berpikir. Pakai saja bajuku. Bajumu sudah kubuang,” balas Zion seenaknya.

“Dibuang?" Nicole membelalak lebar. "Tapi kenapa?” 

“Rusak."

Nicole meringis seketika. “Jadi, aku harus pulang dengan berpakaian seperti ini?” 

“Tenang saja. Besok pagi akan ada orang yang datang membawakanmu pakaian." Zion meletakkan tangan di pundak Nicole, memutar tubuh gadis itu, lalu mendorongnya ke kamar. "Sekarang tidurlah! Aku sudah lelah.”

“Kamu akan tidur di mana?" 

“Di mana saja."

“Di lantai depan seperti tadi?” tanya Nicole khawatir.

Hymn of Beautiful ScrarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang