“Selamat pagi, Nicole-ku yang cantik!” sapa Elie ceria seraya melihat ke seberang jalan. "Penguntitmu sudah lenyap."
"Zion maksudmu?" balas Nicole usai menyesap teh hangatnya. Hari masih terlalu pagi dan Elie sudah datang. Gadis itu memang kerap menemani Nicole sarapan.
"Sudah berapa hari dia tidak datang?” Elie melirik Nicole untuk mengamati ekspresi wajah sahabatnya. “Tiga hari? Lima? Satu minggu?"
Nicole menggeleng malas dan memilih bungkam saja.
Elie bertopang dagu, kemudian menatap Nicole penuh rasa ingin tahu. "Pasti rasanya sudah sangat lama, hm?"
"Apa maksudmu?” balas Nicole malas.
"Sepertinya kamu merasa kehilangan," ujar Elie.
"Elie," erang Nicole jengkel.
Elie mengedik santai, "Apa aku salah bicara?"
Nicole mengembuskan napas keras-keras, lalu menatap tajam kepada Elie. "Untuk apa aku merasa kehilangan dia?”
“Karena kamu merasakan sesuatu yang berbeda dengan dia.” Elie bisa melihat jika Nicole merasakan sesuatu yang khusus saat bersama Zion.
“Jangan asal bicara, Elie!" bantah Nicole.
"Aku tidak asal bicara,” balas Elie santai. “Aku yakin kamu merasa kesepian karena dia tidak datang lagi. Akui saja itu!"
Nicole berdiri cepat sebelum dia kehilangan kesabaran. "Elie, aku mau berjalan-jalan sebentar. Aku perlu udara segar."
“Pergilah, kelihatannya kamu memang butuh menyegarkan diri.”
"Kamu ingin dibawakan sesuatu?" tanya Nicole bermurah hati, meski sedikit memendam kekesalan kepada Elie.
"Tidak perlu."
"Baiklah, aku pergi.” Nicole berjalan ke kamar untuk mengambil jaket dan dompet, lalu segera menuruni tangga.
"Hati-hati!"
"Ya," jawab Nicole.
"Jangan terlalu lama!" seru Elie lagi.
Nicole balas berteriak. "Iya!”
"Hubungi aku jika terjadi sesuatu!" seru Elie makin kencang.
"IYA!" balas Nicole sebal.
Terkadang Nicole lelah dengan orang-orang yang memperlakukannya bak anak kecil. Tidak ayahnya, tidak para pengawalnya, tidak sahabatnya. Meski Elie kerap bertingkah iseng dan bicara sembarangan, kalau sudah berurusan dengan keselamatan Nicole, gadis itu bisa berubah jadi sangat protektif.
"Nona akan pergi?" sambut Peter, pengawal pribadi Nicole yang selalu setia berjaga di sekitar gadis itu. Selama Nicole tidak menginjak bagian luar gedung butiknya, Peter tidak akan menampakkan diri. Namun, selangkah saja Nicole menginjak bagian luar gedung, seketika Peter akan muncul.
"Ya."
"Tidak naik mobil?" tanya Peter kaku.
"Aku hanya ingin berjalan kaki sebentar."
"Perlu saya temani?"
Setengah mati Nicole menahan kekesalan dalam hati. Hanya sekadar ingin berjalan santai saja Nicole sulit mendapatkannya dengan bebas. Selalu saja akan ada yang mengawasi.
"Tidak perlu. Aku hanya akan berjalan di sekitar sini dan tidak akan lama," balas Nicole sedikit ketus.
"Baiklah, Nona. Hati-hati di jalan," ujar Peter mengalah.
Nicole yakin Peter tidak akan sungguh-sungguh melepaskan pengawasannya semudah itu. Namun, Nicole sedang tidak ingin memusingkan hal itu. Untuk saat ini dia hanya ingin menikmati indahnya pemandangan dan udara yang bersahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hymn of Beautiful Scrars
RomantizmLuka paling menyakitkan adalah kehilangan seseorang saat rasa cinta tengah demikian menggebu dan itulah yang dialami oleh Zion De Luca. Alysia Linder pergi meninggalkannya tepat di hari pernikahan mereka. Zion tidak mampu bangkit dari keterpurukan m...