9. Gadis yang Hilang

30 11 1
                                    

Zion tidak pernah merasa takut ketika berada dalam situasi genting yang memaksanya menyerempet maut. Namun, ketika tubuhnya melayang menuju laut sambil memeluk erat tubuh Nicole, Zion merasakan ketakutan yang belum pernah dialami sebelumnya. Da takut gadis ini tidak dapat bertahan saat berada di bawah air nanti.

Maka ketika tubuh mereka menghantam air laut dan terus turun kian dalam, sekuat tenaga Zion memeluk tubuh Nicole agar mereka tidak sampai terpisah. Kemudian, ketika Zion sudah berhasil menstabilkan tubuhnya dari tekanan yang mendorong mereka terus ke bawah, dia langsung bergerak secepatnya menuju permukaan air. Setiap detik begitu berharga karena Zion takut Nicole kehabisan napas atau menelan terlalu banyak air.

Begitu kepalanya berhasil mencapai permukaan air, Zion langsung menghirup udara sebanyak-banyaknya, kemudian cepat-cepat menunduk untuk melihat Nicole. Kepala gadis itu terkulai lemas di bahunya.

“Nicole, buka matamu dan bernapaslah!” Zion menepuk pipi Nicole untuk membangunkan gadis itu. Namun, tidak ada reaksi. Gadis itu berada dalam kondisi tidak sadar.

Zion berusaha sekuat tenaga berenang ke tepi, melawan ombak yang mendorongnya terus ke tengah laut. Meski sulit, dia tidak menyerah. Setelah cukup lama berjuang melawan ombak, Zion berhasil mencapai daratan. Dia segera membaringkan Nicole di atas tanah berbatu, kemudian memeriksa kondisi gadis itu. Dadanya tidak bergerak, tetapi Zion masih bisa merasakan denyut nadi gadis itu.

Zion tahu dia harus segera memberikan pertolongan cardiopulmonary resuscitation untuk menyelamatkan Nicole. Tanpa ragu Zion meletakkan kedua telapak tangan di tengah dada Nicole, menekannya berulang secara teratur. Tidak berapa lama, Nicole terbatuk dan mengeluarkan air dari mulutnya. Melihat Nicole sudah kembali bernapas, Zion baru bisa merasa lega.

Perlahan Zion membaringkan tubuh di sisi Nicole sambil menunggu bantuan datang. Dia yakin tidak lama lagi akan ada yang datang menolong mereka. Benar saja dugaannya. Sekitar 10 menit kemudian, satu per satu mobil River dan Chase berdatangan. Tombol darurat yang ada di mobil Zion terhubung dengan ketiga kakaknya. Tombol semacam itu terdapat di masing-masing mobil mereka. Ketika tombol itu ditekan, tanda bahaya yang ditempatkan di berbagai tempat strategis akan berbunyi, seperti di markas besar Fire Crow, kediaman mereka berempat, perusahaan di bawah naungan De Luca, bahkan ponsel masing-masing.

Chase memarkirkan mobil secara sembarang, kemudian berlari cepat menghampiri Zion. Dia berjongkok di sebelah Zion, terlihat cemas akan keadaan sang adik. “Zion, apa yang terjadi?” 

River menyusul di belakang Chase, terlihat sama cemasnya, tetapi bisa bersikap jauh lebih tenang. Apalagi setelah melihat kondisi Zion yang baik-baik saja. River menatap sepintas ke arah Nicole yang masih belum sadar. “Apa benar seseorang mengejar gadis ini?” 

Zion mengangguk pelan.

Chase menatap ke kiri kanan mencari mobil Zion dan hasilnya nihil. 

“Mobilmu ikut masuk ke laut juga?” tanya Chase ngeri.

“Hm,” gumam Zion.

Chase mengerang kesal. Di antara mereka berempat, Zion yang paling sering merusak properti. Tidak terkecuali mobil. Kini, Chase harus kembali mengurus mobil untuk Zion, padahal rasanya belum lama sejak kali terakhir dia melakukannya.

“Apakah mobil yang mengejar kalian juga jatuh ke laut?” tanya River.

“Tidak. Aku kehilangan mereka," jawab Zion geram. Bagian paling mengesalkan dari aksi kejar-kejaran kali ini adalah kegagalannya mengalahkan lawan. Mungkin mereka sudah terlalu lama beristirahat dari aksi semacam ini, hingga kemampuan pun penurunan.

“Arlo sedang mengurusnya," ujar River menenangkan.

“Aku perlu mencari tahu tentang mereka,” gumam Zion penuh tekad.

Hymn of Beautiful ScrarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang