“Apa ini?" Alysia mengernyit heran menatap amplop putih seukuran kartu pos yang Elie letakkan di meja kerjanya.
"Entah, seseorang menyelipkan amplop ini di bawah pintu."
"Untukku?" tanya Alysia tidak yakin.
Elie memutar bola mata dengan tidak sabar. "Apakah ada nama Nicole Davis yang lain di sini?”
Mendengar perkataan Elie yang sebenarnya merupakan gurauan, hati Alysia tergelitik. Beberapa waktu belakangan ini dia merasa asing dengan nama Nicole Davis. Benarkah itu namanya? Mengapa rasanya kini terdengar aneh. Meski dia juga tidak berani mengklaim bahwa dirinya adalah Alysia Lindner. Sejujurnya, dia jadi merasa sebagai orang tanpa identitas.
Alysia memegangi amplop di tangannya seraya bertanya-tanya.
"Kenapa belum dibuka?" tanya Elie sambil melirik penasaran.
"Kenapa kamu masih di sini?" balas Alysia datar.
"Memangnya kenapa kalau aku masih di sini?"
"Memangnya kenapa kalau aku tidak mau membukanya sekarang?"
"Astaga! Sejak kapan kamu jadi pandai berdebat begini, Nic!" seru Elie antara geli juga terkejut. Sosok Nicole Davis yang Elie kenal adalah gadis lemah lembut yang penurut, bukan gadis yang suka membantah dan berdebat.
"Benarkah aku begitu?" Alysia terkejut mendengar bahwa Elie mengatakan dirinya berubah. Benarkah ada yang berbeda dengan dirinya? "Entahlah, aku juga tidak tahu."
"Ayo, bukalah! Kamu membuatku penasaran," desak Elie tidak sabar
"Aku akan membukanya kalau kamu sudah keluar dari sini," balas Alysia tenang.
"Dan kamu sekarang mulai suka bermain rahasia denganku!" protes Elie gemas. "Astaga, Nic! Ada apa denganmu sebenarnya?"
Alysia tertegun. Pertanyaan bernada protes yang Elie lontarkan menggelitik hatinya. Ada apa dengannya? Dia sendiri merasakan ada yang janggal, tetapi entah apa? "Memangnya ada apa denganku?"
"Kenapa malah bertanya kepadaku? Harusnya kamu yang menjawab itu!" Elie mencebik sebal. "Di sini kamulah yang berubah, bukan aku."
"Memangnya perubahan seperti apa yang kamu lihat dalam diriku?"
"Aku juga bingung menjelaskannya." Elie mengangkat bahu perlahan, lalu memandangi Alysia dengan tatapan serius. "Tapi yang pasti, aku merasa kamu terlihat seperti sosok yang berbeda. Seperti orang lain. Bukan Nicole yang kukenal."
"Begitukah menurutmu?" gumam Alysia pelan.
"Sudahlah, tidak perlu terlalu dipikirkan. Mungkin kamu hanya lelah atau sedang banyak pikiran. Kita sudahi saja percakapan ini," ujar Elie.
"Kamu benar." Alysia mengangguk setuju.
Elie sebenarnya masih penasaran dengan amplop di tangan Alysia, tetapi dia tidak ingin mendesak sahabatnya. Kelihatannya gadis itu benar-benar sedang tidak ingin berbagi dengannya. "Kalau begitu aku keluar."
Setelah yakin Elie tidak akan tiba-tiba kembali ke ruangannya, barulah Alysia mau membuka amplop yang sejak tadi dia pegang. Meski Alysia belum tahu isi amplop tersebut, perasaannya mengatakan ini sesuatu yang penting baginya.
Alysia masih membalik-balik amplop di tangannya, memandangi nama yang tertera di sana, dibuat dengan tulisan tangan yang indah. Hanya melihat tulisan itu saja hatinya merasakan sesuatu yang tidak biasa. Perlahan dia membuka penutupnya, lalu mengintip ke dalam. Alysia hanya menemukan selembar foto di dalam sana.
"Gambar apa ini?" gumam Alysia dengan kening berkerut. Foto itu hanya menampilkan gambar sebuah jalan di kota San Diego.
Mata Alysia menangkap tulisan kecil di sudut kanan bawah foto itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hymn of Beautiful Scrars
RomansaLuka paling menyakitkan adalah kehilangan seseorang saat rasa cinta tengah demikian menggebu dan itulah yang dialami oleh Zion De Luca. Alysia Linder pergi meninggalkannya tepat di hari pernikahan mereka. Zion tidak mampu bangkit dari keterpurukan m...