Tak sudi mengaku

472 9 0
                                        


"Mak?! Mamak!!" Ari mengetuk pintu dengan keras.

Mamak Pras yang sibuk mencatat hasil panen bersama suaminya, berdiri dan membuka pintu, "Ada apa to, Ri?! Malam-malam datang ke rumahku kok tidak ngerti sopan santun!" Masuk dan segera duduk di kursi kesayangannya.

Ari berlutut di depan mamak Pras, "Minta uangnya, Mak. Aku dan Ridho sudah melakukan apa yang Mamak suruh, setelah ini Pras pasti pulang dan meninggalkan gadis pembawa sial itu, tetapi aku gak berani di sini, aku mau merantau saja, Mak. Minta uangnya."

Mamak Pras tertawa. Mengambil segepok uang lima puluh ribuan dan melemparnya ke Ari, "Kalau sampai kamu membohongiku, kucari kamu ke mana pun, aku tahu kamu pergi ke mana, kuseret! Kurajam di halaman sana." ucapnya sambil mengacungkan telunjuk.

"Aku tidak berani membohongimu, Mak." Ari mengambil uang itu dan menyimpannya di baju yang dikenakan.

Ayah Pras malah pergi setelah mendengar itu. Firasatnya sangat buruk, ada apa sebenarnya? Melihat Ari dan Ridho ke luar, ayah Pras memanggil keduanya, "Kalian apakan Lana?"

Ari langsung menunduk setelah sempat terkejut, "Aku tidak melakukan apa pun padanya."

Ridho melirik, "Kami hanya melakukannya sekali-"

"Ridho!" Ari merangkul temannya, "Bukankah kita harus bersiap-siap?" Sambil meremas pundak Ridho juga.

"I-iya, Ar." Ridho meringis.

"Kami pergi dulu, Pakde." Setengah menyeret Ridho agar tak banyak bicara lagi, "Sampai rumah, cepat ambil apa yang perlu, dan kita pergi dari sini, setelah kita menemukan tempat yang aman, baru bayarannya kubagi." Ari menurunkan Ridho dan pulang ke rumahnya sendiri untuk bersiap-siap. Yakin besok akan ada bencana kalau dia tetap di sini.

Ridho segera menata keperluannya dan pamit ke orang tuanya untuk merantau. Baru saja pamit, dia pikir sepeda Ari, ternyata malah ayah Pras yang datang, "Pakde."

"Apa yang kalian lakukan ke Lana?" Meski dia tak bisa membela Pras di depan istrinya karena tak punya kekuasaan apa pun, ayah Pras sebenarnya tetap merestui hubungan itu, hanya saja kalau tidak ikut membenci, bisa-bisa istrinya akan berubah menjadi singa.

Ridho menggeleng sambil menunduk, dia tak berani menatap ayah Pras, dia juga tak berani mengaku karena Ari memintanya tadi.

"Kalau kamu tidak mau mengaku, kupastikan kamu masuk penjara besok." ancam ayah Pras.

"Ampun, Pakde. Ampuni aku." Ridho langsung berlutut di depan ayah Pras, "Ari yang duluan mem per kosa Lana, dia melakukannya dua kali, Lana sangat cantik dan putih, aku juga sayang kalau tidak mengambil kesempatan itu, jadi aku ikut Ari melakukannya juga. Ampun, Pakde. Jangan masukkan aku ke penjara. Aku hanya mengikuti apa yang disuruh mamak." ucapnya dengan tubuh bergetar.

Ayah Pras menggeleng, tahu tak bisa melakukan apa pun, dia langsung pulang, menunggu akan ada kejadian apa yang menimpa rumahnya besok pagi.

***

Masih sangat pagi, mamak Pras minum kopi di depan rumah sambil mengawasi beberapa pekerja yang sibuk menyiapkan bekal untuk ke ladang, "Jangan lupa, kebun yang bawah, rumputnya harus bersih semua hari ini, jadi besok langsung ngasih pupuk."

"Iya, Mak." jawab pekerja serentak.

Dari jauh mamak Pras melihat motor mendekat, tubuh itu lebih kurus dari biasanya, meski ada perbedaan, mamak Pras tahu kalau itu memang putranya. Dia langsung berdiri untuk menyambut putra kesayangannya, "Baru kali ini Ari bisa bekerja dengan benar." Turun dari teras ke halaman dan merentangkan tangan untuk memeluk Pras, "Putraku."

Malam KemarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang