Pras tertawa. Mengambil minuman bersoda untuk dinikmati dan menoleh ke Teni, "Kau juga banyak bertanya, Ten." Keduanya malah tertawa sekarang.
Lana ... beberapa kali melihat jam dinding. Sudah jam sepuluh malam dan Pras belum juga pulang, "Ke mana mas, Pras?" Sepertinya pekerjaan Pras mulai banyak dan rumit sampai suaminya itu pulang sampai larut begini. Dia menunggu di depan TV, entah sampai jam berapa, hingga tertidur juga di sana.
***
Hari berganti, Lana bangun dan langsung menoleh ke meja makan. Semua makanan di sana dingin, bahkan mungkin ada yang basi, dia hanya membuka pintu dan mengecek Pras yang nyatanya tak pulang.
Lana hanya menghela napas dan merapikan meja makan agar tak membuat Pras marah nanti sepulang kerja.
Di pabrik ... Pras melihat Hendrik. Dia bahkan tak malu untuk menghampiri Hendrik lebih dulu, "Selamat pagi, Pak. Bapak, di pabrik?"
Hendrik mengerutkan kening, "Kau main perempuan sampai tak tahu kalau istrimu sudah pulang? Suami yang buruk." Tersenyum dan pergi begitu saja.
Pras yang tak bisa menggambarkan seperti apa suasana hatinya saat ini, langsung ke gudang tiga, berharap tidak banyak truk dan pekerjaannya cepat selesai, dia tak sabar pulang untuk menemui Lana.
Bukan hanya saat bekerja, di jam istirahat pun Pras terus memikirkan Lana, sampai jam pulang tiba, dia segera menyelesaikan laporannya, dan pulang. Benar saja, pintu rumah itu terbuka dengan lampu yang menyala, Pras masuk, wangi masakan yang begitu dirindukannya seolah kembali lagi setelah sekian lama, "Lana."
Lana mengelap tangan dan menyambut Pras, "Mas, sudah pulang?" Mencium punggung tangan Pras dan tersenyum, "Aku sedang-" Tersenyum puas saat Pras memeluknya. Lana juga membalas pelukan itu, "Bau, Mas. Mandilah dulu."
Pras terkekeh, "Buatkan aku kopi, ya? Hari ini masak apa?" Mengurai pelukan itu dan ke kamar mandi setelah menyambar handuk di kamar.
"Sayur bening, hanya ada itu tadi, sama tempe goreng." Lana menyiapkan makanan di ruang TV sambil menunggu Pras. Setelah Pras bergabung dengannya, "Mau makan sekarang, Mas?" Melihat Pras mengangguk, Lana langsung mengambil makanan, "Semalam lembur, Mas?"
Pras jadi tercekik oleh pertanyaan Lana, "I-iya, Lan. Kamu ... pulang jam berapa?"
"Mungkin jam satu. Kami berangkat pagi dari sana. Aku masih nifas, setelah bersih, kuharap aku bisa melayanimu dengan semestinya, Mas." Lana memberikan piring itu ke Pras.
Terkekeh, "Jangan terlalu dipikirkan, Lan. Melihatmu sehat saja membuatku sangat senang.. Maaf, ya, aku ... memperlakukanmu tidak baik."
"Mas ... jangan membahasnya lagi."
Pras tersenyum, mengambil makanan sesendok dan menyuapkannya ke Lana, "Kamu tidak bekerja? Maksudku ... dengan keadaanmu?"
Lana menggeleng, "Pak Hendrik menyuruhku kembali setelah nifas."
Pras mengangguk, "Kamu mandi saja, setelah makan, kita ke luar, ya? Jalan-jalan."
Lana mengangguk. Dia membersihkan diri dan bersiap pergi, tepat setelah Pras menyelesaikan suapan terakhir. Dia banyak tertawa bersama Pras saat diajak keliling kota dengan sepeda motor hingga sempat kehabisan bensin, sampai Lana dibuat puas saat Pras menghentikan motor itu di taman. "Duduk sini, ya, Mas?" Menemukan bangku yang menghadap ke kolam.
Setelah me-standar motor, Pras membeli minum dan makanan ringan, baru setelahnya bergabung dengan Lana. "Apa itu rumah sakit yang sangat besar?"
Lana menggeleng, "Dia wanita yang baik. Aku tidak tahu apa yang terjadi, saat aku sadar, semua sudah berakhir, meski dia beberapa kali menanyakan tekadku, aku tetap mengambil keputusan yang kuinginkan, Mas."
![](https://img.wattpad.com/cover/275250619-288-k19594.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Malam Kemarin
RomancePras sangat mencintai Lana. Rela bekerja ke luar kota untuk mempersunting wanita yang sudah diajak hidup bersama tanpa pernikahan. Tak peduli dengan Lana yang hanya hidup sebatang kara karena status yatim piatu yang disandang sejak umur belasan tahu...