Tangan Pras menurun yang sisi kiri, merangsek, menyentuh apa yang pernah dimasukinya, "Berjanjilah untuk tak memnta apa pun padaku, Ten."
"Ahhhh ... jangan-oughhh ... menyiksaku, seperti, ini, Pras. Oouughhhh ... aaahhhhh ...." Menengadah, membiarkan tubuhnya menyandar di tubuh Pras, bahkan Teni mematikan juga kompor yang harusnya digunakan untuk membuat kopi.
Tak mau dengar, Pras tetap mengocoknya kasar dengan seringai yang tak bisa dibayangkan, "Berjanjilah padaku, Ten." ucapnya tepat di telinga Teni.
Napas itu terlalu membuai, hangat dari embusan pun seolah membuat pipinya semakin panas, dan Teni hanya bisa mengangguk, "Ya, ya, Pras, oughhh ... aku ... aku tidak-aahhhh ... aku tidak akan-ough! Menuntutmu-aaahhhh ... ooouughhhh ... aahhhh ...."
Pras mengeluarkan tangan dari liang Teni yang membasah dan mencuci tangannya di wastafel, "Aku akan menunggu kopimu, Ten." Tersenyum dan pergi ke ruang tamu.
Teni menggigit bibir bawahnya sendiri, "Berani sekali aku membuatku jadi seperti ini, Pras." Sungguh, apa yang baru saja terjadi, membuat Teni begitu frustrasi, dia gelisah, bahkan untuk kembali menyalakan kompor saja, tangannya masih bergetar. Miliknya basah dan meminta lebih, harus bagaimana dia menekan gejolak yang menyiksa ini?
Pras menekan rokok ke asbak saat Teni ke luar, "Kau lama sekali membuat kopinya."
Teni duduk dan kedua tangannya saling meremas, "Kenapa kamu ke sini, Pras?"
"Aku hanya ingin ke sini."
"Kau ... juga merokok."
Pras terkekeh, "Aku hanya mencobanya."
"Kau sangat berbeda dengan saat kita bertemu pertama kali." Teni merasa Pras menjadi liar sekarang, "Apa ada masalah?"
"Tidak, semua baik-baik saja." Pras mengangkat kopi yang masih panas itu.
"Aku akan mendengar apa pun yang kamu ceritakan, meski itu tentang Yuda atau bahkan istrimu sekali pun." Teni tersenyum saat Pras menoleh padanya.
Pras terkekeh, meletakkan kopinya kembali, dan merentangkan tangan kanan agar Teni duduk di dekatnya.
Teni datang, bahkan tubuhnya menempel dengan Pras, dia juga meletakkan tangan di dada Pras.
"Cium saja aku." Pras hanya membuka bibir, membiarkan Teni berbagi lidah dengannya, dan tangan yang terus merayap tak tentu arah. Bahkan saat Teni menurunkan reselting dan mengeluarkan miliknya yang setengah bangun, mengulum serta menghisap, Pras hanya membiarkan semua terjadi begitu saja.
"Dia tertekan di sana, Pras." Teni turun untuk berlutut di depan Pras, membantu pria itu melepas celana, dan kembali mengulum yang sudah telanjang.
"Hmmm ... lakukan saja sesukamu, Ten." Pras mengusap rambut Teni untuk melihat sepenuh apa mulut itu mengulum miliknya.
Teni tersenyum dengan mulut penuhnya sambil melepas celana dalam dan naik ke kursi untuk menindih Pras, "Di sini lebih seru, Pras." Memegangi apa yang tegak untuk disapukan ke miliknya yang sudah mendamba sejak tadi, "Aaahhhh ... aku menyukaimu, Pras." Menekannya perlahan hingga memenuhi miliknya sendiri.
"Apa kau akan terus bicara saja, Ten?" ejek Pras.
Teni malah terkekeh sambil memaju mundurkan pinggulnya, "Aahhh, ooughhh, aahhhh, hmps, oughhhh ...." Teni melepas pakaiannya dan melemparnya sembarang. Tak lupa, mendekatkan dadanya juga ke bibir Pras, seolah sengaja menggoda agar dikulum puncaknya yang semakin mengerucut.
Pras memeluk Teni, membantu wanita itu bergerak lebih lincah, sambil menyusu seperti bayi besar, "Oughh ... kau memang pandai mempermainkanku, Ten."
Teni malah tertawa, "Aku? Mempermainkanmu?" Bukannya lanjut, Teni melepas milik Pras begitu saja, dan naik ke pangkuan Pras dengan membelakangi, "Aku akan memulainya kalau begitu, Pras." Tak memasukkan, hanya membiarkan milik Pras menyentuh perut.
![](https://img.wattpad.com/cover/275250619-288-k19594.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Malam Kemarin
RomancePras sangat mencintai Lana. Rela bekerja ke luar kota untuk mempersunting wanita yang sudah diajak hidup bersama tanpa pernikahan. Tak peduli dengan Lana yang hanya hidup sebatang kara karena status yatim piatu yang disandang sejak umur belasan tahu...