Kehidupan baru

219 7 0
                                    


Lana menggandeng tangan Pras selama di angkot. Senang memang diajak ke kota, tetapi dia pun kawatir dengan biaya hidup di sana, ditambah dengan dirinya yang tak bekerja, pastilah beban hidup Pras lebih berat lagi.

Pras mengusap punggung tangan Lana, "Ada apa, Sayang?" Mengambil tangan itu dan mengecup.

Lana tersenyum sambil menggeleng, "Aku akan bekerja, Mas. Di desa mau pun di kota, aku akan tetap membantumu."

Pras malah tertawa, "Apa yang kamu katakan, Lan? Tinggal bersamaku sambil terus tersenyum, itu sudah sama dengan membantuku, tetaplah bahagia, janji?" Mengecup kembali punggung tangan Lana.

Bukannya menjawab, Lana malah memeluk lebih erat lengan Pras, menyembunyikan air matanya yang menetes tiba-tiba.

Sesampainya di kos, Yuda yang sudah menunggu di depan kosan, menyerahkan kunci motor Pras, "Aku sudah carikan kosan yang murah, dekat juga dengan pabrik, pemiliknya sudah kukatakan kalau kalian sudah menikah tadi pagi." ucapnya sambil terkekeh.

Pras ikut terkekeh juga. Pernikahan seadanya dengan disaksikan oleh semua pekerja di rumah mamak Yuda, penghulu juga hanya pamong desa, membuat Pras malu. Namun, itu cukup kuat karena dia dan Lana sudah sah di mata agama. "Ayo!" Mengajak Lana naik motor dan mengekor Yuda. Rumah kecil dengan dinding yang menyatu, berumah petak dengan hadapan yang sama. Pras merasa tak terlalu buruk untuk ditinggali bersama Lana, "Di sini dulu tidak apa-apa, kan?"

Lana tersenyum, "Ini bagus, Mas. Aku betah tinggal di sini."

Pemilik kontrakan tersenyum lega, "Kalau butuh apa-apa, rumahku yang itu," Menunjuk rumah yang sama kecilnya di sudut jalan, "aku selalu di rumah."

Pras dan Lana mengangguk bersamaan.

"Kalau begitu aku tinggal dulu, ya?" Pemilik kontrakan itu pergi.

Yuda menepuk pundak Pras, "Aku pulang, ya? Besok langsung masuk, jangan sampai kejadian ini merugikanmu, hidup harus terus berjalan, kan?" Setelah sahabatnya mengangguk, Yuda pun pulang, dia akan menyelesaikan urusannya sendiri.

Pras menutup pintu, memeluk istrinya seerat mungkin, dan mengecup kening itu, "Maaf, ya, pernikahan kita harus ditunda dulu, kontrakan di sini lumayan, tetapi aku janji, kita akan segera menikah di KUA."

Lana mengangguk, "Terima kasih sudah menerimaku, Mas."

"Jangan berkata seperti itu." Pras mengecup lagi dan lagi. Dia tetap tak akan melepas Lana semudah itu.

Yuda ... baru saja sampai kosan, dia masih minum untuk menghilangkan dahaga, dan Teni sudah di depannya, "Tumben ke sini? Katamu kosanku panas." Melepas jaket dan berbaring karena punggungnya sangat lelah setelah perjalanan.

"Aku melihat Pras membonceng perempuan, siapa dia? Kalian juga tidak kerja, tidak izin, pasti ada sesuatu, kan?" Teni duduk di sebelah Yuda.

"Bukan urusanmu, Ten. Lagi pula masalah pribadi tidak harus diketahui banyak orang, kan? Apa lagi orang pabrik yang tidak ada sangkut pautnya dengan semua ini."

Teni mengulurkan tangan ke dada Yuda, meraba seindah mungkin, dia ingin jawaban atas pertanyaannya sekarang juga, "Ya, aku memang tak ada hubungannya dengan kalian, tetapi kalau kalian membolos kerja, aku bisa mengambil keputusan yang merugikan kalian, apa lagi kalian mandor gudang." Terus ke bawah sampai dia berhasil memasukkan tangan ke celana Yuda, mengusap, mengurut apa yang tidur dan tiba-tiba mengeras.

Yuda terkekeh, dia bangun begitu saja dan menduduki Teni di perut, "Jawab, apa punyaku lebih baik dari pada punya Pras?"

Teni terkekeh, "Aku sedang bertanya padamu, Yud."

Malam KemarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang