Semakin dekat

3.9K 20 8
                                        

Pras masih terengah dan Teni terkelepai di sebelahnya. “Yuda akan kembali, Ten. Jangan ke sini lagi. Aku tidak ingin Yuda tahu karena Lana juga akan tahu.” Pras sangat kotor, tapi biarkan dirinya sendiri yang mengetahuinya.

Teni menoleh, tersenyum dan mengangguk, “Iya, Pras. Kalau aku ingin, apa kamu mau ke rumahku?”

“Kau gila? Kita bermain di sana dan ibumu akan membunuhku? Begitu?” Pras langsung duduk, ternyata Teni menginginkannya cepat mati.

Teni tertawa, “Sebenarnya dia bukan ibuku.”

“Apa?!” Pras malah kaget dengan pengakuan Teni.

Teni ikut duduk, dia bahkan tak malu memeluk Pras, “Dia saudara jauh, ibuku sudah meninggal, dia datang untuk membersihkan rumah, kadang tidur di sana kadang juga tidak. Aku sengaja membuatmu ketakutan waktu itu, kukira aku bisa memaksamu untuk menikahiku hari itu juga, ternyata keinginanku salah.”

“Bahkan saat ini pun kita sudah salah, Teni.” Pras tidak paham, apa kiranya yang dipikir oleh Teni.

Teni tertawa lagi, “Tapi kesalahan kita enak, Pras. Bukan hanya aku, kamu pasti juga menyukainya.” Tak peduli apa mau ataukah tidak, Teni naik ke perut Pras, mengusap milik Pras yang sudah tidur dengan bokongnya agar segera bangun, dan memasukkannya kembali ke miliknya yang mudah basah.

Memang benar apa kata Teni, Pras pun selama ini juga sering menahan rindu ke Lana, dan adanya Teni membuat miliknya tak perlu berpuasa terlalu lama. Meski rasanya tak senikmat ketika bersama Lana, nyatanya Pras membiarkan Teni terus mengocok miliknya, demi uang Pras akan melakukan apa saja.

***

Yuda mengetuk pintu kosan, meski masih jam lima pagi, dia yakin Pras akan cepat terbangun, dan benar saja, Yuda segera tersenyum lebar melihat Pras dengan wajah mengantuknya. “Ada hadiah dari Lana.” Yuda merogoh sakunya, memberikan sepucuk surat ke Pras, “Kalau ini kerupuk sama bumbu pecel buatan Lana.”

“Aku mau mengajaknya menikah minggu depan, Yud.” Pras menatap surat yang masih terlipat rapi itu.

"Minggu depan? setahuku sekali lembur gajinya tak sebanyak itu, Pras. Dari mana kau dapat uang?” Yuda yakin Pras dekat dengan Teni.

“Aku hutang ke perusahaan. Setelah menikah aku akan mengajak Lana ke sini, tinggal bersama di kota, biar hatiku juga tenang, Yud.” Pras tak ingin Teni terus mengejarnya jika tak segera mengajak Lana ke sini.

Yuda tersenyum, “Kalau memang itu yang terbaik, tidak apa-apa, Pras. Aku mandi dulu.” Yuda tak bisa sepenuhnya terus mengatur keinginan Pras, akan sangat jahat kalau dia melarang Pras hanya karena tak suka melihat kedekatan Pras dengan Teni, kan?

Di kampung... Lana berangkat bekerja seperti biasa, mengupas ketela pohon untuk dijadikan ceriping, dan akan mengemas juga setelah ini. Dia dan Tiwi cukup bisa diandalkan oleh mamak Yuda. “Tumben buat yang manis juga, Mas?” Lana suka kalau ada kemajuan di pabrik kecil ini.

"Ari, saudara kamu itu yang minta rasa baru, dia memang pria yang pandai bekerja, alot, pantas kalau dijadikan suami.” Mamak Yuda memang sering memuji Ari semenjak pemuda itu beli ceriping di tempatnya.

Malam KemarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang