"Rumah lo dimana?" Tanya Zee berteriak, karena posisi kepala yg tertutup oleh helm full face yg ia kenakan.
"Apa Kak?" Gracia tidak mendengar jelas pertanyaan KayZee kakak kelasnya itu, karena suara angin yg lebih mendominasi.
KayZee memelankan sejenak motornya. "Rumah lo dimana, Gracia?"
"I-itu perumahan XXXXXX"
KayZee lantas mengangguk, menancap gasnya kembali sedikit cepat. Perumahan yg sudah dekat dari posisi mereka berada, hari yg sudah semakin sore membuat KayZee tidak enak kepada Gracia.
Beberapa saat kemudian akhirnya mereka tiba didepan rumah bernuansa eropa vintage yg memiliki 3 lantai. Gerbang yg menjadi akses masuk rumah Gracia itu membuat KayZee harus berhenti tepat didepannya.
"Disini aja Kak, terima kasih" Kata Gracia
KayZee tersenyum, tangannya terulur membenarkan sedikit kaca mata milik gadis itu yg sedikit kurang pas posisinya.
"Nah, sudah selesai. Gih masuk!"
Gracia mengangguk patuh, tanpa menunggu lebih lama lagi atau menunggu KayZee pergi. Ia lebih memilih untuk masuk lebih dulu kedalam rumah.
Sementara KayZee laki laki ini menatap punggung Gracia yg mulai menghilang dibalik pintu rumahnya. Senyuman di wajah KayZee tiba tiba terbit begitu saja, seolah ada hal yg menarik menurut dirinya setelah mengantar Gracia.
Dirasa tidak ada lagi yg KayZee lakukan disini. Ia memutuskan untuk segera pulang, karena waktu yg sudah menjelang maghrib.
Beralih ke sisi Gracia, gadis lugu dengan kaca mata bulat khasnya sudah memasang raut wajah kesalnya. Lantaran Shani Cicinya itu malah asik tidur diruang keluarga dengan cemilan yg berserakan disekitarnya.
"Bisa bisanya ya, udh ditelfon berulang kali malah tidur kayak gini" Dengus Gracia
"CICI!! CICI SHANI!!"
"HAHH!! APA? KENAPA?" Bak orang linglung yg dipaksa untuk bangun, mata yg masih setengah terbuka dipaksa untuk menatap sosok yg ada dihadapannya yg kini tengah berkacak pinggang.
"Bagus ya, Gege telfon dari tadi sama chat ga dibalas sama sekali. Eh tau nya malah asik tidur!"
Mata Shani mendadak langsung terbuka sempurna. Tangannya terulur meraih ponsel pintarnya, terdapat 50 pesan dan juga 12× panggilan tidak terjawab dari sang adik.
Cengiran tak bersalah terbit seketika di wajah perempuan berusia 21 tahun tersebut.
"Tauk ah, malas banget sama Cici!!"
Gracia menghentakkan kakinya pertanda ia kesal sekali dengan Cici satu satunya ini. Ia melangkah pergi dari sana dengan perasaan kesal. Tidak habis pikir sekali Gracia dengan Shani Cicinya itu, dirinya yg menunggu sampai 15 menit bahkan sudah memberikan pesan berulang kali ditambah telfon sama sekali tidak mendapat respon. Dan yg lebih parah lagi Gracia melihat dengan mata kepalanya sendiri Cicinya itu asik tertidur dengan camilan yg berserakan disekitarnya.
Gracia yg baru saja tiba di kamarnya langsung melempar asal tasnya, perasaan kesal karena Cicinya itu ia lampiaskan dengan cara menggigit ujung bantal tidurnya.
"ARGHH!! Cici Shani ngeselin!! Apa coba dia, ditelfon berulang kali, di chat ga dibalas. Eh malah asik tidur"
Model rambut twin tale yg biasa Gracia kenakan kini terurai secara perlahan, setelah gadis itu melepaskan kuncir yg membentuk model rambutnya.
"Awas aja ya, ga akan aku maafin dia. Kesel banget kesel!!"
"Gre! Gracia!! Dek!!"
"APA? KELUAR SANA! AKU LAGI MARAH SAMA CICI, YA!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Everlasting Love [END]
RomanceSeorang gadis cupu dan lugu yg dipertemukan dengan laki laki tampan di sekolahnya, entah apa yg terjadi didalam hidup gadis ini kedepannya. Bahagia atau malah sebaliknya? Fiction not Real!! Stop carrying a real life!! 👌🏻 Start : Kamis, 1 Agustus...