13.

1.3K 222 111
                                    

KayZee terus memacu motornya dengan Gracia yg ada dibelakangnya. Gadis itu menangis terisak sedari tadi, mengapa ia harus menerima sebuah tamparan dari Cici nya sendiri. Yg entah menurut Gracia, Shani Cicinya sudah mulai berubah.

Sementara KayZee sendiri bingung ingin menanyakan hal apa kepada Gracia, mendengar Gracia yg sedari tadi menangis dibelakangnya membuatnya tidak enak untuk bertanya. Terlebih lagi, KayZee melihat sendiri Gracia ditampar oleh Shani kakak kandung Gracia sendiri.

Tetapi jika terus diam seperti ini, KayZee bingung yg entah mau dibawa kemana Gracia sekarang. Ia menepikan sejenak motornya disebuah ruko kosong.

"Gre" Panggil Zee

KayZee tidak mendapat balasan, ia hanya mendengar isak tangis dari gadis itu. KayZee bingung harus bagaimana sekarang, tidak mungkin ia membawa Gracia kerumahnya terlebih lagi dalam kondisi seperti ini.

"Gre"

Sekali lagi KayZee mencoba memanggil gadis itu dan akhirnya berhasil, Gracia mengangkat kepalanya, terlihat sudah wajahnya yg sudah berlinang air mata. KayZee sedih melihat seseorang yg dirinya sayang menjadi seperti ini karenanya.

"Maafin gue ya, Gre. Ini semua gara–"

Gracia menggeleng kuat, membantah jika semua yg terjadi sekarang penyebabnya adalah KayZee. Gracia tidak mungkin berpikir seperti itu untuk menyalahkan seseorang yg sudah baik kepadanya bahkan mau menerima dirinya dengan sepenuh hati.

"Ngga, kak. Ini bukan salah, lo. Hiks, hiks–" Gracia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

KayZee yg benar benar tidak tega akhirnya memberanikan diri memeluk gadis itu. Memberikan usapan lembut pada bagian punggungnya, Gracia semakin terisak diposisi itu. Gracia bingung, Gracia hancur, Gracia juga hilang arah sekarang. Satu satunya keluarga yg seharusnya bisa dianggap Rumah olehnya, malah sekarang menjadi neraka untuknya. Bahkan untuk memikirkannya saja, Gracia sudah merasakan sakit yg teramat sangat. Bahkan pikirannya masih terbayang-bayang tamparan yg Shani Cicinya berikan itu.

"Gre, gue mau ngomong sesuatu sama lo. Mungkin bakal lo potong lebih dulu, tapi ini semua salah gue, Gre. Gue gatau kalau lo dilarang buat dekat sama cowok, gue gatau hal itu. Gue ga seharusnya memaksa masuk ke kehidupan pribadi lo, dan sekarang gue bakal tanggung jawab sama semuanya. Tolong kasih gue kesempatan buat membenarkan semuanya" Kata Zee

"Kak, lo ga salah. Gue yg seharusnya cerita tentang ini lebih dulu ke lo. Sebelum hal ini terjadi, tapi gue belum punya keberanian untuk cerita tentang semua ini ke lo. Gue ga mungkin menyalahkan orang yg udh mau nerima gue apa adanya. Lo baik, kak. Maaf kalau lo harus jatuh cinta sama gue yg buruk sep–.."

"Sssttt!! Jangan dilanjut oke, gue ga mau dengar hal itu keluar dari mulut, lo"

KayZee membungkam mulut Gracia dengan menempelkan jari telunjuknya. Gadis itu seketika terdiam, sementara KayZee menghela nafas panjang.

"Lo ikut gue kerumah aja, ya? Buat sementara ini, gue ga tahu harus bawa lo kemana. Ada baiknya gue bawa kerumah, ada Mommy, ada Chris sama Zia juga disana. Jadi lo ga ngerasa kesepian"

Gracia mengangguk patuh, ia juga tidak tahu kemana, ia tidak memiliki tujuan sama sekali sekarang. Yg ia inginkan adalah sebuah tempat yg memberi dirinya kehangatan, bukan malah sebuah tempat yg memberikan dirinya tekanan.

KayZee tersenyum, tangannya terulur menghapus jejak air mata gadis itu. "Jangan nangis ya, gue bakal bantu lo lewatin ini semua. Gue percaya lo itu kuat"

"Makasih banyak, kak"

Gracia kembali memeluk tubuh KayZee, mungkin tidak ada salahnya mencoba menerima KayZee perlahan-lahan. Terlihat dari effort KayZee untuknya membuat Gracia yakin, jika laki-laki ini memang serius menjalin hubungan.

Everlasting Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang