12.

1.3K 231 244
                                    

Esok hari pun tiba, aktifitas sekolah seperti biasa masih Gracia lakukan. Tetapi ada yg berbeda dari Gracia kali ini, tidak ada lagi Gracia berpenampilan cupu bahkan terkesan lugu. Semua berubah begitu cepat dalam semalam hanya karena masalah kemarin, Gracia benar benar sudah muak akan aturan yg dibuat oleh Veranda dan juga Shani. Kedua orang yg Gracia anggap penting di hidupnya malah perlahan-lahan merenggut kebahagiaannya.

Kini gadis itu sudah siap dengan seragamnya, tidak ada lagi Twin-Tale, tidak ada lagi kaca mata bulat khasnya. Kesan cupu dan lugu benar-benar hilang meskipun Gracia sempat melakukannya beberapa hari lalu tanpa sengaja, dan kini Gracia dengan kesadaran penuh melakukan hal itu sebagai bentuk revolusi dirinya sendiri.

Kakinya melangkah turun menuju lantai bawah rumah, raut wajah dingin Gracia timbul begitu saja melihat Keenan, Veranda dan Shani sedang asik bercanda di meja makan. Gracia mendekat kearah Keenan Papinya, salah satu orang yg masih peduli tentang kebahagiaan dirinya meskipun terhalang oleh keterbatasan kekuatan yg dimiliki pria paruh baya itu.

"Gege berangkat dulu ya, Pi" Kata Gracia berpamitan sembari menyalimi tangan Keenan.

"Ga sarapan dulu, dek?" Sahut Veranda

Gracia menatap dengan tatapan sinis Maminya itu, hatinya masih terasa sakit menerima semua ini. Yg membuat Gracia bertanya-tanya adalah, mengapa bisa Maminya dan juga Cicinya ini masih bisa tertawa lepas seolah tidak memiliki rasa bersalah sama sekali.

"Sarapan dulu ya"

Gracia menggeleng kearah Keenan Papinya. "Gege sarapan di sekolah aja, Pi. Gege berangkat ya" Tidak lupa Gracia memberi kecupan singkat pada pipi kanan Keenan sebelum ia benar benar pergi.

"Kalau orang suruh sarapan, minimal nurut!"

Kalimat panjang yg membuat Gracia menghentikan langkahnya, Cici kesayangannya yg kini mulai bersuara membuat emosinya mendidih seketika.

"Kalau gue ga mau nurut sama lo, gimana?"

Shani terkejut mendengar nada bicara adiknya yg berubah begitu saja dalam semalam, bahkan terkesan tidak menghargai dirinya sebagai kakak.

"GRACIA! Ini karena kamu sudah berkumpul sama laki laki yg gatau diri kemarin, Iya kan!"

Gracia tersenyum miris, ia putar sejenak tubuhnya kearah Shani yg mungkin sudah tidak lagi ia anggap sebagai Cici kesayangannya.

"Kenapa? Kaget? Sakit hati? ITU YG GUE RASAIN SELAMA INI DARI TUNTUTAN YG LO KASIH! GAUSA BAWA BAWA DIA DISINI. INI MASALAH KITA, GAADA HUBUNGANNYA SAMA ORANG LAIN"

"JAGA UCAPAN KAMU GRACIA!"

Gracia tertawa sarkas. "Jaga ucapan gue, Hahaha! Seharusnya lo yg jaga ucapan, ga seharusnya lo menjudge orang cuma dari cover aja, dasar anak emas Mami!"

Ucapan pedas penuh kebencian yg Gracia lontarkan kepada Shani itu mampu membuat Veranda untuk kedua kalinya merasakan sakit pada hatinya. Ketakutan yg sempat Keenan katakan kepada Veranda, benar benar terjadi sekarang ini. Gracia menjadi sosok yg berbeda bahkan sudah berani melawan.

"Urus hidup lo sendiri! Gausa ikut campur hidup gue. Ngerti lo!"

Gracia langsung beranjak pergi begitu saja meninggalkan Shani yg terdiam membisu, tanpa ada niat untuk menghalangi Gracia pergi.

"Lihat hasil dari apa yg kalian berdua lakukan?" Tanya Keenan kepada Veranda istrinya dan juga Shani putri pertamanya.

"Ini ketakutan yg Papi pikirkan sejak lama, bahkan setelah kalian benar benar kasih aturan ketat buat Gracia. Ve, Gracia itu anak kamu. Dan untuk Shani, Gracia itu adik kamu meskipun kita ini keluarga tidak sepatutnya mengatur kehidupan orang, dan tidak sepatutnya juga mencampuri urusan orang lain terlebih soal kebahagiaan orang. Ini hasil yg harus kalian terima sekarang, Gracia jadi seperti ini karena ulah dari kalian. Papi sudah pernah bilang kepada kalian berdua, untuk tidak terlalu keras dan menekankan sesuatu yg tidak mungkin terjadi."

Everlasting Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang