Disebuah kamar bernuasa Country Classic yg dimana disana terdapat seorang gadis yg tengah menangis terisak. Pelukan erat pada gulingnya menggambarkan betapa sakit dirinya mengalami tekanan yg diberikan oleh kedua orang yg begitu penting di hidupnya. Kenapa harus dirinya yg merasakan semua tekanan ini? Kenapa? Gadis itu masih terus bertanya-tanya apa maksud aturan yg dibuat oleh Mami dan juga Cici kesayangan dari gadis itu.
Ia lah Gracia. Gadis yg kini sedang berpikir keras untuk bebas dari tekanan yg diberikan oleh Veranda Maminya dan juga Shani Cicinya. Sebenarnya ada alasan dibalik Gracia berpenampilan cupu seperti ini, karena ini jalan satu satunya yg ia punya agar terhindar dari tuntutan yg diberikan oleh kedua orang itu. Terlebih lagi, Gracia melakukan hal ini untuk menghindari interaksi bersama laki-laki.
"Papi! Gege mau papi, hiks, hiks" Gracia terisak begitu pedih. Bahkan ia menyebut Papinya yg tidak lain adalah Keenan, seseorang yg memiliki prinsip bertentangan dengan Veranda dan juga Shani.
"Dek, ini Mami, nak. Tolong buka pintunya, Mami mau ng–.."
"PERGI! GEGE BENCI SAMA KALIAN! GEGE GA MAU!"
Gracia sudah berada ditahap muak kepada aturan yg Veranda dan Shani berikan, jika saja dirinya diberi aturan sederhana tanpa harus merebut kebahagiaan yg ia punya, mungkin Gracia masih mau menuruti keinginan mereka. Tetapi sekarang apa? Tampaknya aturan itu hanya menguntungkan satu pihak saja, merugikan pihak lainnya.
"Plis, dek. Mami mau ngomong sesuatu sama kamu"
"GEGE GA MAU!"
Gracia menolak keras untuk berinteraksi dengan Maminya saat ini, yg ia butuhkan sekarang adalah ketenangan. Memikirkan hidupnya yg akan dibawa kemana kedepannya, Gracia hanya butuh waktu sendiri untuk memikirkan semua ini. Baru saja ia merasakan kebahagiaan yg belum pernah ia rasakan, tetapi semua itu harus berakhir dengan cepat karena ulah Shani Cici kesayangannya.
Sementara Veranda yg masih tetap berada dibalik pintu kamar putrinya itu, sudah terisak. Veranda menyesal, sungguh ia menyesali perbuatan yg ia lakukan sampai harus merenggut kebahagiaan putrinya sendiri. Veranda terlalu fokus kepada Shani sampai ia lupa, jika Gracia juga putrinya, putri yg sempat dinanti kelahirannya tempo dulu.
"Sayang? Kamu kenapa? Kok duduk disini?" Tanya seseorang yg baru saja tiba melihat Veranda terduduk lemas didepan pintu kamar Gracia, dengan air mata yg mengalir membasahi kedua pipinya.
Veranda langsung bangkit dari posisinya lalu memeluk erat seseorang itu.
"Maafin aku, Mas. Aku gagal jadi ibu yg baik buat Gracia. Aku terlalu ketat memberi aturan sampai lupa tentang kebahagiaan putri aku sendiri, Mas."
Seseorang yg tidak lain adalah Keenan alias suami dari Veranda itu terdiam, keningnya berkerut. Apa maksud perkataan istrinya ini.
"Maksud kamu apa, Mas beneran ga ngerti"
"Gracia, Mas. Aku udh jahat sama Gracia, putri aku sendiri. Hiks, hiks"
Ah, kini Keenan paham ternyata ini alasan dibalik Veranda istrinya terduduk lemas menangis didepan pintu kamar Gracia.
"Ayo turun dulu kebawah, jelasin yg detail ke Mas. Oke?"
Veranda mengangguk.
Keenan langsung menuntun Veranda untuk turun menuju ruang keluarga, sesampainya disana Keenan mendudukkan lebih dulu Veranda di sofa.
"Kamu tunggu dulu disini. Mas, buatin teh hangat dulu. Biar kamu bisa sedikit relax."
Veranda kembali mengangguk. Keenan langsung pergi menuju dapur untuk membuatkan teh hangat, beberapa saat kemudian Keenan kembali dengan segelas teh hangat yg ia bawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everlasting Love [END]
RomanceSeorang gadis cupu dan lugu yg dipertemukan dengan laki laki tampan di sekolahnya, entah apa yg terjadi didalam hidup gadis ini kedepannya. Bahagia atau malah sebaliknya? Fiction not Real!! Stop carrying a real life!! 👌🏻 Start : Kamis, 1 Agustus...