Epilog

69 4 0
                                    

Halo semuanya!

Ketemu lagi kita disini.

Aku cuma mau ucapin thank you buat kalian semua yang udah baca sampe sini.

Kalau yang tiba-tiba skip ke Epilognya juga gapapa kok.

Tapi ada special thanks buat yang baca dari awal sampe akhir.

Kalau kalian inget, di bab 1 aku buat bab spices, sekarang kita tutup dengan spices juga. Semoga kalian suka.

Selamat di nikmati bab terakhir Ethan dan Elisa. 

Sampai ketemu lagi di buku lain. 

Bye bye and Happy Reading All !!!

---- 


Ethan memeluk Elisa dari belakang dengan erat, menghirup aroma rambutnya yang lembut sambil memandangi pemandangan dari balkon rumah baru mereka. Rumah ini, yang terletak di pinggir kota, lebih kecil dari rumah mereka sebelumnya, namun memberikan ketenangan yang sempurna, dikelilingi oleh alam yang seakan melindungi mereka dari hiruk-pikuk dunia luar. Pohon-pohon tinggi yang menjulang di sekeliling rumah menciptakan jarak yang luas antara mereka dan tetangga terdekat, memberikan privasi yang cukup untuk keluarga kecilnya.

"Bagaimana tempat baru kita?" tanya Ethan dengan suara lembut tepat disebelah telinga Elisa.

Elisa tersenyum kecil, merasakan ketenangan yang menenangkan hatinya. "Sempurna," jawabnya singkat namun penuh makna.

Ethan meletakkan dagunya di pundak Elisa, menghela napas panjang yang terdengar lega. "Aku tidak menyangka kita bisa sampai ke titik ini."

"Aku juga," Elisa membalas dengan nada yang lembut, jari-jarinya menyentuh wajah Ethan, mengusapnya perlahan.

Elisa kemudian bertanya, "Dimana anak-anak?"

"Gracie datang untuk menemui mereka. Mereka di bawah, bermain dengan mainan baru yang dibawa Gracie," jawab Ethan.

Tanpa sepatah kata pun, Ethan dengan lembut memutar tubuh Elisa hingga mereka saling berhadapan. Tatapannya penuh kehangatan saat ia berkata dengan suara yang nyaris berbisik, "Sekarang kita punya waktu hanya untuk berdua."

Ia mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Elisa dengan lembut, membiarkan perasaannya mengalir dalam ciuman itu. Perlahan, ciuman tersebut berubah menjadi lebih dalam, lebih intens, seolah mereka berdua tenggelam dalam lautan emosi yang tak terucapkan. Elisa merespons dengan melingkarkan lengannya di leher Ethan, menyerahkan dirinya sepenuhnya pada momen tersebut.

Kedua tangan Ethan mengangkat Elisa dalam pelukannya. Tanpa ragu, Elisa melingkarkan kakinya di pinggang Ethan, menempel erat seperti seekor koala yang memeluk batang pohon, seolah-olah ia tidak ingin melepaskan pria yang begitu dicintainya.

Ethan membawa Elisa masuk ke kamar mereka dengan langkah yang tenang namun pasti. Begitu sampai di tepi tempat tidur, ia dengan lembut membaringkan Elisa di atas kasur, matanya tidak pernah lepas dari wajah istrinya.

Namun, di balik senyuman itu, tatapan Ethan mengungkapkan keraguan yang mendalam, seolah-olah ia sedang meminta izin yang tak terucapkan. Sejak kejadian yang membuatnya begitu khawatir akan keselamatan Elisa, rasa takut untuk menyentuhnya kembali selalu menghantui pikiran Ethan, meskipun ia tahu bahwa Elisa telah dinyatakan sembuh sepenuhnya.

Elisa, yang begitu memahami suaminya, merasakan kekhawatiran yang tersembunyi di balik tatapan itu. Dengan lembut, ia mengulurkan tangan dan menyentuh pipi Ethan, jari-jarinya menyusuri kulitnya dengan penuh kasih. "Ethan," bisiknya, suaranya dipenuhi cinta dan pengertian, "Aku istrimu dan kamu suamiku. Kamu tidak perlu menatapku dengan ragu seperti itu. Aku juga merindukanmu."

Dark Love (Indo Ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang