Chapter 24

39 4 0
                                    

Di tengah ruangan yang dipenuhi lampu berwarna-warni dan musik yang menghentak, suasana pesta terasa sangat meriah. Ethan berdiri di bagian depan, bersebelahan dengan Alessio, masing-masing memegang segelas minuman. Setelah menarik perhatian tamu-tamu di ruangan, Alessio mengangkat gelasnya sedikit lebih tinggi, tersenyum lebar sebelum berbicara.

"Teman-teman sekalian," ucap Alessio dengan suara lantang yang menggema di seluruh ruangan, "malam ini kita tidak hanya merayakan kesuksesan kita, tetapi juga kerja sama yang telah membawa kita ke titik ini. Ini bukan hanya tentang bisnis, tetapi tentang kepercayaan dan komitmen yang kita bangun bersama. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah bekerja keras dan berdedikasi demi kesuksesan ini."

Ia menoleh ke arah Ethan dengan penuh rasa hormat sebelum melanjutkan, "Dan khususnya untuk partner kita yang luar biasa, Ethan, yang telah menjadi bagian penting dari perjalanan ini. Kerja sama ini hanya akan membawa kita ke puncak yang lebih tinggi."

Setelah pidato singkatnya yang penuh semangat, Alessio mengangkat gelasnya sedikit lebih tinggi lagi, "Untuk kita semua dan masa depan yang cerah di depan. Cheers!"

Ethan dan Alessio kemudian melakukan cheers bersama-sama, diikuti oleh semua tamu yang berada di ruangan. Gelas-gelas beradu, dan senyum puas menghiasi wajah Alessio saat ia mengakhiri pidatonya.

Setelah itu, mereka menuruni panggung kecil tersebut. Alessio, dengan nada bangga, mengatakan ingin memperkenalkan Ethan kepada kekasihnya. Namun, ketika Alessio memanggil sang kekasih, Ethan merasakan kejutan yang tak bisa ia sembunyikan. "Ethan, kenalkan, ini Leona, kekasihku," ujar Alessio dengan bangga.

Leona, dengan senyumnya, melangkah maju dan menjabat tangan Ethan. Ethan berusaha keras menjaga ekspresinya tetap tenang. "Ethan," sapanya singkat sambil berjabat tangan.

Alessio, masih dengan semangat yang sama, menyarankan Ethan untuk bersantai dan menikmati malam itu. "Nikmati makanan, minuman, dan kalau mau, ada wanita-wanita penghibur juga untukmu dan anak buahmu," ucapnya dengan senyum penuh arti. Ethan membalas senyuman itu dengan sopan, lalu berkata, "Terima kasih, tapi aku tidak mungkin melakukannya. Aku sudah beristri."

Alessio tampak terkejut mendengar pernyataan itu. "Sudah menikah? Kamu masih sangat muda. Wow," komentarnya heran, tapi menerima kenyataan tersebut. Sementara itu, Leona yang tadi tampak tenang, menunjukkan ekspresi terkejut sesaat sebelum kembali tersenyum. Reaksi singkat itu tidak luput dari perhatian Ethan.

Setelah beberapa saat, Alessio pamit kepada Ethan. "Kami akan istirahat duluan," ucapnya dengan nada sopan, meskipun Ethan tahu maksud Alessio sebenarnya bukan untuk beristirahat, melainkan sesuatu yang lebih panas. Leona mengikutinya dengan anggukan kecil.

Saat Alessio dan Leona berbalik dan berjalan pergi, Ethan menyapukan pandangannya ke arah ruangan. Di salah satu sudut, ia melihat Ray dan Alex sedang duduk bersama beberapa wanita penghibur, tampak menikmati waktu mereka. Ethan tidak terkejut sama sekali. Sejak di pesawat, Ray dan Alex memang sudah membicarakan hal ini dengan penuh antusias. Mereka adalah pria-pria muda yang belum pernah merasakan hubungan serius, masih diliputi rasa penasaran yang mendalam. Berbeda dengan Ethan yang kini sudah menikah.

"Apakah bos kita tidak akan bersenang-senang malam ini?" tanya Alex sambil mengangkat gelasnya yang hampir kosong, suaranya sedikit bergetar karena pengaruh minuman.

Ray menoleh ke arahnya dengan senyum miring. "Sepertinya tidak," jawabnya sambil melirik ke arah Ethan. "Dia punya pawang di rumah."

"Pawang?" Alex tampak bingung sejenak, lalu tiba-tiba tersadar dan mengangguk pelan. "Oh ya, benar. Pawangnya. Apa dia galak?"

Ray tertawa kecil dan mengangkat kedua bahunya dengan santai. "Entahlah, tapi aku tidak merasa dia galak."

"Lalu kenapa bos kita takut?" Alex mengerutkan kening, berusaha memahami logika yang tampak kabur di balik percakapan ini.

"Aku juga tidak mengerti," jawab Ray sambil meneguk minumannya lagi, seolah merenung. "Mungkin ada alasan lain."

Alex termenung, matanya sedikit redup karena mabuk, sebelum akhirnya berkata dengan nada filosofis, "Mungkin belum saatnya kita mengerti."

Mendengar itu, Ethan hanya bisa menghela napas panjang, menahan kelelahan yang mulai menggerogoti kesabarannya. Tanpa banyak bicara, ia mendorong kepala Alex dan Ray dengan kedua tangannya hingga bersandar ke sofa, membuat mereka sedikit terkejut tapi terlalu mabuk untuk benar-benar peduli.

"Jangan menyusahkanku," ucap Ethan singkat dengan nada tegas, meskipun tetap tenang.

Setelah memastikan kedua anak buahnya tidak akan membuat masalah, Ethan berjalan menjauh, meninggalkan mereka di sana. Ia menuju bar, mencari sedikit kedamaian di tengah hiruk-pikuk pesta. Setibanya di sana, Ethan duduk di salah satu kursi tinggi, mencoba mengalihkan pikirannya dari semua yang terjadi malam ini.

Seorang bartender segera mendekat, siap melayani. Tanpa ragu, Ethan berkata, "Soda saja."

Bartender itu tersenyum ramah saat Ethan memesan soda, lalu dengan cekatan mulai meracik minuman sederhana namun berkelas itu. Ia mengambil gelas kristal bersih dan meletakkannya di atas bar, dengan gerakan yang tampak elegan meski cepat.

Pertama, bartender itu mengambil sebotol soda berkarbonasi premium yang disimpan dalam pendingin, memastikan suhunya sempurna—tidak terlalu dingin, tetapi cukup segar untuk memberikan sensasi yang menyenangkan. Sebelum menuangkannya, ia menambahkan beberapa es batu besar yang diambil dengan penjepit perak, membuat bunyi lembut saat es bertemu dengan gelas. Es batu yang bening sempurna ini langsung mulai mendinginkan gelas dari dalam.

Lalu, ia memiringkan botol soda, menuangkannya perlahan ke dalam gelas, menciptakan aliran cairan yang berbuih halus. Gelembung-gelembung kecil segera naik ke permukaan, menciptakan gemuruh lembut yang terdengar menenangkan di tengah riuhnya suasana pesta. Buihnya seolah menari di permukaan sebelum mereda, meninggalkan minuman yang tampak jernih dan berkilau.

Sebagai sentuhan akhir, bartender menambahkan seiris tipis lemon segar di tepi gelas, memberikan aroma sitrus yang menyegarkan, sebelum mendorong gelas itu ke depan Ethan. Soda yang tampak sederhana ini, dengan kesegaran es dan sentuhan lemon, menjadi minuman yang sempurna untuk menjaga kewaspadaan Ethan di malam yang panjang ini.

"Grazie." ucap Ethan singkat sebelum meraih gelas itu, menikmati sensasi dingin di tangannya sebelum menyesapnya perlahan. Rasanya tajam, segar, dengan sedikit keasaman yang diimbangi oleh kesejukan es. Tepat seperti yang ia butuhkan.

Ethan terus menikmati soda dinginnya, merasakan kesegaran yang membersihkan pikirannya dari keruwetan pesta. Namun, saat dia hendak menyesap lagi, bartender datang dengan senyuman ringan.

"Scusa, signore," ucapnya sambil menyajikan minuman lain di depan Ethan. "Saya lupa memberi Anda minuman spesial malam ini. Ini rekomendasi terbaik dari rumah, signor Alessio spesial untuk anda signor Reid."

Ethan mengerutkan alis, sedikit bingung. "Saya hanya memesan soda," balasnya, suaranya tenang namun tegas.

Bartender itu mengangguk, terlihat sedikit gugup. "Tentu saja, tapi ini adalah campuran khusus — soda dengan sedikit twist. Kami menyebutnya 'Bellissima'. Sedikit anggur, tapi tetap segar. Banyak tamu menyukainya."

Wanita elegan di sebelah Ethan melirik ke arahnya dengan senyum tipis. "Minuman itu memang populer di sini," katanya dengan suara tenang, seolah-olah ia menyetujui pilihan bartender.

Ethan ragu sejenak, tetapi akhirnya menerima gelas itu. Ethan berpikir hanya sedikit alkohol yang dikatakan ada di dalamnya. Ia mengangkat gelasnya dan menyesap, rasanya sedikit berbeda dari soda yang pertama, namun tidak terlalu kuat untuk membuatnya curiga.

Namun, seiring berjalannya waktu, Ethan mulai merasakan efek dari minuman yang disajikan tadi. Awalnya, rasanya ringan dan menyegarkan, tapi ada sesuatu yang perlahan menghangatkan tubuhnya, membuatnya sedikit lebih rileks daripada yang ia perkirakan. Saat gelas kedua dihidangkan, rasa waspada yang biasanya selalu ada di pikirannya mulai memudar. Tanpa berpikir panjang, dia menyesapnya lagi, tidak menyadari bahwa campuran tersebut mengandung alkohol yang lebih kuat dari dugaan awalnya.

Malam terus berjalan, dan setiap tegukan semakin membawa Ethan ke dalam suasana yang lebih nyaman. Efek alkohol yang tersembunyi dalam minuman itu mulai meresap, membuatnya merasa lebih ringan dan santai. Ethan tidak sampai mabuk berat, tetapi cukup untuk membuat pikirannya sedikit kabur dan tubuhnya lebih lemas dari biasanya. Kendalinya yang biasanya kokoh sedikit tergelincir, dan ia hanya bisa menyadari bahwa dirinya telah minum lebih dari yang seharusnya.

Dark Love (Indo Ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang